Prussian Blue [03]

Prussian Blue © fikeey & Fantasy Giver

Warning:
Language using and triggering materials. Please read wisely.

The sleight of my hand is now a quick-pull trigger.

Jungkook tak menyangka ia akan berhadap-hadapan dengan Jung Hoseok di lobi kantor selepas kebiasaan mengail sodanya di vending machine terlaksana. Keadaan sudah sepi—mengingat waktu bubar sudah berlalu satu setengah jam sebelumnya—dan pria yang lebih tua terlihat duduk di salah satu bangku panjang depan meja lapor. Ketika manik mereka bersinggungan, Hoseok berdiri, mendatangi lelaki itu, lantas menanyai keberadaan Jimin. Dia punya beberapa fakta yang bisa membantu kasus, tuturnya.

Akan tetapi, untung bagi Jungkook, Jimin sudah pamit. Dia dan Seokjin harus mengantarkan jenazah Madam Kim kembali ke keluarganya; meninggalkan Jungkook bersama data-data yang belum rampung beserta pikirannya tentang Taehyung yang masih mengganjal. Dan sang detektif junior tahu, di sinilah kesempatannya untuk menyabet tempat sebagai interogator si asisten.

O, ya. Mari akui bersama-sama: Jeon Jungkook memang curiga pada Jung Hoseok—sebab bukan berarti kata-kata Taehyung terkait kebaikan keluarga pria itu bisa menjadi jaminan, ‘kan? Pembunuh paling keji dari pembunuh yang lain adalah mereka yang tak pernah absen memasang senyum setiap hari.

“Apa yang ingin kau ketahui tentang Madam, Detektif?” Adalah pertanyaan yang terlontar dari mulut Hoseok setelah mereka duduk berhadapan dalam kubikel Jungkook. Lelaki itu terdiam sejenak; ujung siku kanan menumpu di meja. Ia mengetuk-ngetukkan pulpennya ke buku catatan di pangkuan, kemudian pikirannya ditabrak dengan penjelasan Seokjin mengenai talium serta kemungkinan bahwa kandungannya masuk melalui mulut. Ah, ya—bahkan di tempat kejadian pun, masih tersedia sajian makan siang komplet serta marshmallow. Bukti paling kuat.

“Ada kemungkinan bahwa Madam Kim tewas akibat racun. Ketika mayatnya ditemukan, ia bahkan masih memiliki seporsi makan siang utuh dan marshmallow. Why, may I ask?” Jungkook mengamati perubahan air wajah Hoseok ketika ia berbicara. Sesuatu berdesir dalam darahnya kala sekelibat ekspresi terlewat di balik mata sang pelayan.

Why didn’t she eat her lunch?” Jungkook mengiakan dengan isyarat. Hoseok berdeham. “Madam Kim memiliki ritual sebelum makan yang cukup rumit. Bahkan dari pengamatanku, sejatinya Madam mengidap obsessive-compulsive disorder akut.”

“OCD, hm? Could you elaborate on that?

Madam selalu mencuci tangannya berkali-kali, lalu mengikir kuku, dan menuangkan cairan antibakteri sebelum sudi menyentuh menu yang disediakan koki. Marshmallow yang ada di kamarnya—well, an evidence of her obsession. She’s addicted to it. She won’t eat until she’s satisfied with something sweet.” Alis Hoseok berkerut seperti mengingat sesuatu, lantas melanjutkan, “O, biasanya dia memesan cokelat panas sebagai minuman, tapi kemarin siang Madam terlihat terlalu senang hingga ia melewatkan detil biasa.”

“Terlalu senang bagaimana maksudmu?” Jungkook berhenti mencoret bukunya dengan tulisan seadanya—yang penting lengkap dan bisa dibaca—hanya demi menatap Hoseok dan mengerutkan alisnya.

Well, when she arrived at home, she sang out loud. A Richard Sanderson’s song, if I’m not mistaken. Something about dreams and reality. I forget the title.

Saat Jungkook masih memandanginya, Hoseok cuma mengedikkan bahu cuek; sekali lagi menelurkan aura defensif yang membuat jantung lelaki itu berdegup seritme lebih cepat.

Menyanyikan lagu cinta hingga melupakan kebiasaan? Hah. Terdengar dibuat-buat.

Jungkook memutuskan melepas Hoseok—saat ini—sebab ia memilih untuk beralih mengorek fakta berikutnya. Ia membalik buku catatannya, lantas memeriksa hasil rangkuman selepas makan siang dengan Jimin dari sekumpulan interogasi: milik Taehyung, beberapa pelayan rumah tangga lain, sesi pertama Hoseok dengan sang ketua tim, serta Min Yoongi.

