Mi Instan Tengah Malam

mie instan goreng

by Io

[cr image: here]

.

Ah, sudahlah, pikir Rinda. Urusan perut itu nomor satu.

.

Malam yang dingin.

Bunyi halus mouse yang bergerak diiringi suara jari beradu dengan keyboard menemani Rinda di kamar kos. Gadis delapan belas tahun itu tengah berkutat dengan program aplikasi di laptopnya. Kening si gadis berkerut. Ada frustrasi yang tergambar jelas di wajahnya.

Bodo, ah,” ucap Rinda tak lama kemudian, kesal. Ia menutup aplikasi tersebut, berniat melanjutkan lagi di pagi hari. Gadis itu lantas menggeliat malas dan menengok jam di ponselnya—pukul satu lebih tiga, dini hari. Tak terasa Jumat telah bergeser menjadi Sabtu.

Rinda bangkit dari kursi dan menuju jendela, menyibak tirai hijau yang menutupi. Di luar, hujan gerimis mengguyur bumi. Gadis itu mengusap lengannya kala hawa dingin berembus menyapu kulit. Ini adalah bulan ketiga dia berada di Jember—kota perantauannya. Udara di sini benar-benar jauh lebih dingin dibandingkan dengan kota asalnya, apalagi di malam gerimis seperti ini.

Tiba-tiba saja timbul keinginan memasak mi instan.

Tapi malam-malam begini?

Ah, sudahlah, pikir Rinda. Urusan perut itu nomor satu.

Mengambil sebungkus mi instan dari kotak persediannya, gadis berambut cokelat sebahu itu pun membuka pintu. Ia beranjak keluar dari kamar yang hangat dan menuju ke dapur yang jaraknya hanya beberapa langkah. Begitu sampai di dapur Rinda menyalakan lampu, menerangi ruangan bercat abu-abu dengan cahaya lampu sebelas watt. Ia mengambil panci kecil yang biasa dipakai untuk memasak mi instan dari rak alumunium besar yang berada di dekat wastafel cuci piring, lantas mengisinya dengan air dan mulai menyibukkan diri.

“Hai, Dek.”

Rinda terpekik merasakan jari telunjuk yang menyolek bahunya. Segera ia berbalik, berhadapan dengan tetangga kamar.

“Mbak Via!” kata Rinda, mengelus dada. “Jangan bikin kaget, ah!”

Mbak Via, salah satu penghuni kos yang umurnya terpaut dua tahun dari Rinda, hanya terkekeh. “Bikin apa, Dek?”

“Bikin mi, Mbak,” jawab Rinda, mulai menggunting bungkus bumbu dan menuang isinya ke piring yang telah disiapkan. “Hujan-hujan kaya gini bikin mi tuh kenikmatan tiada tara,” lanjutnya berkelakar.

“Wah, enak deh,” ucap Mbak Via, melongok ke panci Rinda yang tengah merebus mi dengan pandangan iri. Ia lantas mengambil panci kecil lain dan mengisinya dengan air. “Persediaan mi mbak habis, sih. Jadi cuma bisa bikin ini,” katanya, seraya menunjukkan sebungkus Energen rasa kacang hijau.

“Aku masih punya banyak,” kata Rinda. “Mbak mau?” tawarnya.

Engga deh. Makasih,” tolak Mbak Via halus. “Mbak kemarin udah bikin mi. Masa sekarang mau bikin lagi,” katanya.

Mbak Via memang ketat soal mi instan. Ia membatasi konsumsinya akan makanan wajib anak kos itu dua minggu sekali. Takut sakit jika ia terlalu banyak makan makanan scepat saji itu. Tidak ada sanak saudara yang tinggal di kota ini. Rumahnya sendiri berjarak sembilan jam perjalanan. Repot nanti jika terjadi apa-apa.

Rinda manggut-manggut. Mereka bekerja dalam diam, Rinda dengan mi instannya dan mbak Via dengan Energen-nya. Kala Rinda selesai membilas panci, ia melihat Mbak Via baru saja merobek bungkus Energen dan memasukkan isinya ke dalam cangkir berwarna merah.

“Aku duluan ya, Mbak,” kata gadis berambut sebahu itu, mengembalikan panci ke tempatnya semula.

