[Writing Prompt] Everlily

garden_flower_by_everlily-d3dbjnr

-Everlily-

by Liana D. S.

Prompt: Lone Survivor

.

Kau adalah bunga yang sendiri, cahaya bintang yang tersembunyi di kedalaman.

***

Rasa kehilangan itu memenjara.

Yixing pernah menemukan setangkai everlily yang indah di jalanan Mos Espa ketika sedang berburu rongsokan mesin bersama salah satu kawan budaknya. Bocah lelaki pucat itu senang bukan main sebab bunga tersebut—yang ia kenali melalui rajah kepemilikan dari majikannya di punggung—wajarnya tidak tumbuh di planet segersang Tatooine. Cepat-cepat Yixing mengambil si everlily sekalian tanah tempatnya tumbuh, lalu dengan susah payah memanggul karung isi rongsokan mesin sembari mempertahankan si everlily agar tetap berada di tangannya. Bunga itu ia hadiahkan pada seorang budak yang merawatnya sejak dibeli. Namanya Ayumi, dan perempuan itu amat terharu. Raut bahagia Ayumi turut menggembirakan Yixing sampai berhari-hari. Maka bisa dibayangkan bagaimana perasaan Yixing ketika melihat si bunga layu pada suatu sore. Ayumi memintanya untuk tidak terus-menerus bersedih, tetapi kenangan Yixing mengenai bunga itu lumayan lama mengurungnya. Baru beberapa minggu kemudian, Yixing dapat menjalani hidupnya seperti biasa, berharap bakal beruntung menemukan everlily kedua di Tatooine lain waktu.

Namun Ayumi dan teman-teman Yixing tidak tergantikan. Sejak Tuan Everlily meretakkan tengkorak mereka sampai tewas, Yixing hancur. Sang tuan menyinggung soal rencana Ayumi melarikan diri dengan semua budak di bawah umur—Yixing sendiri tidak pernah mendengar tentang rencana itu—sebelum menghukum mereka dengan sengatan nyeri di kepala. Para budak sama sekali tidak mengetahui bahwa dalam tengkorak mereka, tertanam chip mengerikan yang bisa diaktifkan sang pemilik jika mereka dicurigai hendak kabur. Yixing bukan pengecualian. Sebagaimana budak-budak Everlily yang lain, ia pun merasakan ngilu yang sangat, lantas pandangannya mengabur dan ia tumbang.

Harusnya Yixing mati dengan Everlily terbahak-bahak di atas mayatnya.

Takdir ternyata tidak menghendaki demikian.

Hal berikutnya yang Yixing alami sungguh di luar nalar. Ia merasakan tubuhnya memperbaiki diri sendiri, bahkan justru chip pada tulang kepalanya yang remuk. Dan bagai boneka, raganya bergerak di luar kemauan. Ralat, digerakkan. Perasaan menyesakkan nan membakar saat menyaksikan rekan-rekannya dibantai menjebol segala penghalang yang dulu senantiasa mencegahnya berbuat jahat.

“Kembalikan keluargaku!”

Teriakan menyayat Yixing bercampur air mata, menyadarkan Everlily bahwa tidak semua budaknya adalah manusia biasa. Tetapi terlambat, majikan yang semena-mena itu terlanjur tercekik tanpa ada yang mencekik dan nyawanya pun melayang. Sebelum mati, ia sempat melihat manik cokelat Yixing berubah keemasan.

Selanjutnya buram.

Dengan masih meraung-raung hingga hampir gila, Yixing meninggalkan kawasan pemukiman menuju gurun. Senyum Ayumi yang dulu menyambutnya sepulang bekerja kini balik melukai. Ingatan bersama budak-budak sebayanya memperdalam luka itu. Apalagi perih dari bekas-bekas lecutan yang diperolehnya belakangan dari Everlily masih bersisa. Ketika ia tersungkur di atas pasir akibat kelelahan berlari, Yixing sadar dirinya yang lama perlahan digerogoti. Ada benih kegelapan terpendam dalam jiwa kanak-kanaknya yang halus, diam-diam menunggu bertunas, mencari makan dari rasa sakit dan takut inangnya.

