[Writing Prompt] Dee

delirium_by_duskflare

Delirium

By riku.cho04

Warning: konten mengandung sedikit kekerasan.

Delirium[0] is often used to refer to drowsiness, disorientation, and hallucination

Sabtu malam.

Kedua insan berusia tigapuluhan itu tengah bersenda gurau sehabis meniup lilin berbentuk angka delapan. Senyum sepasang suami-istri itu merekah di bawah naungan bintang, tidak peduli dengan jam yang berdentang dua belas kali. Suaranya mungkin teredam dengan gelas yang kini kembali bertemu, menimbulkan suara yang tak jauh berbeda dengan jam di ruang keluarga mereka.

”Apa keinginanmu, Sayang?” tanya sang suami. Sang istri, wanita berbalut gaun kuning pucat dengan dandanan mencolok dan rambut pirang, hanya menatap sayu sambil tersenyum tipis.

“Anak?” tanyanya lagi, karena tak kunjung disahut suara merdu istrinya.

“Dirimu.”” Sang suami terkekeh pelan setelah mendengar jawaban singkat yang mengejutkan atau mungkin sudah ia duga sebelumnya. ”Aku…””

“Aku menikah denganmu bukan untuk mendapat keturunan.” Kata-kata sang istri terpotong ketika si suami sudah tahu ke mana arah pembicaraan ini. “Kau hanya ingin diriku, kan?””

Kini giliran wanita itu yang terkekeh cukup keras, beruntung balkon mereka tidak bersebelahan dengan tetangga mana pun di lantai tiga. Alasannya klise, tidak banyak orang yang mau menempati apartemen tersebut karena lokasinya berdekatan dengan perkampungan kumuh dan tempat pembuangan sampah, ditambah lagi dengan beberapa hektar hutan tepat di belakang gedung. Kecuali pasangan ini tentunya.

“Ini sudah malam, kita bukan remaja lagi. Ayo lekas masuk.””

“Irina.”

Wanita itu berhenti membereskan kue anniversary mereka yang masih tersisa setengah dan meletakkan kembali sebotol anggur kosong. Menatap penuh tanya pada suaminya.

“Selamat hari jadi kita, Sayang. ””Dengan lembut pria itu mengecup kening istrinya, kemudian memeluknya erat selama beberapa detik. Ia sangat bersyukur, sang istri mau menerima apa yang tak dapat diberikannya; satu kehidupan baru yang didamba dalam pernikahan.

“Aku mencintaimu, Irina.””

“Aku jauh mencintaimu, Ian.””

Minggu pagi.

Ian tengah bergegas dalam rutinitas mingguannya, jogging. Berkeliling kompleks perumahan atau hanya sekadar berlari kecil di sekitar taman terdekat. Hingga kakinya terhenti dan matanya terbelalak lebar. Terlihat beberapa bulir keringat dingin yang muncul secepat ia bernapas dari kening, pelipis hingga telapak tangan pria itu.

Apa yang harus aku lakukan?

Pertanyaan itu terus terngiang dan berputar dalam otak Ian, selaras dengan embusan napasnya yang semakin cepat dan berat. Tangan dan kakinya mulai gemetar seolah tak kuat menopang berat tubuhnya.

Aku berhasil.

Kesenangan dan kebanggaan yang merayapi tiap sel dalam otaknya berhasil melenyapkan ketakutan terbesarnya, Koi. Jenis ikan peliharaan dengan corak merah-putih, hitam-kuning atau gabungan keempatnya sebagai pesona tersendiri. Sekarang ikan itu menggelepar, membutuhkan satu-satunya penopang hidup, air. Sayangnya dia terdampar di selokan kering yang akan membuat tubuhnya hangus saat siang.

“Apa yang kau lakukan, Ian? Kenapa terduduk di sini? Kau sakit?”” Pria itu menggeleng sebelum menerima uluran tangan sang istri yang kini telah meletakkan dua kantong belanja yang terlihat penuh, kemudian meletakkan telapak tangannya pada kening sang suami.

“Fobiaku kepada ikan.””

Minggu malam.

Irina tengah menahan kesakitan yang dirasakan di sekujur tubuhnya. Ia menangis dalam diam karena teriakan hanya akan menambah daftar panjang derita dan mimpi buruknya malam ini. Tubuhnya terbaring lemah di atas meja makan dengan sang suami yang duduk menatapnya dalam diam dan kekosongan.

