Suave [1]

by fikeey

A beautiful story left incomplete. Oh, how he knocked me off of my feet.

Yoongi bukanlah penggemar sebuah tempat yang mampu menampung banyak orang di dalamnya, dipenuhi sederet toko, dan sama sekali tidak menghasilkan faedah apa-apa; um, well, jika window shopping bisa disebut menghasilkan manfaat seperti yang Sadie bilang. Tapi lihatlah, sejam lebih mereka memutari setiap inci mal dengan teliti, belum ada sebuah kantong belanja pun dihasilkan.

O, Tuhan.

Jika bukan karena Sadie yang memohon-mohon—ditambah janji manis akan menemaninya di studio seharian besok, tentu saja—lebih baik Yoongi kembali pada software kesayangannya dan memelototi not balok di layar sampai gila.

“Yoon.”

“Hm?”

Ada gelak tawa ringan di udara sebelum wanita berambut sebahu di sisinya kembali bersuara. “Santailah sedikit,” katanya. “Kau terlihat seperti ingin menembak kepala orang.”

Inginnya menggerutu dan balik memohon pada si wanita untuk pulang atau membeli minuman lalu pulang atau—persetan, ia benar-benar ingin pulang. O, tapi egonya lebih besar dari keinginannya mengeluarkan ekspresi menyerempet imut, tentu saja.

Sejak kapan Min Yoongi merengek? Tunggu sampai Nicki Minaj menjadi presiden Amerika.

“Yoon.”

“Apa?”

“Belikan aku minuman.” Nada Sadie melembut seraya memeluk sebelah lengan Yoongi. “Setelah itu kita pulang. Atau kau ingin ke studio?”

“Pulang.” Yoongi berkata pendek—agaknya mati-matian menyembunyikan rasa lega dan senang, jadi ia berakhir membawa Sadie ke salah satu konter yang menyediakan minuman favorit wanitanya.

Berlebihan sih katanya, karena kendatipun Yoongi hanya membelikannya air mineral, Sadie akan menerima dengan senang hati.

You hate crowds that much, Yoon?” Suara Sadie tidak menampilkan kekecewaan atau hal buruk apa pun mengingat keduanya hanya menghabiskan waktu sebentar—tapi menurut Yoongi lama—untuk berjalan-jalan. Ditambah hanya membawa pulang seporsi bubble tea taro di masing-masing tangan. Hah.

You know what you all remind me of?” Yoongi merespons sementara keduanya meniti langkah menuju lapangan parkir. Kebisuan Sadie dianggapnya sebagai tanda untuk melanjutkan. “A bunch of orcs.” Lantas pria itu menyeruput minumannya lalu dengan satu gerakan menoleh pada Sadie—yang balik menatap sambil memberengut. “Not you though. I like you.”

[A situation they hate]

Jadi Sadie berakhir menepati janjinya untuk menemani Yoongi di studio. Yeah, ketika Yoongi bilang ingin pulang saat tadi keduanya masih menjejakkan kaki di mal yang ramainya mengalahkan pesta kembang api menuju tahun baru, itu artinya pergi ke apartemen demi membawa seperangkat alat mandi serta baju ganti. Akhir minggu bukanlah waktu yang biasa digunakan pria itu untuk beristirahat.

Akhir minggu artinya pria itu akan berada di studio sampai Minggu sore—ralat, tengah malam menuju Senin malah—karena Yoongi ingat Sadie pernah marah-marah di pintu—masih mengenakan piyama—dan menyuruhnya pulang.

Got something on your lips, Sweetie. Here.”

Oke.

Sesungguhnya ini sudah kali kelima belas—iya, Yoongi menghitung sejak pulang dari mal—Sadie memberondongnya dengan sederet kata panggilan. Sweetie, Honey, Darling, bahkan Bunny. Hell. Kelinci? Jika Min Yoongi adalah kelinci, maka ia akan menjadi kelinci paling keren dan badass kalau begitu.