“Anak yang malang.”

Sayup-sayup, satu suara yang familiar menyapa Yixing begitu matanya terpejam. Garis-garis cahaya yang menggurat kegelapan mengizinkan Yixing melihat beberapa serpih kenangan dalam ruang mimpinya sendiri. Ia duduk memeluk lutut dalam kandang berjeruji rapat; leher, kaki, dan tangannya terikat rantai, sementara penjualnya bernegosiasi masalah harga dengan calon pembeli. Saat Yixing mencondongkan tubuh agar dapat menangkap pembicaraan mereka lebih jelas, tiba-tiba seorang pekerja melemparkan remah-remah roti kering ke wajahnya seakan sedang memberi makan hewan. Kelaparan hebat, Yixing mengambil potongan yang kira-kira masih layak ditelan, tetapi …

“Mau sampai kapan kau diperlakukan seperti ini?”

… benar, sampai kapan ia membiarkan dirinya disiksa?

Dimensi ruang dalam mimpi Yixing setengah lebur, menyuguhkan memori-memori yang tak patut diputar ulang selagi Yixing mematung, mencerna segalanya. Ia bisa merasakan hangat dekapan Ayumi yang biasa menemaninya jika tak bisa tidur, anehnya tarikan Everlily pada rantai yang meliliti lehernya juga terasa, meski Ayumi dan Everlily sama-sama tak mewujud nyata. Tangis nyeri teman-temannya yang baru dipukuli Everlily teraduk bersama tawa ceria gara-gara manisan. Warna-warna ingatan di sekitar Yixing saling mencoreng, membuat kurva tipis manis di bibir Ayumi berpadu berantakan dengan alis bertaut penjualnya dan seringai meremehkan Everlily, tetapi pemandangan yang tak keruan dan memusingkan ini tidak ada apa-apanya dibanding latar yang setelahnya tersaji.

“Lihat itu. Kepala kakakmu mengucurkan darah tanpa henti. Akankah kau diam saja melihatnya menderita?”

Tahu-tahu saja, Yixing berdiri di tengah lautan mayat merah. Di ujung penglihatannya, memunggungi Everlily, Ayumi meregang nyawa dengan kepala pecah di puncak, tempat chip pembunuh tertanam. Paras cantik Ayumi ternodai darah dan keputus asaan, tetapi Everlily mencemooh si budak wanita tanpa perasaan.

“Kau bisa pasang muka sebelum mati yang lebih baik, tidak? Yang ini jelek sekali.”

Tidak ada jawaban. Everlily menendang badan Ayumi yang telah kaku ke sisi, membuat jalan menuju budak terakhirnya yang hidup. Tatapannya sama merendahkan seperti biasa, tetapi Yixing menanggapinya secara berbeda. Bila Yixing yang lama akan terisak ngeri dan memohon-mohon agar Everlily mengampuninya, ia yang sekarang dipenuhi hasrat untuk balas dendam. Jemarinya bertaut di depan tubuh, memunculkan pedang plasma dari udara seperti sudah terbiasa, dan menggenggam erat hulu senjata tersebut tanda siap menyerang. Tekanan kekuatan dari pedang Yixing semestinya mengancam musuh, tetapi Everlily bergeming. Ia kemudian bicara menggunakan suara yang bukan miliknya, memahamkan Yixing bahwa kilasan pembunuhan di masa lampau, kandang budak, serta dimensi memori yang leleh separuh adalah ilusi semata, seiris mimpi dalam mimpi.

“Apa yang akan kaulakukan, murid mudaku?”

Berbeda dengan Everlily yang serak, si penanya bersuara bening dan dingin. Manik yang sedang ditentang Yixing juga bukan sepasang ungu gelap punya si pedagang mesin bekas, melainkan biru malam. Bagai cermin, sepasang mata itu memantulkan bayang Yixing—yang telah beranjak remaja.

Crat!

