Sandra dan Angkasa

14262641127_237e4bb660_o

Lelaki itu mengamati tembakau kering di ujung kakinya sembari mengasihani diri sendiri.

by S. Sher || Life, maybe gloomy || Ficlet || PG – 17 || Photo © Michael Salisbury

Tungkai Angkasa berhenti tepat lima langkah sebelum tangannya mampu menggapai pintu kaca mini market—pun membuang puntung rokok secara terpaksa. Atensinya dicuri oleh seorang gadis yang rambutnya digulung serampangan dengan bantuan jepit berwarna coklat gelap, pupil gadis itu tertuju pada ponsel di meja, sementara tangan kanannya menggoncangkan kaleng Nescafe pelan. Sandra. Bukan gadis yang ia kenal dekat, tapi cukup sering ia jumpai lantaran satu mata kuliah memertemukan mereka.

Destinasinya kini berubah menuju meja bundar di ujung kanan. Ketika jarak mereka sangat sempit, cahaya lampu neon dari toko 7-Eleven itu gagal menyentuh si gadis sebab ada tubuh jangkung yang menutupinya. Sandra mengangkat kepala.

“Ngapain?” tanya Angkasa setelah membuang asap ke arah samping—Sandra memang tidak terlalu peduli dengan asap rokok, tapi tetap saja Angkasa punya sopan santun untuk tidak mengarahkannya pada si gadis.

Iris coklat gelap itu menilik pria di hadapannya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Geming hingga memorinya menemukan siapa lelaki di depannya. Akan tetapi, bukan berarti ia berniat beramah-tamah. “Ngapain? Duduk.”

Lelaki itu tertawa sebentar—otomatis menghentikan kegiatan merokoknya—hanya untuk mendapatkan delikan tajam dari gadis yang sungguh sudah kehilangan tenang. “Tau gak? Cewek gak baik sendirian malam-malam.” Kalimatnya mendapat pandangan yang malah makin nyalang.

“Lah, lo juga tau ngerokok berlebihan gak baik, tapi masih aja beli rokok terus. Kenapa?”

Sarat sindiran. Tapi bukan itu yang Angkasa lihat dari Sandra. Ia bisa merasakan sesuatu yang gadis itu sembunyikan, sesuatu yang direnggut akibat kehadirannya; mungkin kesendirian, damai yang coba ia cari jam satu malam di tongkrongan paling mudah dijangkau. Jadi Angkasa tidak mencoba sembunyi karena netra tersebut punya perasaan lelah yang sama dengan miliknya.

“Karena hal menyenangkan yang bisa dijadikan pelarian memang buruk—atau setidaknya terkesan buruk. Namun, setidaknya enggak lebih buruk dari apa yang gue hindari.”

Penjabaran itu rancu, tidak mengandung makna pasti yang bisa diurai dengan mudah. Intinya ditutup-tutupi dan hanya orang-orang yang mungkin merasakannya yang akan mengerti dengan mudah. Maka ketika bibir Sandra berjungkit sebelah, Angkasa tahu bahwa gadis itu juga sedang berada dalam pelariannya. “Lo lari dari apa, San?”

Lensa yang tadinya tajam, kini mengalihkan pandang pada deretan makanan yang sering ia santap—makanan yang hanya perlu dimasukkan ke oven milik 7-Eleven—mau berucap, namun tidak tertarik untuk menunjukkan ekspresinya secara gamblang. “Rumah.”

“Huh?” Angkasa mengobservasi pipi tirus tanpa riasan tersebut, melihat raut yang sekarang terkesan sedih.

Malam itu Angkasa berhasil menghilangkan ekspresi jutek Sandra dari wajahnya, sedangkan Sandra sukses membuat Angkasa membuang puntung rokok yang masih setengah ke tanah dan menggilas benda tersebut hingga remuk bentuknya. Lelaki itu mengamati tembakau kering di ujung kakinya sembari tersenyum asimetris—kurang lebih sama dengan si gadis—mengasihani dirinya sendiri. Ia berujar, “Ternyata kita tidak jauh berbeda.”

Nama mereka Sandra dan Angkasa. Mereka lebih baik di luar sini, merokok atau mungkin menjejali perut yang belum sempat diisi daripada di rumah penuh makian yang dilempar sana-sini. Tidak ada rumah yang bisa disukai jika isinya adalah keributan-keributan tidak menyenangkan dari para penghuninya. Mungkin kalimatnya memang bukan untuk mereka, tapi sepasang telinga tetap bisa mendengar, dan hati milik mereka tetap bisa merasa pedih.

end.

Note:

  1. Hi, everyone 🙂 Ini fiksi pertamaku di sini,  and I’m so glad to be here.  
  2. Dan aku gak tau mau nulis note apa lagi hahaha, pokoknya, hello, let’s be friend 🙂

17 thoughts on “Sandra dan Angkasa

  1. Hani says:

    KAK SHERRR! YOU’RE HEREE! (big hugs ala barney n friends)

    ini gayanya kak sher sekali, kayak ada gloomy-gloomynya gitu. dari sini aku paham gimana rasanya punya temen yang senasib dan bisa ngertiin keadaan, macem sandra sama angkasa EHE. dan hmm kayake tema yang diangkat kak sher ini termasuk salah satu teenagers’ problem yhaa. kadang sok sokan pingin minggat dari rumah ala ala nobita HAHAHAH emang mau jadi gembel apa gmn.

    endingnya gantung but i know that what makes you kak sher eheheheh. selalu suka sama fiksinya kak sher! yo ayo semangat terus kaakk! keep nulis-nulis cantik! senang bisa satu atap dengan penulis sekeren qamoe kak! ❤

    Like

    • S. Sher says:

      HANI! Aku juga seneng banget bisa satu blog sama kamu ♥︎

      Mungkin aku aslinya juga gloomy jadi begini LOL. Aku sumpah gak tau ini tema apa, tiba-tiba kepikiran nulis macem yang kesepian mau kabur dari rumah aja terus gitu deh. Jadi gembel ngemis di bawah jembatan 😦

      Endingnya gak gantung kok XP cuman sengaja itu penjelasan akhirnya HAHAHA. Makasih Hani, aku juga penikmat fiksimu 🙂

      Like

  2. Oliver says:

    Aduh gimana ini aku jadi ngeship Sandra dan Angkasa, Sher tanggung jawab…. Dan selamat untuk debutnya Sher!! Fic kamu keren selalu!