“Ian, please.”” Gumaman lirih yang ia usahakan terdengar oleh suaminya, membuat luka sobek di bibirnya kian lebar. Tangannya bahkan sudah tak bisa digerakkan, hanya jantung yang berdegup semakin pelan setiap menitnya, yang menandakan kehidupan dalam tubuh Irina.

“IAN!!””

Irina berteriak sebelum mata cokelat kehijauannya digantikan dengan warna putih kemerahan dan embusan napas yang perlahan menghilang.

“Mati. Mati saja kau!””

Senin siang.

POLICE

Satu kata berhuruf besar-besar di sepanjang garis kuning dan juga beberapa mobil terparkir serampangan terlihat di kawasan apartemen terpencil itu. Beberapa ahli berpakaian serba putih keluar dengan dua kantong mayat.

“Identitas?” tanya kepala polisi pada salah satu detektif yang baru saja turun bersamaan dengan kedua jasad kaku itu.

“Sepasang suami istri, Irina dan Adrian. Usia mereka sekitar 32 dan 33 tahun. Kemungkinan jasad wanita itu sudah tewas sekitar 17 atau 18 jam yang lalu, sedangkan sang pria 5 sampai 6 jam lalu. Aku sudah melihat rekaman CCTV di luar apartemen dan di dalam. Pelakunya adalah suaminya sendiri, Adrian. Irina mengalami kekerasan dan beberapa perlakuan tak wajar seperti sayatan dan pengulitan, sebelum ia mati karena ditusuk dengan pisau daging. Setelah itu Adrian melakukan bunuh diri.”

“Lakukan tes forensik pada keduanya, cari kemungkinan tentang orang lain yang mungkin merencanakan hal ini.”

“Siap, laksanakan.””

Senin malam.

“Ada pesan kematian yang ditinggalkan Adrian di dalam genggaman tangannya bersama Irina.””

“Apa itu?””Sang kepala polisi bersama beberapa ahli lainnya segera berhenti melakukan segala aktivitas dan memfokuskan diri pada sang ahli forensik yang tak sengaja menemukan satu kertas kusam yang terlipat dan berlumuran darah.

Aku tidak berniat membunuhnya. Tidak sama sekali. Demi Tuhan! Aku mencintainya. Aku sangat mencintainya. Aku tidak ingat kenapa aku berlaku sekeji ini pada istriku. Siapapun, tolong percaya padaku. Aku mencintainya. Maafkan aku Irina, maafkan aku. Aku berjanji akan segera bertemu denganmu dan membiarkanmu memaki bahkan membunuhku berkali-kali. Tunggu aku sayang. I Love You.

“Jadi ada kemungkinan besar seseorang melakukan sesuatu padanya. Joe, tolong periksa semua CCTV dan pantau seluruh aktivitas keluarga itu sebelum kejadian ini. Aku akan menunggu ahli forensik sekaligus mencari sesuatu di sekitar kediaman itu.”

“Siap, Inspektur!””

Selasa pagi.

“Kau yakin dia tersangkanya?” ”tanya kepala polisi yang kini berdiri ragu di balik kaca pembatas ruangan antara tempatnya berdiri dan sang pelaku pembunuhan.

“Hasil forensik mengatakan jika di dalam sistem pencernaan pelaku pembunuhan, Adrian, terdapat senyawa yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami serangan halusinasi ataupun delusi. Di rumah wanita yang diduga menjadi otak pembunuhan keji ini, ditemukan tumbuhan yang mengandung senyawa yang sama. Senyawa itu bisa meracuni pola berpikir seseorang, serta tingkah laku mereka sehingga dapat melakukan tindakan melenceng dari hukum, seperti membunuh.” Kepala tim forensik memberi jawaban dengan penuh keyakinan dan kebanggaan.

“Lalu, hubungannya dengan wanita di depanku?””

“Maaf, Pak. Kami menemukan satu bungkus permen dan beberapa tumbukan bunga Angel trumpet[1] yang tergeletak di dekat wastafel. Saat kami ingin mengambilnya, wanita itu berteriak histeris dan mengatakan beberapa kalimat.””

“Apa?””

“Jangan sentuh atau kau ingin mati seperti laki-laki jahat itu. Jangan!””

“Kau yakin?””

“Iya, Pak. Saya yakin.””

Perempuan berumur sekitar 22 tahun itu tengah berdiam diri dengan mata yang menyusuri tiap jengkal ruang sempit yang mengurungnya dalam keremangan. Rambut ikalnya yang kemerahan adalah satu-satunya hal yang paling mencolok dalam ruang temaram itu.