Tubuh Everlily terbelah dua, dari sana memancar cairan kental anyir yang sewarna dengan pedang cahaya Yixing. Belum selesai, raga itu dipotong lagi secara melintang, memercikkan darah ke pipi dan pakaian sang kesatria belia, sebagiannya menodai wajah pria yang tersenyum puas di belakang Everlily. Mengabaikan onggokan badan mantan majikannya, Yixing menatap nanar tuannya yang baru, laki-laki bermata biru pemilik suara bening dingin yang tadi menyebutnya ‘murid’.

“Jiwamu sempurna bersih dari kebimbangan. Terus ingatlah mengapa kau memilih jalan ini sebab Sisi Gelap dari Force-lah sekarang satu-satunya takdirmu.”

Ya, Yixing mengerti apa alasannya bertahan dengan Sisi Gelap dan menjauhi Sisi Terang. Manusia-manusia yang memegang teguh Sisi Terang meraih kekuasaan melalui keluhuran budi, tetapi toh keluhuran budi tidak dapat menolong Ayumi dan kawan-kawannya dahulu. Andai Yixing lebih awal mempelajari seni hitam ini, ia pasti akan membunuh sang majikan lebih cepat dan menyelamatkan keluarganya tanpa perlu mencicip pahitnya ketakutan, walau ya, kegentaran itu tetap ada baiknya. Kegentaran adalah jalan menuju Sisi Gelap. Bersama kegentaran, terpiculah rasa marah. Dengan nyala rasa marah, mekarlah kekuatan. Akhirnya, dari kekuatan itulah, tercipta perdamaian.

Inilah jalan Yixing untuk selamanya.

***

“Saya tak akan mengecewakan Anda, Master.”

***

Pagi, sepuluh tahun sejak tragedi berdarah yang tersembunyi di Planet Tatooine, rasa kehilangan itu masih memenjara.

Dalam pusaran antisipasi sekian banyak Padawan, kesatria penganut Sisi Terang calon penjaga perdamaian Republik Galaktika, seseorang rupanya belum bisa lepas dari kehilangan yang ia alami bertahun-tahun silam. Kebanyakan Padawan mengungkapkan ketegangan mereka menjelang misi yang dijadikan ujian untuk menjadi Kesatria Jedi, pendekar derajat tinggi kepercayaan Republik, namun satu orang ini memikirkan hal lain: kebahagiaan yang direnggut, dendam yang mengakar, kode Jedi yang menurutnya hanya sampah, dan rasa muak akibat terlalu lama menahan diri menggunakan kekuatannya. Sesegera mungkin, ia akan membebaskan energi yang telah menumpuk dalam hulu pedangnya sekaligus mengakhiri sandiwara konyol ini dengan kemenangan yang gilang-gemilang untuk idealismenya.

Buk!

“Kak Lay! Murung saja, sakit perut? Jangan terlalu takut memikirkan bahaya dalam misi. Ingat, Kak, Ujian Keberanian juga termasuk dalam rangkaian Ujian Jedi!”

Bahu Lay, pemuda perenung yang memisahkan diri sementara dari kelompok demi mencari ketenangan itu, tahu-tahu ditepuk keras oleh sahabatnya yang sesama Padawan, Chen. Meski seangkatan dengan Lay, si cerewet itu sudah berani berceramah mengenai materi Ujian Jedi, ‘sok Master’ kalau para Padawan bilang. Untung saja wajah Chen lucu, sehingga Lay tergelak alih-alih menyerang kepala kotak itu dengan ujung tumpul senjatanya.

“Yah, betapa pun inginnya aku menghilangkan gugup, tetap saja aku merasakannya, hehe. Perutku agak sakit jadinya, tapi jangan khawatir, sebentar pasti hilang, kok,” ucap Lay kalem, tak sengaja membuat Chen makin ribut.

“Kau harus berdoa agar Force mau meredakan sakit perutmu, Kak! Saat misi, kita pasti tidak sempat buang air!”

“Astaga, Chen, Force punya tugas yang lebih penting ketimbang meredakan sakit perut.”

“Mengapa tidak? Force bisa melakukan banyak hal hebat, memusnahkan kegugupan dan nyeri yang mengikutinya jelas gampang, dong,” Chen menyampirkan lengan di pundak Lay, “Jangan pasang muka lesu begitu. Semangatlah! Yuk, kita berkumpul lagi dengan teman-teman. Kalau melamun, nanti kerasukan Sisi Gelap Force, lho.

