[Writing Prompt] Kekuatan Super

af350abc0f7b62ff20ec30027c5e231d copy

Superpower

by Keii

“Tulisan ini adalah bukti nyata dari kekuatan superku.”

.

Setelah lelah mengganyang semangkuk seblak ceker dan segelas jus jeruk, akhirnya aku bisa mendaratkan jariku di atas tuts-tuts alfabetikal, menggerakkan otot tanganku gesit sembari memilah dan memilih sederet aksara yang tersedia. Mataku memandangi layar yang sengaja kulemahkan tingkat pencahayaannya—sebagai informasi, mataku agak sensitif. Kuperas otakku untuk bekerja luar biasa keras, semata agar gerakkan jemariku tak membuat jeda; aku mudah lupa kalau diam.

Proses ini kulakukan berulang kali, yah, paling tidak sampai ide di dalam kepalaku habis, atau aku mulai malas mengetik, atau ternyata deretan kalimat yang telah kutulis tadi sama sekali tak memuaskanku. Kalau sudah begini, rasanya seblak yang kumakan tadi terasa getir seperti buliran santan basi.

Hari ini terjadi yang demikian itu. Kupandangi daftar tugasku; selain menyelesaikan sebuah prompt pendek, aku masih punya setumpuk tugas campuran lain yang menunggu. Ditambah lagi, waktu yang kusepakati untuk menyelesaikan tugas ini—menulis berdasarkan prompt yang diberikan oleh sebuah situs blog online—pada prinsipnya sudah tak tersisa banyak. Hanya sehari, dan 24 jam itu sangat singkat kalau cuma untuk dilamuni.

Huft, andai saja aku punya semacam superpower. Menjadi The Vision sekaligus The Flash akan sangat membantu.

Nah, Jika kau pernah membaca sebuah tulisan sampah di mana penulisnya cuma membicarakan hal tidak penting sampai empat paragraf pertamanya, maka selamat, kau baru saja menemukannya. Dari sini, aku ingin membahas sesuatu—yang penting—jadi jangan tutup komputermu dulu.

Ceritanya bermula saat aku terjebak macet sore tadi. Seperti yang kaukira dari sebuah kota kecil dengan penduduk terlalu banyak, Cirebon sore hari sama brutalnya dengan Jakarta. Kendaraan roda dua dan empat bersaing di jalan, ngotot menguasai area tertentu di balik alibi waktu. Para pejalan kaki tumpah ke jalan karena pasar dadakan spesial ngabuburit yang menjamur di bahu-bahu jalan. Tukang becak asyik memarkirkan becaknya di emperan sambil mengangkat tangan untuk mengundang penumpang dari arah berlawanan. Sepeda, becak motor, bahkan satu unit odong-odong, ikut-ikutan menambah runyam lalu lintas, seakan-akan mereka perlu masalah baru saja.

Di tengah kemacetan ini, aku mulai berpikir yang tidak-tidak. Sambil menarikan jemari di sisi lingkar luar setir Brio merahku, aku berandai-andai untuk terbang. Pasti menyenangkan, ya, punya satu kemampuan di mana bobotmu mendadak ringan sampai kau melayang di udara. Apa, ya, rasanya menjadi Superman? Kemacetan brutal apa yang mungkin ia rasakan? Tabrakan dengan burung? Diserempet kapal terbang? Rebutan jalur dengan Iron Man? Tidak buruk. Ketimbang terjebak di belakang ibu-ibu yang memasang sen ke kiri di saat akan belok ke kanan.

Nah, bicara soal pengendara yang tidak tahu—atau tidak taat—aturan, nih, aku pernah berdoa di jalan, bahwa jikalau suatu hari aku bangun pagi dan dianugerahi sebuah kekuatan super, aku ingin bisa membaca pikiran orang-orang ini. Aku ingin tahu, mau kemana, sih, pengendara Revo itu buru-buru pergi sampai body motornya menggesek sisi kanan body mobilku. Aku juga ingin mengerti kalau sewaktu-waktu ada ibu-ibu yang memecahkan kaca spionku—lagi—tapi dengan lugunya berpolah seolah tak ada yang terjadi dan pergi. Barangkali, kalau aku punya kekuatan super untuk membaca pikiran, hatiku mau berdamai dengan emosiku. Yah, siapa tahu mereka punya kepentingan yang lebih mendesak dibandingkan kebutuhanku untuk rebahan di sofa ruang tamu.

Bermenit-menit terjebak macet, aku hampir bisa mengarang sebuah cerita pendek lima halaman. Isinya cuma keluh kesah dan fantasi kosong tentang beragamnya kekuatan super yang ingin kumiliki, juga doa-doa tak masuk akal yang tak layak untuk kutulis di sini.