Yoongi membiarkan sang lawan bicara menghapus noda entah apa dari sudut bibirnya, mengamatinya yang lantas berjalan ke sudut ruangan demi mengambil kotak tisu yang lain sebelum kembali duduk di seberang meja. Menu takeout kala itu dipenuhi saus dan kecap; dan Yoongi bukanlah seseorang yang terlalu memerhatikan kerapian saat makan.

Eat slowly, Handsome.” Sadie terbahak. “Pekerjaanmu tidak akan hilang ke mana pun.”

Dan kalimat itu justru memaksa gaya batuk Yoongi setingkat lebih anarkis. “What’s with those nicknames, seriously?” tanyanya sembari menenggak air.

“Entah. Aku tiba-tiba teringat Julie yang sering menggunakan kata panggilan.” Sadie menjawabnya dengan bahu diangkat. “Dan kupikir itu bukan hal yang buruk, jadi yah,” lalu wanita itu mengambil sepotong kecil udang, “coba lemparkan sebuah panggilan untukku, Yoon. Aku mau dengar.”

Yoongi memandangi figur Sadie yang masih sibuk dengan sisa-sisa terakhir di piringnya sementara ia menurunkan botol minum dan menempatkannya di meja. Ada sedikit tendensi untuk mengabaikan permainan kecil Sadie namun detik berikutnya ia mengulas senyum kecil. “So how’s the food tastes …,” Yoongi membiarkan kata-katanya menggantung di udara sejenak dan wanita di hadapannya mendongak, “… little kitten?

Lalu Sadie tersedak.

[Pet names]

Posisi Sadie di kantor tempatnya bekerja memaksa wanita itu untuk jarang memiliki hari-hari santai, tanggal merah nasional yang terbuang cuma-cuma, bahkan akhir minggu yang dirudung panggilan bertubi-tubi dari atasannya. Bulan Desember sudah dekat dan Desember artinya Natal dan Natal artinya semua majalah fashion akan mengeluarkan winter edition, atau new year edition, atau apalah itu yang membutuhkan perencanaan serta revisi panjang di akhir.

Seingat Yoongi, atasan Sadie adalah seorang wanita galak di umur lima puluhan, berambut silver dengan gaya mirip kepunyaan Lady Di, dan menyunggingkan senyum sesering Yoongi lari pagi. Hah. Ia ingat Sadie pernah meneleponnya tengah malam, marah-marah-yang-berujung-menangis, dan mengatakan si Nyonya Sempurna berkali-kali melempar halaman pre-rilis yang sudah dipersiapkannya sehari semalam.

Well, jadi mengingat waktu wanitanya yang kelewat sempit bahkan untuk menghabiskan Minggu pagi, Yoongi mau tak mau menyetujui ajakan Sadie bersepeda.

Iya. Sepeda yang memiliki dua buah jok dan kayuhan. Dan Yoongi kelewat ceroboh dengan melupakan helm serta pengaman lutut—jadi akibat tidur malam yang kurang dan Sadie yang terus-menerus kehilangan kendali lantaran sibuk memandangi sungai Han di sisi kanan mereka, ada sepasang bokong yang harus menderita sekaligus beberapa inci area yang lecet.

“Inikah yang kudapatkan karena mengiakan ajakanmu?” Yoongi menggerutu sembari menghela napas sementara di hadapannya, Sadie terbahak pelan. Minimarket yang mereka datangi lengkap dengan kotak darurat, jadi kini keduanya duduk di hamparan rumput berembun dan saling mengobati.

Begini. Ketika kau jatuh, kau memiliki insting untuk menopang tubuhmu supaya bagian lain yang lebih lemah setidaknya bisa terlindung dari benturan apa pun. Dan dalam kasus Yoongi serta Sadie, lutut dan telapak tangan adalah penopang darurat pertama yang terpikir. Kondisi jalanan yang tak rata serta konsentrasi yang terpecah benar-benar bukan pasangan serasi. Coba dicatat.

Hanya luka kecil dan sepele, sih, tapi lumayan perih ketika berkontak dengan obat merah.