“Aku semangat dari tadi, tidak bakal kerasukan, kok.”

“Mana kelihatan? Kakak kan terus mematung di bawah pohon dengan pandangan menerawang begitu. Daripada membiarkan emosi mengganjal, lebih baik berbagi dengan yang lain supaya rileks, rileks!”

Dalam keadaan ‘diseret’ Chen, Lay sempat mengamati betapa dangkal dan tanpa halangan hidup sang sahabat sebelum ini. Chen berasal dari keluarga terhormat yang beranggota lengkap, Force dalam dirinya sangat intens hingga Grand Master Jedi memilihkan sendiri pengampunya, tidak ada yang meragukan kecerdikan dan teknik bertarungnya, plus jangan lupakan kerendahan hati yang menyebabkan para Padawan bersedia menjadikannya teman karib.  Sayang, sebaik apa pun Chen, tidak pernah dia tersentuh tangan-tangan dekil yang meminta makanan, menyaksikan jiwa-jiwa hijau pupus harapan diikat perbudakan, atau berpisah dari orang-orang yang dianggapnya berharga. Ketulusan Chen tidak diimbangi dengan pemahamannya terhadap derita, sehingga kata-katanya yang menunjukkan kepedulian, bagi Lay, tidak akan pernah cukup buat mengobati mereka yang merana.

Seorang Kesatria Jedi menginstruksikan para Padawan untuk merapikan barisan, hendak menjelaskan kembali garis besar misi sebelum kelompok diberangkatkan. Bibir Chen membulat, kemudian ia menoleh pada Lay dengan optimisme yang menyilaukan.

“Semangat!”

Lay menirukan Chen tanpa suara dan mereka saling melempar senyum untuk kesekian kali hari itu. Sambil lalu, Lay membenahi jubah, menutup rajah everlily yang memudar di bawah tengkuknya. Tak benar-benar ia perhatikan langkah-langkah penyergapan pasukan anti-Senat Galaktika dari Kesatria Jedi di depan, malah ia sesekali melirik Chen yang begitu antusias.

‘Habisi semua’ bukan lagi menjadi kata kunci misi rahasia Lay sebab ia sudah menentukan siapa yang akan menemaninya dalam penjara kesepian.

Rasa kehilangan mengubah Lay—atau Yixing—menjadi bunga gurun sebatang kara, tetapi bahkan bunga gurun pun butuh teman, bukan?

TAMAT

Star Wars © George Lucas

***

mohon maaf untuk segala kekurangan. i tried my best, tapi kyknya yg ‘best’ pun masih rasa saus tartar hahaha. aku berusaha sepas mungkin dg AU-nya, apa dayaku modal cuma wikia, nonton saja tak pernah, mau pake AU lain buat ‘Lightsaber’ kok ya nggak sopan.

at least, playlist utama EXO udah kelar semua kubikin fic sblm comeback EX’ACT ^^

22 thoughts on “[Writing Prompt] Everlily

  1. Adelma says:

    halo liana, ini theboleroo/nisa. masih inget? cuman sekarang ganti penname huehehehe. udah lama ga baca tulisan kamu >< dan masih aja sekeren yang aku ingat. daebak!
    sejujurnya aku juga ga ngikutin starwars, cuma nonton film terakhirnya doang karena penasaran kok ngehype banget???? meski aku nggak terlalu paham dengan detail-detailnya starwars, tapi cara kamu bercerita itu udah menyihir banget dan aku sangat menikmati :") 'dendam' nya yixing kentara banget sampe-sampe aku ikutan nyesek juga. keren banget deh.
    oya ada koreksi, familiar itu harusnya familier 😀 itu aja sih hehe selebihnya udah oke banget ❤ keep writing yah!