Begitu macetnya terurai, dan ban mobilku mulai bergulir lagi, nyatanya hanya membutuhkan sepuluh menit untuk sampai di rumah. Aku buru-buru merebahkan tubuhku di sofa sebagaimana yang kurencanakan. Pikiranku masih menerawang ke tempat lain; pada kerjaan kantor, tugas rumah yang belum dikerjakan, janji-janji temu yang belum terealisasi, hingga tugas menulis yang belum dikerjakan pada H-1 deadline.

Lucunya, aku teringat lagi pada bualanku soal kekuatan super.

Kubuka laptop hitam lawasku. Bau keringat dan penampilan apak, tidak mengurungkan niatku untuk segera membuka sebuah aplikasi familer yang ku-pin-up di menu utamanya; Microsoft Word—teman setiaku. Jemariku sudah siap menari di atas keyboard tepat saat adzan magrib tanda berbuka berkumandang. Untungnya aku sudah membeli seblak dan segelas jus jeruk. Kusantap seblaknya hati-hati, diimbangi dengan seteguk atau dua teguk jus untuk mengurangi tingkat kepedasannya.

Lima menit selanjutnya, santapan buka puasaku sudah tinggal kenangan. Kupandangi kursor kecil di atas dokumen digital kosong Microsoft Word-ku, berkedip-kedip, mengundang untuk segera diperhatikan. Lantas yang kutahu selanjutnya aku sudah di sini, menulis beragam padanan kata yang kuinginkan; masih berandai-andai soal kekuatan super yang belum tentu ada.

Tapi…, ah, masa bodohlah.

Aku tidak butuh, kok, yang begitu-begitu. Percaya tidak, tulisanku ini adalah bukti bahwa aku sudah punya kekuatan super dari dulu?

Haha.

Kalian harus percaya, soalnya aku tidak bohong; aku punya kekuatan super. Tidak istimewa, tapi benar-benar berguna. Kunamakan kekuatanku ini dengan…

“Kekuatan Deadline.”

.

.

fin


Percayalah, geis, tulisan ini dibuat mepet banget sama deadline. The Power of Deadline is a thing banget ya.

Keii.

23 thoughts on “[Writing Prompt] Kekuatan Super

  1. kimminjung00 says:

    THE POWER OF DEADLINE!!
    waks xD iya sih emang kalo nulis mepet deadline itu emang lebih cepet :” mendadak ide ide muncul gitu :” suka kezel sendiri x”D kadang kalo ceritanya udah beres mepet, covernya belum nyari :” terus bingung nyari judul yang kece :”

    Ketimbang
    terjebak di belakang ibu-ibu
    yang memasang sen ke kiri di
    saat akan belok ke kanan.

    sumpah ini ngukuk banget xD emang ngeselin sih –” aku pernah diginiin pas lagi nyetir motor :” dan aku yang masih amtiran ini takut nabrak dan jadi panik sendiri wkwkwk xD

    tulisannya keren kak *-* ngalir banget aku suka~ ga bisa berhenti baca kkk

    keep nulis ^^ imel dari 00L di sini 😀

    Like

  2. dhila_アダチ says:

    The power of deadline bisa ngetik mulus kayak jalan tol. Bahkan skripsi pun aku pakai teknik kayak gini, hahaha *duh skripsi*.
    Eksekusi prompt-nya mantap kak. Prompt superpower ternyata bisa diarahkan kayak cerita ini. Mantap lah.

    Kemacetan brutal apa yang mungkin ia rasakan? Tabrakan dengan burung? Diserempet kapal terbang? Rebutan jalur dengan Iron Man? Tidak buruk. >> aku ngakak XD

    Keep writing kak nyun! 😀

    Like

  3. cherryelf says:

    Bahasa yg lebih keren; The power of kepepeeet. pas bnget kmren aku ngebut ngerjain skripsi dalam satu malem, stelah berhari2 maunya mogok X,,,,D
    Suka bnget sama part rebutan jalur dgn iron man X,,,D

    Like

  4. myk says:

    the power of deadline kadang bisa diartikan dengan the power of kepepet juga, kak. apalagi kalau ada tugas kampus atau deadline nulis misalnya, kadang ide bisa muncul gitu aja hahaha. aku kaget prompt superpower bisa diolah jadi gini. pas aja gitu rasanya ‘kekuatan deadline’ ditaruh di akhir. aku suka bagian, “Ketimbang terjebak di belakang ibu-ibu yang memasang sen ke kiri di saat akan belok ke kanan.” ini bagian paling ngeselin kalau lagi di jalan lah. eniwei salam kenal yaa, kak nyun. aku vana, garis 96.

    keep writing, kak 🙂

    Like

  5. lianadewintasari says:

    curhat hahahaha, kudu banget ya cerita ini dibukanya pake seblak
    tapi keadaannya kak nyun yg di jalan macet itu sama bgt kyk berbagai tempat di dunia ini. dan aku ga bisa berhenti ketawa waktu baca ibu2 lampu sen
    kadang aku juga punya pikiran kyk gini, iya sih penasaran juga kalo org ngebut dgn berisiknya itu apa tujuannya, kali penting? but still, mereka ngeselin dan kak nyun dgn sukses menuturkan kekesalannya di sini.
    keep writing!