“Oke, Dek.”

Rinda berjalan keluar dari dapur seraya membawa piring berisi mi instan yang siap disantap. Indra penciumannya menangkap aroma menggoda mi instan yang membuat perut protes minta segera diisi. Gadis itu menjilat bibir, pikirannya dipenuhi oleh bayangan dirinya menyantap mi instan tersebut. Pasti nikmat. Namun belum sampai ia mencapai kamar, perhatian si gadis teralihkan kala mendengar suara langkah kaki yang menuruni tangga.

Loh?

Ia berhenti di tempat.

“Mbak Via?”

Mbak Via, yang saat itu tengah menuruni tangga, mendongak—mengalihkan perhatian dari layar ponselnya. Bibirnya merekah membentuk senyuman kala melihat Rinda.

“Rinda? Tumben. Kok belum tidur jam segini?”

Rinda melongo.

“Eh, laper, Mbak,” jawab gadis itu terbata, seraya dengan bodoh mengangkat piring berisi mi gorengnya. Manik cokelat gelap Rinda mengamati Mbak Via yang berjalan mendekat, menuju ke kamarnya yang memang bersebelahan dengan kamar Rinda. Sementara benak Rinda seakan melayang, kehabisan akal. Jantung gadis itu mulai berdegup kencang.

Mbak Via di hadapannya ini memakai babydoll berwarna biru laut bermotif lumba-lumba kecil.

Mbak Via yang dilihatnya di dapur mengenakan T-shirt putih kebesaran dan bercelana pendek hijau.

“Ooh.” Mbak Via ber-oh ria. “Suasana hujan gini emang bikin laper sih.”

Mbak Via berhenti tepat di depan kamarnya. Tangannya menggapai gagang pintu. “Tapi hati-hati loh, Rin. Jangan kebanyakan makan mi instan. Engga baik buat pencernaan,” saran Mbak Via dengan seulas senyum terpoles di wajah.

Belum sempat Rinda menimpalkan komentar, tiba-tiba terdengar suara di belakang gadis itu,

“Dek Rinda? Ngomong sama siapa?” tanya suara yang baru saja Rinda dengar beberapa detik lalu.

Rinda menoleh secara otomatis. Dan di sana, baru saja keluar dari dapur, berdiri Mbak Via. Tangannya memegang cangkir merah dengan asap tipis mengepul ke udara. Tangan yang lain mengaduk pelan isi cangkir dengan gerakan searah jarum jam menggunakan sendok.

Rinda menelan ludah. Air mukanya memucat.

“Mbak … Via…?”

Dan ya, itu Mbak Via. Wajah itu. Baju itu.

Alis Mbak Via terangkat, heran. “Kenapa, Dek?”

Sekejap tawa sunyi tertangkap oleh rungu Rinda. Bulu kuduk gadis itu meremang. Seketika kakinya terasa lemas.

Kalau memang yang ada di depannya itu Mbak Via, lantas yang berada di sebelahnya sekarang ini siapa?

.fin

16 thoughts on “Mi Instan Tengah Malam

  1. cherryelf says:

    Yah, mungkin itu kembarannya! X,D Udah sering dengerin penjelmaan jadi2an gini, tapi tetep horor. Pokoknya pesan saya, kudu cek kaki tiap orang itu nelapak atau ga X,D
    Ngomong2 masalah mie instan tengah malem, itu aku banget. Walau bukan anak kost.

    Trus apa Titan anak kost, nih?

    Like

    • O Ranges says:

      Wah tapi kalau dalam keadaan normal sih bisanya lupa buat ngecek kakinya napak atau engga, udah dibuat bingung duluan XD

      Ehe, titan anak kos kok. Dan sering banget gitu bikin mie instan tengah malem. Untung ngga pernah ketemu yang bukan manusia selama ini :”

      Thanks uda mampir dan komen ya kafatim ❤

      Liked by 1 person

  2. kiyuroo says:

    Malem jumat kaaaaa, ditambah bacanya pas mau tidur iniii.
    Untung tadi makannya rendang, bukan mie instan.

    Terus hujan pulaaa.