Ada satu hal yang mengganggu, tapi baru disadarinya sore tadi.

You’re Taehyung’s personal butler, right?” tanya Jungkook menanggalkan basa-basi dari konversasi mereka. Kini ia tengah memancang dwimanik lawan bicaranya dalam-dalam, mencari sisa-sisa kejujuran di dalamnya. Sedikit-banyak, Jungkook merasa bersalah karena menaruh deduksi di atas nama sahabatnya, akan tetapi mengingat Taehyung memiliki hubungan yang buruk dengan Madam, maka atas alibi keadilan; ia harus tetap memberanikan diri bersuara, “Jelaskan padaku bagaimana mereka berinteraksi di rumah. Were they just ignoring each other? You know, other than eating dinner on different times.

Tiba-tiba Hoseok mendengus dan bibirnya membentuk sebuah kurva tak seimbang. Pria itu menarik dan mengembuskan napasnya panjang-panjang seolah mengejek pertanyaan Jungkook sebagai selorohan kala senjang. Si lelaki bahkan harus ingat untuk mengontrol dirinya, tidak main emosi dengan menggebrak meja atau membentak kasar seperti pada interogasi-interogasi yang dipimpinnya sebelum ini. Jika ia sampai lupa diri, berani taruhan, pria bermarga Jung di hadapannya pasti tidak akan pernah mengeluarkan kata padanya lagi.

Were they just ignoring each other? Well, I hope they were.” Hoseok menggeleng dengan senyum kecut dan nada pahit, lantas melanjutkan, “Kau tidak punya prasangka apa-apa terhadap Tuan Tae, ‘kan, Detektif? Katakan padaku kau tidak punya, maka aku akan melepaskanmu.”

Bukan pertama kali Jungkook mendapatkan ancaman dari oknum yang ia interogasi, namun baru sekali ini ia menemukan kebencian murni yang memancar sempurna lewat dua songket mata seseorang. Menguasai diri, lelaki itu membalas sama dinginnya. “Kau sedang mengancam polisi, Jung Hoseok, kuharap kau ingat aku bisa menjebloskanmu ke salah satu sel dan membuatmu membusuk di sana.”

Do I look like I care?” Dan Jungkook nyaris melayangkan tinjunya ke meja kalau Hoseok tidak mengangkat tangan dan memotong, “Detektif Jeon, biar kutekankan bahwa Kim Taehyung adalah korban di sini. As you know, he suffered really nasty things. And no, not even once he had an intention for revenge like what you think. Ia bahkan menangis di samping Madam saat pertama kali menemukan wanita itu mati—hell, mungkin memang bukan karena kehilangan, tapi ia takut dicurigai sebagai pembunuh. Apalagi Jaehyung menuduhnya habis-habisan tadi pagi. Percayalah, Detektif, aku berada di dekat Tuan Tae hampir selama ia hidup, maka aku bisa memastikan perkataanku valid.”

“Bagaimana kau membuktikannya?”

“Bukti?” Hoseok terbahak. “Tak nyata bila tak terbukti, bukan begitu? Well, kau ingin tahu kenapa aku berani berkata demikian, Tuan Detektif Jeon Jungkook yang Terhormat?” Hoseok melirik plakat nama di meja Jungkook, lantas ekspresinya berubah sepekat jelaga kala ia menatap si detektif junior.

Dua alis Jungkook bertemu di tengah. Sungguh ia ingin menggilas sarkasme Hoseok dalam mesin penghancur kertas, akan tetapi rasa penasaran lebih menguasainya hingga lelaki itu tak mampu bereaksi layaknya ledakan. Ia merasa napasnya tertahan otomatis dan sesuatu yang tidak enak mengocok abdomennya. Seperti sebuah firasat buruk. Sesuatu yang tidak akan ia sukai dan lupakan kalau ia berhasil mendengar.

Tell me right now before I lose my patience.”

Mimik membatu Hoseok sama sekali tak berubah kala ia bersaksi: “Abuse.

Satu kata yang sukses memelatuk memori Jungkook akan berbagai kasus kekerasan yang pernah ia tangani. Satu yang masih sangat segar dan ekstravaganza adalah ingatannya mengenai cerita Jimin terkait Yoongi tadi siang; bagaimana sebuah penindasan bisa memberi efek mengerikan pada seseorang. Pemukulan adalah satu hal, tapi disetrum dengan teaser? Atau dicekik dengan simpul pramuka?

Pernahkah Taehyung mengalami peristiwa demikian? Sejauh mana kekerasan yang dialaminya? Apa sesepele karena eksistensinya merupakan sebuah kecelakaan?