“Berhenti bergerak, Yoon.” Sadie menggumam pelan, ujung lidahnya berada di antara kedua bibir sementara ia berkonsentrasi. Kebiasaan kecil wanita itu—Yoongi sudah hafal.

“Dan kau.” Yoongi balik menggerutu; susah payah melepaskan kertas pengaman plester. “Jangan mencetuskan ide macam-macam ketika aku belum mendapat tidur cukup, oke?”

Senyum Sadie tidak mengembang pun menghilang namun kalimat selanjutnya mampu membuat perut Yoongi berderak tak nyaman. “So how do I spend my time with you, then?” tanyanya. “Aku merasa bersalah, Yoon, tiga minggu kemarin hanya bisa menghubungimu lewat telepon.”

Yoongi menghela napas tapi kemudian sepercik ide muncul di kepalanya. “Let’s wrap these things up and we’re going,” katanya sembari mengacak rambut Sadie. “Got something to show you and you’re lucky enough this thing haven’t even been published.”

Pria itu tahu Sadie senang mendengarnya karena sang lawan bicara mengangguk antusias. “Your new song?

Yeah.” Yoongi menjawab, melingkarkan lengan kanannya di pinggang Sadie sementara mereka berjalan bersisian. “That one you’re always begging me to show it to you.”

[Patching each other up]

I can’t go in there.”

Sadie melongo, sementara kenyataan bahwa Yoongi baru saja melepaskan pegangannya tepat di depan pintu nomor 36B perlahan-lahan memasuki kepalanya. “Yoon, he’s Pop. You should go see him.”

They’re your parents,” dan Yoongi ingin sekali menampar mulutnya sendiri karena lupa akan efek kata-kata itu pada Sadie, “well, your grandparents. I can’t go in there.”

Di hadapannya dan berdiri melipat lengan di dada, Sadie menghela napas. “They’re my grandparents, yes, so?

“Mereka akan berpendapat ‘Apa yang cucuku lakukan dengan mengencani pria macam itu?’ dan serentet pertanyaan lain.” Yoongi menjawab lancar. “Aku tak ingin membuat mereka berpikir hal yang tidak-tidak tentangmu, oke? Get in. I’ll be here.”

“Yoongi … please …?” Pria itu tahu jika Sadie sudah memanggil namanya dengan panggilan lengkap dan nada demikian, ia sudah berada di sisi yang kalah. Well, ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda dan lomba merengek agar keinginan salah satunya dipenuhi, tentu saja, tapi jika berbicara urusan yang satu ini ….

Sadie yang harus mengalah.

We’ve talked about this many times before, haven’t we?” Ia berbicara dengan nada serius—kalimatnya diiringi dengan permintaan maaf yang sebesar-besarnya secara implisit dan halus. “Get in and don’t worry about me. I’ll be here when you’re done, okay?

Hanya sekali ini dan Yoongi memastikan akan mengabulkan apa pun permintaan wanita itu selanjutnya.

Sadie menghela napas. “Okay,” gumamnya, lantas mengambil langkah kecil dan mengecup sebelah pipi Yoongi. “I won’t be long.”

Pria itu mengangguk sementara rasa bersalah masih bercokol dengan erat di perutnya.

[Hospital visit]

Hubungannya dengan Sadie belumlah terlalu lama, namun Yoongi mulai menyadari hal-hal kecil yang sering wanita itu lakukan ketika tengah bosan—menonton video trailer film di YouTube, mendengarkan demo buatan Yoongi yang khusus ada di ponselnya, bahkan duduk di depan piano klasik yang didapatkan dari acara lelang.

Apartemen pria itu adalah tempat ketiga di mana keduanya gemar menghabiskan waktu setelah apartemen Sadie dan studio Yoongi; jadi sementara ia sibuk dengan finishing akhir pekerjaannya, ia membiarkan si wanita melakukan apa pun di ruang tengah.