    Ku kira bukan cerita horror, kirain mah cerita apaa gitu 😐

    Like

    • O Ranges says:

      ahay, memang sengaja titan posting malem jum’at biar greget… dan kebetulan banget ya pas lagi hujan di sana XD

      thanks uda mampir dan komen ya kiyuroo ❤

      Liked by 1 person

  3. fikeey says:

    jahat banget astaga. jahat jahat jahat. tan mo aku ceritain gak? ini ya aku lagi gabisa tidur terus iseng cari bacaan. aku bacaaaaaa sampe selesai (di hape) terus pas mau komen aku liat jam di ujung atas kanan. 1:03. oke sip tan, oke sip. kalo aku gabisa tidur sampe pagi pokoknya salah titan. heu :””””””(

    btw mbak via-nya ngga punya sodara kembar kan? yang asli tuh pokoke yang bikin energen kan? soale terakhir-terakhir ada kata-kata “tawa sunyi” hayoloh ‘-‘ ah bete ah merinding beneran huhuhuhu :'<

    Like

    • O Ranges says:

      jujur nih, titan antara pengen ketawa sama kasihan baca komen kafika XD
      kebetulannya tsadest banget sih XD

      si Mbak Via ngga punya sodara kembar kok, kak. dan iya, yang asli itu yang bikin energen. tawa sunyi itu hantunya ketawa di samping Rinda 🙂

      Like

  4. dhila_アダチ says:

    Untung aku gak baca malem2 ya Allah :O

    Yang mbak2 energen itu manggil rinda dg sebutan ‘dek’, sedangkan mbak lumba2 manggilnya dg ‘rin’ aja. Naah, trgantung itu si Rinda biasa dipanggil apa sama mbak vinda nya.. .=.
    Ih tapi malem2 kayak gitu toh gak mmpermasalahkan cara manggilnya yg beda2 sih ya yg penting segera masuk kamar, makan mie, bedoa, trus tidur ToT

    Smoga genre horror diperbanyak di ws ini..huahaha..xD keep writing Titan 😀

    Like

    • O Ranges says:

      wah, padahal lebih bisa menghayati nanti kalau dibaca malem-malem hahah

      dan iya, tengah malam dan dalam keadaan lapar gitu sih biasanya ngga notis mau dipanggil nama aja atau pake sebutan dek. perhatian tertuju sepenuhnya ke mi goreng XD

      ayayy, thank you dhila ❤

      Liked by 1 person

  5. Ms. Pang says:

    SETAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN HUHU KALO MAU MINTA MI GORENG BILANG YEU JAN MAIN NONGOL :< MAINAN HAPE PULAK :< UPDATE STATUS BUKAN TUH :<

    Like

    • O Ranges says:

      … dem kepslok tho XD

      hantunya gaul kapang, pegang hape buat update status kaya gini:
      [ Gaes, aku dapat korban baru loh ❤ ]

      Liked by 1 person

  6. O Ranges says:

    … sayangnya mau diapain juga si Mbak Via ini ngga punya sodara kembar, kaput XD

    uwuu, titan akan berusaha menampilkan mereka lagi kedepannya ❤
    dan thank you koreksinya, titan cek lagi ternyata kata baku mie itu mi. dan udah titan edit jadi straight lagi Energennya 🙂

    again, thank you kaput ❤ ❤ me luv uu ❤

    Like

  7. Fantasy Giver says:

    untung aku baca pas masih jam ramah lingkungan, kan. untung bukan kemaren pas lagi ngeronda bareng ekonomi, huhuhuhuhu :((( mana sempet ke dapur juga, kemaren bikin kopi. untung ga ketemu mama jadi-jadian, atau adek jadi-jadian…………..

    aku merinding lho, kak titan, baca ini. kereeeeeen. aku suka. tapi.. parno.

    keep writing yaa, kak titan!

    Like

    • O Ranges says:

      “jam ramah lingkungan” XD XD
      semoga ngga pernah ketemu mama atau adek jadi-jadian ya evin kalau ngeronda lagi XD

      dan justru bikin parno itu yang titan harapkan pas reader selesai membaca cerita ini hahah 😉 gak ding, becanda ❤

      ayayy, thank you so muchie eviin ❤ ❤

      Like

Leave a comment