Tak sadar, Jungkook menjatuhkan pulpennya ke lantai dan kini, ganti dua atensi Hoseok yang menuduh—membuatnya merasa seolah peran mereka tertukar dan ialah yang selama ini berdosa.

I’ve known you for a long time, Detective. Tuan Tae bercerita banyak tentang sahabatnya di SMA yang selalu ingin menjadi lebih dan selalu minder dengan kakaknya. Dia bilang dia ingin teman itu hidup sukses. I just don’t believe how that person turns into some moron who’s ready to hand over his said best friend in front of the law just because he never knows anything about him.” Manik Hoseok menyipit sedikit dan melanjutkan penuh selidik, “Or do you even see him as a friend rather than a consultant, only come when you need him? Where were you when he’s gone?

Jungkook merapatkan rahangnya, menggertakan gigi, termakan provokasi. Pertama, ia sudah cukup marah dengan keadaan rahasia Taehyung—yang bahkan tak disebut pria itu siang tadi setelah sekian tahun ia menghilang. Kedua, kemarahannya tertuju pada diri sendiri—pada keadilan, pada kecurigaannya, pada situasi mereka—yang kemudian semakin menguar melalui ucapan-ucapan Hoseok.

I never want to hand him. Shut the hell up,” decihnya kasar. “You know nothing.

You’re wrong. Trust me, Detective, I know everything that you don’t.” Dan Jungkook tahu Hoseok tak punya niat berhenti sebelum ia puas menyerang si lelaki. “Aku belum menjawab pertanyaanmu, namun kalau kau mau berefleksi kau bisa memikirkan jawabannya sendiri. Pernahkan kau bertanya-tanya mengapa Tuan Tae selalu mengenakan baju berlengan panjang? No, in fact, have you ever wondered, just once, about him? Why he hides facts about his family? Why he thinks he’s a burden to people around him? Why you never saw me in high school? Why he always wants his only friend to be happy?

Hoseok melengkungkan bibirnya. Senyum itu jahat; Jungkook membencinya setengah mati.

“Tuan Detektif, lengan panjang pada setiap pakaian Tuan Tae digunakannya demi menutupi bekas luka: bahwa satu-satunya niat yang ia miliki adalah mengakhiri hidup. Something to set him free.”

Sejurus kemudian, kilat menyilaukan lewat di depan matanya. Yang Jungkook sadari waktu itu adalah alangkah rapuh tatanan dunia di sekitarnya—betapa mudah tinjunya mendarat di hidung Hoseok dan betapa kontrol dirinya menguap bersama rasa murka berlebihan. Kemudian, suasana yang membeku dan jotosan yang baru saja ia layangkan terasa seperti boomerang: kuat, cepat, dan tajam mengarah pada ulu hatinya. Dan o, yang membuatnya merasa lebih buruk adalah fakta pukulan itu bukan balasan dari Hoseok, melainkan reaksi alami tubuhnya.

Mungkin Jungkook sudah tak lagi bisa mengatur ekspresi kala perutnya mengejang—diikuti sensasi seperti ditusuk. Kombinasi antara kaget, soda, perut keroncongan, serta rasa bersalah setelah memberikan bogem mentah pada lawan bicara tidak pernah menarik. Akan tetapi kali ini ada bambu yang merongrong seluruh organnya hingga membuat lelaki itu didera pusing hebat, mengalihkannya dari sakit fisik.

Ya, segumpal penyesalan telanjur menempel dan berparasit atas ambisinya.

Keesokan paginya, Jungkook menemukan Jimin berdiri dekat pintu ruang interogasi B—seorang pegawai dari perusahaan kosmetik alami Madam Kim mungkin sudah duduk dengan resah di dalamnya—ketika si detektif junior baru kembali dari mejanya untuk mengambil berkas wawancara pagi yang diletakkan sang ketua tim.

Man, what happened? You look like blob fish taking poo.” Sebuah sapaan yang natural, hanya spesial pukulan suportif di pundak yang tidak umum. Suasana hati Jungkook masih sangat buruk dan ia berdoa supaya bisa tetap bersikap profesional tanpa terpengaruh apa yang terjadi kemarin sore dengan Jung Hoseok.

Ya Tuhan, tolong bantulah ia menghadapi hari ini tanpa kejadian tak terduga lagi.

I’ll tell you later.” Lelaki itu mengacak rambutnya yang sejak awal telah tak tertata, lalu menghela napas dalam-dalam. Berusaha bicara lewat nada biasa, Jungkook berucap lagi, “Now, Kim Jaehyung’s waiting. But, why are you putting him into the list again?

