Gadis Kecil


Gadis Kecil

by OtherwiseM

Si gadis kecil terus melajukan tungkainya.

 

.

.

.

Pakaiannya kumal—berlubang di sana-sini. Kaki mungilnya beralaskan sandal jepit yang kian menipis. Peluh sebesar biji jagung berlomba menuruni wajahnya. Genderang di perutnya bertabuh tanpa henti.

Si gadis kecil terus melajukan tungkainya. Lampu-lampu masih menyala. Sang surya masih malu-malu mengintip dari balik gumpalan awan. Netra sayunya menyisir sudut demi sudut gang yang ia lalui. Kendati begitu, sebutir nasi tak sanggup ia temukan di antara aroma busuk yang menyengat.

Pencariannya berakhir dengan helaan napas serta nyeri yang menyerang dada—sepertinya maag-nya memburuk.

Si gadis kecil terus melajukan tungkainya. Menyenandungkan sepotong lagu di antara kerumunan kendaraan yang berhenti menunggu nyalanya si hijau. Menengadahkan tangan di bawah pancaran sinar sang pusat tata surya. Menanti uluran tangan para dermawan bersama sekepal harapan.

Matahari nyaris tenggelam kala ia mendengar percakapan singkat dua gadis kecil yang melangkah beriringan di trotoar.

“Eh, ini barbie yang ada di mall kemarin, ya? Wah, padahal harganya mahal sekali!”

“Iya, dong! Aku cukup merengek dan sedikit menangis, lalu langsung dibelikan.”

Rasa iri bergulung dalam dadanya. Mendesak gumpalan air di pelupuknya untuk keluar. Tidak. Tidak boleh dengki begitu, pikirnya seraya kembali menunggu lampu merah menyala.

Kala malam menjemput, si gadis kecil kembali melajukan tungkainya. Namun kerjanya terhenti begitu maniknya menangkap presensi rumahnya di ujung jalan. Ia beralih memandang uang receh di dalam bungkus permen bekasnya. Senyuman merekah. Ia kembali melanjutkan aktivitas tungkainya dalam tempo yang lebih cepat.

Ibu pasti senang karena aku bawa uang hari ini.

Lengan kecilnya baru saja tuntas membuka daun pintu saat dilihatnya sosok sang ibu sudah merebahkan bokong di kursi bersama ponsel besarnya yang terus berbunyi. Ragu-ragu si gadis mendekati tanpa kata-kata. Manik hitam si ibu bergerak cepat padanya sebelum  tangannya terulur. Seraya menggigit bibir, si gadis kecil menyerahkan bungkus permen bekasnya.

“Hari ini juga cuma segini?”

Si gadis kecil menunduk, tak kuasa pandangi netra ibunya yang menyalang.

“Sia-sia aku membesarkanmu.”

Dengki menyeruak dalam hati kecilnya saat gagang sapu menghantam tubuhnya. Sejurus kemudian, tangisnya pecah membelah sunyi.

—end—

 

24 thoughts on “Gadis Kecil

  1. myk says:

    wah, hai imel 🙂 kayanya ini fiksi pertama yang aku baca dari kamu ^^
    lumayan kaget pas baca endingnya. percaya engga percaya masih banyak eksploitasi anak kaya gini di negara tercinta 😦

    Liked by 1 person

  2. shiana says:

    aaa nyesek banget-bangetan 😦 kukira ibunya itu kayak sakit-sakitan sampe anaknya kerja begitu eh ternyata malah tambah parah sekali kenyataannya. anyway, salam kenal imel!

    Liked by 1 person

  3. kiyuroo says:

    Miris banget baca ini 😂😂
    Ko jadi inget film joshua oh joshua ya pas baca endingnya?
    Dan yang lebih miris adalah emang kejadian ini tuh ada dan banyak di negeri ini.

    Oh iya, salam kenal ya 🙂

    Liked by 1 person

  4. dhila_アダチ says:

    Aku kaget baca endingnya. Nyeseknya makin berlipat, huhu. Ini simpel tapi johaa pokoknya. Selamat debut, Mel 😀 Keep writing always 😀

    Liked by 1 person

  5. kyo0629 says:

    Hai salam kenal
    Jd teringat soal berita eksploitasi anak yg ga ada abis”nya
    Nyesek banget huhuhu
    Aku pikir ibunya seorang yg baik dan amat sangat patut di sayang, ternyata eh ternyata
    Ok keep writing ^_^

    Liked by 1 person

  6. futureasy says:

    imeeeeeeeeeel 😦 ini potret kehidupan banget huhuhu. Gak jarang nemu yang begini, anaknya (yang belum tentu anak kandung) disuruh cari uang sementara orangtuanya hidup enak tinggal nunggu hasil pencarian si anak 😦 my heart goes out to them, those children at the centre of child labour 😦 Simple tapi impresif. Selamat debut di ws, yaaa, Imel! 😀

    Liked by 1 person

  7. Lee Donghae's says:

    Perhatianku tercuri oleh kalimat ini >> Iya, dong! Aku cukup merengek dan sedikit menangis, lalu langsung dibelikan.
    Aduh, masih kecil udah jalan gitu otak bulusnya.

    Aku bisa kebayang gimana perasaan tokoh utama. Di saat dia makan aja susah, ada anak lain yang bisa dengan mudah dapetin sesuatu yg mahal cuma dengan pura2 sedih. Dan seolah itu belum cukup, pas pulang dia mesti kena marah pula. Emaknya emang bener2 minta dipites deh. Dia enak2an di rumah, main hape, anaknya disuruh kerja seharian.

    Great job! Aku suka cerita ini. Feelnya nyampe. Bahasanya juga bagus. Keep up the good work yaaa. Salam kenal 🙂

    Liked by 1 person

    • kimminjung00 says:

      Hehehe, aku juga pernah beberapa kali denger begituan sih jadi … rasanya gimana gitu hahaha xD
      Makasih banyak ya ^^
      Imel dari 00L salam kenal :D~~

      Like

  8. O Ranges says:

    quite an unexpected ending. i was rather thrown off tbh 😀

    jadi berpikir kalau dengki yang dirasakan si gadis kecil ini bukan karena anak lain memiliki barbie, tapi karena orang tuanya yang suka rela membelikan kendati cara yang dipake agak… ya begitulah, sementara ibunya sendiri di rumah memperlakukan dia seperti itu.

    thank you for the story. keep writing, Imel 😀

    Like

Leave a reply to Lee Donghae's Cancel reply