    Like

  6. liakyu says:

    Kanyun tuh ya, bisaaaaaaa aja deh x)))
    Kekuatan deadline emang sesuatu banget soale aku selametnya juga gegara hal itu HAHA.

    “Aku ingin tahu, mau kemana, sih, pengendara Revo itu buru-buru pergi sampai body motornya menggesek sisi kanan body mobilku………”

    INI NIH. Aku juga suka bertanya-tanya.

    Aih selalu suka writing style-nya kanyun yg kalimatnya tuh padat dan berbobot HEHE.

    Sek keep writing ya kak x)) ❤ ❤

    Like

    • Keii says:

      Haloooo Lia. Terima kasih loh review-nya. Sama kaya aku selalu suka tulisan kamu yang penuh dengan diksi indah yang dinamis. Tetep semangat nulis juga, Li.

      Like

  7. jungsangneul says:

    ahahaha iya bangett aku juga pernah gitu sik, udah mepet banget ama deadline baru kerjain x”D tapi menurutku tetep nggak semaksimal jika dikerjakan dari jauh hari sih….

    Hmm apa yah, tulisannya rapi cuma topiknya aga ga konsisten, nabrak sana-sini jadinya. Mungkin karena yang diceritakan pikiran si ‘aku’ jadi random banget kesannya hehe. But its olrait kak, semangat ya semua tugas-tugasnya dan keep writing!! ^^

    Like

    • Keii says:

      Niswa! Halo, Dear.
      Kalau udah kepepet, dalam beberapa kasusku, hasilnya selalu sesuai ekspektasi (untuk tugas-tugas ringan yah, bukan yang butuh usaha ekstra kayak skripsi hahahaha) mungkin ada semacam motor di otak yang tadinya ga gerak, tiba-tiba jadi gerak pas kita kepepet. LOL.
      Makasih udah review, Nis. Kamu juga tetap semangat nulis!

      Like

  8. ZulfArts says:

    Serius kak, bukanya sama seblak ceker? Nggak maag? ((Salah fokus))

    Abis baca ini, dapet pencerahan kalo penulis itu hebat. Punya kekuatan super :”3 deadline emang bikin jari-jari berasa punya jalan sendiri biat mencet huruf yang mana secara otomatis (apasih) wkwkwk..

    Daaan, soal ibu-ibu yang pasang sen kiri padahal mau belok kanan, itu hal paling nyebelin setelah tiba-tiba ada polisi mau nilang._. Terus ada lagi yang nyebelin dari ibu-ibu yang bawa motor, kalo mau masuk ke jalan utama gak bisa nyelow, kudu aja mampir dulu ke tengah sampe ngalangin sejalan jalan. Kalo diprotes malah ibu ibunya yang balik marahin. Dasar ibu ibu-_- *lah kok jadi berasa curhat*

    Ehh btw, salam kenal ya kaak, Zulfa dari garis 00 🙂

    Like

  9. aminocte says:

    Kaknyun, aku jadi penasaran sama seblak masa’ 😀
    Ceritanya relatable banget deh asli. Soal pengendara yang berkendara seenaknya (apalagi jam pulang kerja pas bulan puasa ini heuu). Belok sembarangan, motong sembarangan, dll.

    Dan yeah, the power of deadline itu warbyasaaahh!

    Like

  10. slmnabil says:

    Wah mbanyun ini kreatif sekali yaaah. Jadi inget sama temen sekelas yang tiap dapet tugas bikin cerpen pasti aja dia ngerunut proses dari awal dikasih tugas sampe disuruh presentasi di depan kelas. Wahahahahaaa. Yeoksi Q, bisa menyadarkan kalau kita punya kekuatan super.

    Seperti byasaaa laaah, kalau bapkyr yang nulis maaaah segala jadi bagus bagus ajaaa hihiiiii xd sarkas sarkas nyaaa nguquq pulaaaa. Ditunggu fiksinyaah yang lain yaaaah kaknyuuuun ❤

    Like

  11. O Ranges says:

    kanyun, haloo

    “Kekuatan Deadline.” — asli ini tuh kekuatan super yang ngga ada bandingannya. titan mah biasanya nyebut the power of kepepet dan berkali-kali lolos dari masa kritis gegara pake kekuatan ini hahah XD

    titan literally bisa ngerasain dan ngeliat dari sudut pandang tokoh Aku di sini. dan uwuu, kanyun tulisannya ketje seperti biasa ❤ literally ngefans sama tulisan-tulisan kanyun ❤

    titan tunggu fiksi selanjutnya dari kanyun yaa. keep writing, kak! 😀

    Like

    • Keii says:

      Haluw Titan!
      aku juga literally ngefans sama Titan. Tulisannya, gambar-gambarnya, sama orangnya juga soalnya kiyowoooo. Haha. Semangat nulis juga kamu Titan!

      Like

Leave a comment