O, ya. Satu hal lagi yang sering dilakukan Sadie entah ketika bosan atau memang tidak ada pekerjaan berarti adalah melempar pertanyaan. Bukan pertanyaan penting dan butuh jawaban serius, lebih ke hal yang abstrak. Sangat, sangat abstrak.

“Hei, Yoon.”

“Hm?” Yoongi menyahut dari meja makan, pilihan tempat keempat setelah ia muak mendekam di kamar, ruang tengah, bahkan balkon.

“Kau pernah memiliki bekas luka yang belum hilang sampai sekarang?”

Tuhan. Untung saja rasa terkejut Yoongi tidak lantas membuat jemarinya oleng dan menekan tombol delete, atau lebih parah keluar dari program tanpa menyimpan hasilnya.

Mother of God, thank you.

Memastikan bahwa ya, hasil kreasinya selama belasan jam ke belakang masih baik-baik saja, Yoongi mengambil waktu singkat untuk meregangkan otot dan menilik Sadie yang duduk menghadap padanya dari sofa.

“Lukaku waktu kau mengajakku bersepeda tempo hari,” jawab Yoongi singkat dan menghasilkan gelak tawa renyah dari sang lawan bicara.

You don’t ask about me?” Sadie balik bertanya setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri. Yoongi menyadarinya tapi tak ingin mengakui bahwa ia senang bisa melihat wanita itu tertawa lepas seperti sekarang, karena sebulan ini yang ia dapatkan adalah ocehan lelahnya di telepon.

Okay, okay. How about you?

Pria itu mengangkat sebelah alis ketika Sadie membenarkan posisi di sofa dan duduk tegak menghadap ke arahnya sebelum ruangan mungil itu dipenuhi oleh nadanya yang serius. “Hm, mungkin luka saat aku ditinggalkan secara sepihak di sebuah klub murahan berbulan-bulan lalu.” Dan hati Yoongi mencelus. Jadi Sadie masih membiarkan ingatan itu berdiam di kepalanya. “Tapi salahku juga, sih, karena terlalu memberi kebebasan.”

“Kau masih mengingatnya?”

Yoongi disambut oleh senyum yang lain. “Tadinya, tapi sekarang tidak lagi.” Sadie mengambil bantal sofa dan memeluk benda hangat itu. “Because someone has made me some songs about break-up and how I am far too precious for this said song-maker.”

[Scar worship]

—-—

  • foreword from Pixie Lott’s Jack.
  • prompt source (with a little bit of cheating here and there); the playlist.
  • excuse the poster xD can anyone guess their occupation?
  • thanks for reading and happy new year!

9 thoughts on “Suave [1]

  1. qL^^ says:

    Hmm kayaknya Yoongi semacam produser composer musik gtu, trs Sadie nya editor atau jurnalis majalah fashion yaa?

    Well, apakah ini si proyek? Hahaha, kalau dilihat dr promptnya berarti bakal ada 4 Suave berikutnya ya? Ciee fikaaa, lg suka edit mengedit poster nih kayaknya hohoho.

    Nice! Aku fix baper.

    Like

    • fikeey says:

      hai kikiiiii! iyah yoongi-nya (as always occupation yang nempel di dia tuh) produser/komposer gitu deh hehe, dan sadie-nya editor majalah 😀 hehe.

      iyahh ini proyeknya. sebenernya ini harusnya proyek kedua yang publish, tapi malah ini duluan yang jadi meanwhile proyek pertama mandek hahaha. yaudah deh. masih sisa 5 lagiii ahaha. jadi entar tiap 1 post ada 5 prompt deh. total bakal ada 6 suave ehe. iyaaa lagi suka ngedit gituu xD

      makasi kiki suda berkunjuuuung! ❤

      Like

    • qL^^ says:

      eh iya salah ngitung, harusnya masih ada 5 lagi yaa wkwkwk
      sama sama fikaa 😉 aku tunggu suave – 2 nyaa (brb persiapkan hati menghadapi kebaperan haha)