    Ini gayanya Sher banget ih setuju sama Hani, dark dark gloomy gituu tapi entah gimana caranya bisa kamu selipin fluff, dan itu apik banget aku suka sekali! Menurutku ini relatable banget buat semua orang. Keadaan yang cuma kita doang yang ngerti, terus entah kenapa dengan kita lari terus menyendiri bikin pikiran kita tuh jadi lebih tertata. Aku sepanjang baca ini cuma bisa mangut-mangut karena this is so me huhuhu Sher kamu kereeen. Ditunggu fic selanjutnya, sukses selalu! ❤

    Like

    • S. Sher says:

      Sandra dan Angkasa tidak aku takdirkan untuk bersama 😦 maaf ya, kecuali kalo kamu mau nulis LOL. Makasih Mala 🙂

      As long as I remember, you’re the first one saying there’s fluff material in this fic XD Karena aku bahkan gak berniat bikin manis hehehe. Tapi kamu kalo lari jangan jauh-jauh ya mal, nanti gak bisa pulang :” (!?)

      Makasih Mala, ditunggu tulisanmu juga!

      Like

    • Oliver says:

      Entah kenapa kok aku seneng banget baca percakapannya Sandra sama Angkasa seems cute dan jujur banget, dan seleraku emang aneh soal fluff fluff-an maafin:’))))

      Like

  3. Ms. Pang says:

    OMAYAAAA CONGRATS FOR YOUR DEBUT, TARI AS SHERRRRRRRRR!!! 😀

    Aku ngefan Angkasa gimana doooooooooooooooooong wkkk
    Settingnya kerasa banget dan kamu mendeskripsikannya dengan detail bagaimana kubisa lebih cinta dari iniiiiiiii ❤
    Cantik dan letupan pedihnya tetap kraza aww ❤

    Tari keep writeeeeng and keep me ambyarsss!!! ❤

    Like

    • S. Sher says:

      MAKASIH BANGEEET KAK ❤

      Ambil aja kak Angkasanya, ini anak badung tolong dibenerin dulu tapi HAHAHA. Aw aw aw, jangan begitu dong kak LOL.

      Keep writing juga Ms. Pang ditunggu tulisannya, dan makasih sekali lagi ♥︎♥︎

      Liked by 1 person

  4. namtaegenic says:

    bahasamu enak bats sher aku ngebaca ini berasa ikutan ngerasain nongkrong di mini market yang benderang trus adem. aku suka penokohannya by the way. none of them is perfect, that’s why.
    betewe jadi inget dulu pas SMA punya guru namanya Pak Angkasa, ngajar Kewarganegaraan. Hehehe. nulis terus, Sher!

    Like

    • S. Sher says:

      Alhamdulillah ya kalo emang tulisanku cukup kerasa :”” Ini juga lagi berusaha nulis biar karakter sifatnya gak angelic/satanic banget kak (?) hahaha.

      Lho? Aku kalo jadi kakak fix gak fokus bacanya LOL. Makasih kak, terus nulis juga 🙂

      Like

  5. aloneyworld says:

    Suka banget pas bagian Tidak ada rumah yang disukai jika isinya adalah keributan-keributan tidak menyenangkan dari para penghuninya. Ngena banget ini sukaaaa ❤

    Like

  6. myk says:

    hai sher! aku ivana, tamu baru di writers secret tentunya, -kamu bisa panggil aku pana- kelahiran 96 🙂 salam kenal yaaaaa

    aku suka ide ceritanya, duao orang berbeda yang bertemu kemudian punya kesamaan. sarkas-nya sandra juga favorit, eh. percakapan singkat mereka juga manis asam rujak gitu -mungkin aku aja kali ya yang ngerasa manis,ya- hahaha
    terus paling suka kalimat ini,
    Mungkin kalimatnya memang bukan untuk mereka, tapi sepasang telinga tetap bisa mendengar, dan hati milik mereka tetap bisa merasa pedih.
    juara banget. deh. aku sukaaaa ❤

    keep writing, yaa. 🙂

    Like

    • S. Sher says:

      Halo kak Ivana 🙂 Salam kenal juga.

      Sandra emang di setting biar agak sarkas gitu LOL. Aku gak berniat ngebuat ini manis, tapi dari perspektif mungkin emang pedulinya mereka manis (?).

      Hahaha, makasih ya 🙂

      Like

  7. aminocte says:

    Kayaknya aku telat banget komen di sini (emang) tetapi aku suka interaksi mereka berdua, kayak saling mengerti karena sama-sama memiliki masalah dan ingin mencari pelarian yang lebih baik. Ceritanya gloomy tapi berkelas (?) duh, maaf komenku tiarap, yang jelas aku suka ceritanya, sangat mengena 🙂
    Keep writing, ya, Sher 🙂

    Like

Leave a comment