    Like

    • lianadewintasari says:

      lhoh? jadi pemilik pen name adelma ini sebenernya kak nisa?! trs aku merasa malu krn ga tau kakak udah ganti penname, maafkan dakuuuuuu :”” aku inget kok kak, tenang aja 😀
      tapi makasih kakak udah dikoreksi juga, udah dibaca dan diapresiasi jg, kirain ini nggak bakal ada peminatnya di WS uwaaaaaa
      keep writing too kakak! XD

      Like

    • aurora says:

      kak liana halooo! maaf baru bayar sekarang :” ((lha berasa ngutang duit beneran da)) pas aku baca ini sekilas, kukira ini surrealism loh HAHAHA, soale buatku kak liana tuh identik sama surreal. jadi kupikir temanya rada berat, makanya aku tunda dulu bacanya. tapi pas dibaca taunya malah starwars!AU dan nggak kerasa berat banget kok hihi. as expected from kak liana, idenya pasti unik2. sci-fi yang ada konflik batinnya ini favoritku bangetlhaa. mas yixing huhuhu :” kasian, tapi mau gimana lagi kan dunia tempat dia tinggal emang kejam sih. btw sama kayak yang lainnya, pengetahuanku soal star wars ini nol besar EHEHEHE. tapi masih mudeng kok. nice one kak li, as usual. semangat terus ya nulisnya! ❤ ❤

      Like

    • lianadewintasari says:

      hai ais! duh ya sekali lagi *utk kesekian kali* aku minta maaf krn udah bikin org ga mudeng. habis habis ini adalah kesalahan exo yg rilis lagu lightsaber bbrp abad silam T.T jadinya aku kan harus bikin playlist ficnya
      tapi meskipun ini berat bagimu yg nol besar kalo soal star wars, aku senang kamu masih tetep membacanya huahaaa much thanksssssssss
      keep writing to you too! XD

      Like

  2. cherryelf says:

    Hello, Liana. Aku baru ngeh ini Star Wars AU waktu jedinya kesebut hahaha pengetahuanku soal Star Wars nol besar, tapi aku masih bisa ngerasain, Lay ini tumbuh dan makin ‘matang’ dgn kesakitan dan dendamnya. Yang menarik perhatianku adalah si bunga everlily dan Tuan Everlilynya. Nama mrk bisa sama tapi berkebalikan satu sama lain. Yang satu indah dan dan dilindungi Yixing, yang satu kejam dan dibunuh Yixing hehe

    Smangat trus nulisnya, Liana! 🙂

    Like

  3. riseuki says:

    apa daya aku juga ga ngikutin starwars, li, cuma ngerti lah jedi jedi galaktika 😂
    Selama baca ini aku mikir ‘akan bermura kemana cerita ini’ dan endingnyaaaaa, sukak!
    tpi sedih ngebayangin beban yg bakal ditanggung chen kalo jd temen yixing, haha :’D

    Like

    • lianadewintasari says:

      ini beneran kak ris bukan? yg di IFK? iya bukan sih? aku ngerasa kyk mimpi disapa lagi XD halo lagi kak ris!
      *duh moga ga salah org, sdh sok akrab banget gini lagi
      thankseu udah suka! bosen bikin yixing jadi org baik2 terus ehe. sekali2 dia perlu dibikin liar kyk di mv monster *uhuk promo
      keep writing too kakak! terima kasih lagi udah mampir!

      Like

    • riseuki says:

      bentar, ‘ris’ yg dimaksud ‘riris’ bukan ? rizuki? kalo iya miaaaan thats not me 😂 dan kamu org kedua yg salah kalo sampe begitu, but thats fine for me (eh tp kasian riris disalahsangkain sama abal kek aku 😂)
      hihi promonya nanti kalo udh di post aku baca yaaa~~

      Like

  4. fikeey says:

    hai lianaa! wah starwars!au waaah. hahahaha believe me li, aku pun ngga ngikutin star wars dari yang episode 1. cuman pas kemaren aja rame banget pas yang ke-7 keluar, terus aku bela-belain sama adekku yang nonton dari awal (tapi tetep aja belom ngerti-ngerti banget hahahaha). suka sama penggambarannya, suasananya, karakterisasinya, dan bunga everlily-nya tentu ajaa ehe. DAN FOREVER SENENG BIKOS KAMU MILIH YIXING BUAT JADI PEMERAN UTAMA HUHU i can’t be more happy beneran deh :’) dan plot twist di akhir literally yang bikin diem, bengong, menghela napas panjang, terus ngetik komen hahahaha. bagus banget liii, suka deh 😀 keep writing yaaa!