Matanya mengeryit perlahan ketika cahaya dari luar menyeruak masuk saat seseorang membuka pintu. Ia memberanikan diri menatap langsung pada mata cokelat yang terlihat lelah tetapi tetap garang dan berwibawa.

“Namamu, Nona?””

“Dee.”

“Kau tahu kenapa ada di sini?””

”Hmm. Aku tahu.””

“Kenapa?””

Dee duduk tegap sembari meluruskan pandangannya dan menatap laki-laki tua di hadapannya.

“Pria itu membunuh apa yang aku cintai. Jadi aku memintanya untuk melakukan hal yang sama.””

“Bagaimana kau memintanya?””

“Mudah, pria itu menyukai anak-anak. Aku hanya meminta seorang bocah memberikan hadiah permen untuknya. Tanpa dia tahu bahwa aku sudah memasukkan sedikit bubuk eksperimen ke dalamnya.””

“Eksperimen?” ”Pria tua itu semakin penasaran. Apa yang telah dibunuh oleh Adrian hingga pria itu juga harus melakukan hal yang sama pada orang yang ia cinta. Dan eksperimen apa yang dimaksud perempuan muda di hadapannya.

“Seluruh bagian bunga itu beracun, terutama benang sari dan putiknya. Siapapun yang memakan bagian dari bunga itu, sekalipun daun atau akar, maka ia akan kehilangan kesadarannya akibat tingkat racun dan halusinasi yang terjadi. Aku beruntung menemukan sesuatu untuk mempraktikkan teori yang aku baca.”

Pria tua itu tidak melanjutkan pertanyaannya, jawaban gadis itu terlalu gamblang untuk dicerna dan ditelaah secara lanjut. Yang perlu ia lakukan hanya membawa dan memastikan kejiwaan gadis itu tidak terlalu mengkhawatirkan.

Seorang ahli forensik yang ikut mendengarkan dari ruang sebelah masuk dan bertanya pada Dee yang mendapat satu borgol besi sebagai hiasan tangan kurusnya.

“Apa yang ia bunuh?””

Dee berbalik sebelum tersenyum senang tetapi tatapannya sedih, seolah mengingat hal yang tak ingin ia ingat.

“Koi.””

End.

Catatan:

[0] Delirium, bukanlah sebuah penyakit hanya gejala yang di tunjukkan pada beberapa orang yang kehilangan kesadarannya akibat obat, racun, kanker, usia tua, depresi ataupun tekanan darah tinggi. Dimana penderita tidak akan mengingat apapun dan mengalami gejala halusinasi serta delusi ketika delirium terjadi, jika pengaruh obat, racun, kanker, depresi ataupun darah tinggi yang terjadi dalam ukuran kecil tidak akan menimbulkan bahaya kematian pada orang tersebut ataupun orang lain. Sebagai contoh adalah orang mabuk yang kehilangan kesadarannya setelah menenggak minuman ber- alkohol tinggi atau usia tua yang mengalami demensia sebagai salah satu penyebab delirium.

[1] Angel trumpet, nama bunga beracun dimana setiap bagian tumbuhannya adalah racun, sekalipun benang sari dan putiknya yang dapat mempengaruhi seseorang ketika masuk dalam pernafasan dikarenakan bantuan angin. Menghilangkan memori seseorang yang terkena racunnya selama proses terinfeksi berlangsung. Terjadi kisah nyata tentang seseorang yang tidak sengaja membunuh pacarnya setelah mereka melakukan piknik di bawah pohon dengan bunga ini, meskipun setelah itu ia sadar dan lupa jika ia sendiri yang membunuh kekasihnya. Sebutan lain untuk bunga ini adalah Angel trumpet with devil breath.

13 thoughts on “[Writing Prompt] Dee

  1. jungsangneul says:

    Hadeeh alurnya bagus banget, ga ketebak. Ternyata cuma garagara koi hiks. Anyway makasih pengetahuannya di footnote yaa, jadi ngerti apa itu bunga angel trumpet 🙂

    Keep writing~

    Like

    • RiKu.Cho04 says:

      Thanks jungsangneul… aku kira alurnya bakal jelimet hihihi…
      soal note, itung-itung bagi2 info, kkk.
      tunggu aja tulisan selanjutnya semoga nggk ngecewain… >.<

      Like

  2. fikeey says:

    WADUH PADAHAL KOI TOK LHO MBA DEE (aduh aku gemas) (ya allah jadi dee kayak bikin adrian ngebunuh istrinya sendiri gara gara adrian bunuh koi). terus yang masalah fobia ikan aku gatau harus ketawa apa gimana huhu maafkeun. aku baru tau ada fobia itu soalnya tapi tapi tapi… nyawa dibawar nyawa tapi kenapa harus nyawa ikan dibayar nyawa orang astaga ._.
    btw makasih penjelasan di footnotenyaaa. hihi. keep writing yaa! x)

    Like

    • RiKu.Cho04 says:

      Thanks Fikeey… btw, bagi Dee si-Koi itu harta berharga and harganya sama kayak nyawa si Irina, hehehe. soal fobia si Ian ganteng, ada banyak fobia yang lebih aneh dari pada takut ikan… 😀

      Like

  3. O Ranges says:

    CECEE great goodness, sumpah yha kamu tuh :”))

    Dan mbak Dee main bunuh aja nih. gatau apa kalau mas Adrian fobia sama koi jadi ya pantes aja ikannya dibiarin mbak :”))

    Lalu ini,
    “… perlakuan tak wajar seperti sayatan dan pengulitan, sebelum ia mati karena ditusuk dengan pisau daging…” — kubisa dengan jelas membayangkannya. thanks a lot Ce, moga nanti ga kebawa mimpi. Buset dah inner psiko ngana muncul di sini XD /slaps/

    I love this story ❤ ❤

    Like

  4. Ms. Pang says:

    RIKUUUUUUUUUUUUU THANK GOD FINALLY YOU’RE HERE!!
    Aku baru mau peluk gemas sayang keduluan dikasi scene kulit-menguliti just because of a mere K-O-I :” duh gemas dengan Mbak Dee!!
    Kusuka penyampaiannya yang dikasi waktu, jadi lebih rapi dan enak ngikutin ceritanyaaa!!!
    ILMUNYA BERGUNA SEKALI UHUHU LAV THE FOOTNOTE TOO!!! ❤

    Aaaaaanyway ada satu catatan dari aku, soal dialog aja, tolong kaka jangan pisahkan sepasang tanda petik yang harmonis ini yang bertugas mengapit sebuah dialog :")
    "…"
    mereka ditakdirkan berpasangan sampai mati seperti Mbak Irina dan Mas Ian :' ❤
    Juga setelah tanda petik penutup, jika masih ada kalimat, maka harus diberi spasi setelah tanda petik penutup baru kalimat selanjutnya.
    Huhuf jadi mohon dicek lebih lanjut untuk kedepannya yha ehe ❤

    Syoodah itu aja overall keceeee!!! Surprisenya apalagihhhhh!!! Keep writeeeeeeeeeeeeeeng RIKU!!! ❤ Fighting for da next prompt!!!

    Like

    • RiKu.Cho04 says:

      Peluk gemas diterimaaa kaPang. Syukurlah pemberian waktu terkadang saya lupaaaaa…hahahah..
      Kulit menguliti itu dipake biar tambah zriiinggg gituuuu rasanya.

      Thanks a lot, KaPang atas koreksinya… terkdang memisahkan itu menyenangkan, tapi salahhhh, hihihihi… SIAPPPP untuk mnegecek ulang…

      Fighting for meeee.. ;D

      Liked by 1 person

  5. aurora says:

    waaah ini ian sama kayak aku ya, phobia ikan. dan pas deskripsi ikan koi itu serius aku langsung merinding sendiri huhuhu. btw ini alurnya keren banget loh, dan plot twist di akhir bikin tercengang like… seriously?? cuma gegara ikan koi??? ((ketawa))

    ih pokoknya ini keren banget kak gatau mesti bilang apa lagi, keep writing! ❤

    xx,
    aisya-00line

    Like

    • RiKu.Cho04 says:

      Hello aisya… wuhuuu, phobia sama ikan kayak Ian=adik juniornya Ian.
      Ketika deskripsiku bisa bikin merinding (>.<)… syukurlah kalo alurnya disukai.
      Thanks udah baca…

      Like

  6. sunyafly says:

    Dan itu Iannya bunuh dirikan? Irinanya dibunuh gara-gara Ian gak sadar. Dan semuanya hanya karena ikan Koi. Ckckck bisa dibeli lagi atuh ikannya mba Dee.

    Btw aku kira Ian bilang udah ga fobia lagi karena dia nyelametin ikan Koi yang ada di selokan ternyata dia ngebunuh Koinya 😦

    Like

Leave a comment