      Like

  2. nadseu says:

    halo kak fikaa semoga masih inget aku yaa ehehe x)

    occupationnya setuju sama kak kiki sih, kayaknya yoongi produser atau komposer dan sadie kerja di majalah. terus ini teh gemas pisan euy yoongi dingin-dingin kampret gitu tapi kalo sama sadie jadi sok manis huhu apalagi yang pet names 😦

    ohiya kak btw kayanya tadi ada “we’ve talk” itu yang bener talked bukan sih? hehehe mungkin kak fika typo x)))

    happy new year too kakk! maaf komenanku sampis 😦 😦

    Like

    • fikeey says:

      halo naaad! hehe engga koook, aku masih ingeet x)

      iyesss betuul! haha. sek aku ngakak xD dingin-dingin kampret hahahaha ya allah. iya dia mah kalo udah sama sadie langsung berubah gitu ke kepribadian sok manis heuheu namanya juga yoongi (lha) wkwk.

      iyah! aku baru nyadar harusnya ‘we’ve talked’ hehe. makasi banyak nadya suda bantu mengoreksi 😀 makasi banyak yaaw nad suda mampir dan bacaa 😀

      Like

  3. Lt. VON says:

    KAAAA FIKAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

    KAAAAK BUTUH OKSIGEN KAAAAAAKKKKK

    YES. YES. AND ABSOLUTELY YES I CAN GUESS THEIR OCCUPATIONS: antek-antek kafika yang ahli di bidang romance dengan job desk bikin anak orang sejagad raya baper.

    Aku salah satu korbannya. AKU KORBAN KAAAAK HEEUUU T^T

    Promptnya kafika asique sekaliiii!!! Laknatnya kaya biskuit item mini itu kak iya bener deh bite size tapi kalo belum abis selusin tempat belom berhenti ><

    KYOOOT SEKALI KAFIKAAA BAVEUR SEKALIIIII INDAH SANGAAADDD SWEEET SANGAD TAPI TIDA BIKIN SAKIT GIGIIIIIII ♡♡♡♡♡ SERIUS KAK IM IN LUV WITH THIS WITH YOONGI AND SADIE WITH KAFIKA TOOOOO!!!

    THANKS FOR THE SOOOPER OWSOM FICS KAFIKAAA YOU'VE MADE MY DAY!

    Like

    • fikeey says:

      KAKPANG CEPETAN ATUHLAH CARI OKSIGENNYA HUHU, AKU LAGI GA NYETOK ATUH GIMANAAAAAAAA??????????????? oke matiin kepslok bikos kalo kepslok lawan kepslok dikiranya kita ngobrol sambil lempar-lemparan meja wkwkwk.

      bentar biskuit item mini xD SEK AKU NGAKAK ATUHLAH xD KAKPANG STAHP ENTAR PERUT AKU ADA ABSNYA KALO KETAWA TERUS HAHAHAHA.

      alhamdulillah pabila tida bikin sakit gigi. tapi ga bikin diabetes juga kan kakpang? bikos sesungguhnya diabetes lebih menyeramkan dibanding sakit gigi heuheuheu. AAAAAA THANKYOU WE LOVE KAKPANG TOOO (sok-sokan banget pake we HAHAHAHA).

      THANK YOU THANK YOU KAKPANG YOU MADE MY DAY TOO! :”))))))) (HULKHUGGGSSSS)

      Like

  4. takyuyaki says:

    mas Agus kalo lama2 di studio nanti jadi buluk loh ._.

    duh fikaaaaa aku selalu ngefans tulisanmu. always ya manis tapi bikin nyezz gitu kan bahagia bacanya kkkkk

    dan waktu part little kitten itu aku juga ikutan keselek ><

    Like

    • fikeey says:

      tuh yoon, dengerin, jangan kelamaan di studiooo! (tereak ke yoongi) (disambit sendal) xD aaaaaa makasi banyak ya ka ipeeeh (hugs hugssss) makasi kaak suda mampir baca dan komeeen hehehehe.

      Like

Leave a comment