    Like

    • lianadewintasari says:

      kak fikaaaa thankies sudah mampir XD iyah, soal star wars sih… gimana kita mau ngikutin ya org itu waktu seri originalnya tamat (yg ke-6) masih tahun 1980-an/1990-an gitu ga sih. blm lahir hahaha.
      plot twist? oh yg terakhir dihitung twist ya ahahaha okelah walaupun kurang nendang kalo aku ngerasanya. baca ini habis nonton mv monster itu aku berasa cetek kalo bikin storyline tidaaak.
      anyways, sekali lagi, terima kasih sdh mampir dimari ^^

      Like

  5. SantiiAng says:

    Hai kak!! Aku baru sadar di akhir kalo ini ternyata Star Wars. Aku cuman tahu dikit soal film ini. Aku suka sama bunga everlily nya wkwk dan chipnya juga. Wkwkw. Keep writing kak! 🙂

    Like

  6. myk says:

    kak lianaaa, aku mampirr 🙂

    apa ya? pas baca ini aku yang mikir kak liana mau bawa ceritanya kemana. aku udah lumayan tegang di awal sampai bagian yixing yang bunuh masternya sendiri. kalau aku posisikan diriku jadi yixing, yaa, dunia kan bisa sekejam itu. tapi masalah pilihan lah. aku suka gimana kak liana bawainnya, karakter yixing kental banget, kak. suasana yang kak liana bangun buat aku terbawa gitu, apalagi pas baca ini lagi ujan padahal masih pagi, jadi kesannya gimana gitu, hehehe.
    dan,
    kaget waktu tahu ternyata ini starwars au, aku engga ngikutin apalagi nonton yang terakhir kemarin. jadi pengetahuanku benar-benar nol, kak. tapi untungnya aku udah terbawa duluan jadi walaupun engga ngerti aku masih bisa ngikutin.
    semangat terus ya kak li, keep writing, qaqa! ❤

    Like

    • lianadewintasari says:

      lah ujan toh di tempat vana? iya kalo dibayangin settingnya sambil ujan mah aku lgsg gegulingan aja bikos mas yixing. berdarah-darah. di tengah ujan. dalam kegelapan. aku lemaaaah
      sesungguhnya the force awakens itu udah jauh dari AU aslinya… gimana ya, aku suka konsep jaman tahun 80-annya sih hahaha kan film jaman baheula tuh star wars. di force awakens itu dia ngegeser konsep penjahatnya sama selain sith, lha malah tambah bingung…. sudahlah.
      ini pun aku tanpa nonton star wars bikinnya fufufu cuman berbekal wikia doang :p
      makasih ya vana udah mampir dan ninggal jejak XD

      Like

  7. lianadewintasari says:

    hah. jadi. ternyata reviewer entryku selalu kak put toh.baiklah sblmnya saya ucapkan terima kasih utk perbaikannya *bow* maaf kalo ini bikin sepet mata kakak ahahaha
    eum, soal webe itu yah setengah benar sih krn ide ada, tapi nulisnya bingung mau ditata kyk gimana. yg mana problem nulisku ya itu2 juga dari dulu *facepalm
    anyways, setidaknya kakak suka idenya aku sudah tersentuh sekaleee *kalo di fandom anime, ‘driving force’ ke kegelapan yg macam ini sering bgt jadi sejujurnya aku merasa malu krn pake klise ini* tapi benarkah kalo jedi!yixing itu mainstream krn aku blm melihat satupun jedi!exo-m selain luhan, itu pun luhannya sdh nyerempet2 sith hehe. terus.
    kakak tahu kalo yixing skrg badass? berarti. kakak. nonton. monster?
    ehem.
    abaikan saja aku kak aku hanya sakit tenggorokan :p
    sekali lagi terima kasih banyak buat edisi perbaikan ini kak dan keep writing too!

    Like

Leave a reply to kateejung Cancel reply