“He and his Mom were in a fight before she died. Something about the company. And I thought you like getting more facts because it’ll be very much helpful?” Jimin bersarkas diikuti senyum minim. Ia menepuk punggung Jungkook kala lelaki itu mengangguk tanpa semangat. “Come on, Jeon, cheer up. You can’t solve problems with these attitudes. Jangan khawatir, kuyakin bukan kau yang membunuh Madam, ya ‘kan?”

Niat Jimin memang memberi dukungan, namun kalimatnya kembali menohok Jungkook hingga hatinya mencelus keras-keras. Menghindari konversasi berisiko lainnya, Jungkook memaksakan tawa pelan, merespons, “Thank you, Jim,” dan melangkahkan kakinya ke ruangan sebelah. Ia melirik Jimin yang kemudian terlebih dahulu masuk bersama hormat, lantas menggulung lengan kemeja polosnya sedikit sebelum mendorong pintu tanpa mengetuk.

Perut Jungkook kembali diaduk-aduk kala versi dewasa bocah laki-laki manis yang memiliki senyum artifisial dalam pigura sebuah rumah mewah Pyeongchang-dong duduk di kursi interrogatee. Perbedaan fisik antara Taehyung dan Jaehyung memang cukup banyak—dan rasanya hal itulah yang membuat Jungkook tak curiga bahwa sang direktur serta sahabatnya punya ikatan darah kali pertama melihat si sulung dari foto.

Kakak-adik berbeda ibu tersebut hanya memiliki kesamaan dari bentuk rahang serta alis yang yang diturunkan oleh Tuan Kim. Di sisi lain, Taehyung memiliki surai sewarna musim gugur, sementara kakaknya memiliki rambut seperti bulu raven. Dan jika Taehyung memiliki mata yang lebih lebar serta bercahaya, maka milik Jaehyung lebih tipis dan tajam.

Iya, Jaehyung punya karisma yang eksklusif dan galak seperti Madam Kim, sementara Taehyung jauh lebih bersahabat; mau tak mau membuat Jungkook membayangkan ibu kandung sahabatnya adalah seorang wanita yang lembut hati.

Sang putra pertama mengenakan setelan resmi dari atas ke bawah. Aroma lembut parfum mahal kenamaan terhirup kala Jungkook meletakan barang-barangnya di meja, lantas menjatuhkan bokong di tempatnya. Sampai saat ini, Jaehyung terlihat tidak mengancam—bahkan pria itu adalah jiwa pertama yang mengucapkan salam saat Jungkook tiba. Kelewat baik menjaga impresi bagi seseorang yang ibu kandungnya baru meninggal.

Tipe-tipe pewaris idaman yang sudah terlatih sejak dini.

“Berapa lama waktu yang Anda punya, Direktur Kim?” Jungkook memutuskan bersikap sopan dan formal kendati dalam hati harus mengusir penalaran-penalaran negatif bahwa pria di hadapannya ikut melakukan kekerasan pada Taehyung.

“Hingga seluruh pertanyaanmu terjawab, Detektif.” Jaehyung tersenyum. Bibirnya membentuk persegi panjang dan matanya melengkung bak bulan sabit. “Feel free to ask me all you want. Aku benar-benar ingin pelaku pembunuhan Mama terungkap.”

Si detektif junior membalas senyumnya kaku dan membuka lembaran baru di buku catatan. “Baiklah,” katanya pelan. Bergantung pada jawaban itu, ia memulai sesi mereka.

Jungkook menyebutkan prosedur-prosedur standar bagi interogasi formal seperti nama, pekerjaan, serta hubungan saksi pada kasus. Jaehyung menyimak dengan serius dari tempat duduknya, sesekali mengangguk atau menanggapi dengan ya atau tidak. Barulah ketika mereka sampai pada pertanyaan tentang pertengkaran Jaehyung dan Madam tiga hari sebelum sang Nyonya Besar ditemukan, roman tenang Jaehyung pecah—kekagetan pun rasa bersalah sarat menjalari ketampanannya.

“Aku sangat menyesali kepergian Mama. Terlebih … ketika kami sedang bertengkar. Kalau aku bisa memutar balik waktu, pasti kulakukan, Detektif. Aku ingin meminta maaf, memberikan apa yang Mama inginkan. But, even rich people can’t have that kind of luxury, right?” Jaehyung menarik tangannya lantas mengepalnya demi kontrol diri—satu gestur yang mengatakan bahwa Jaehyung dan Taehyung saling berbagi kebiasaan. Jungkook bertanya-tanya, mungkinkah hal demikian menurun dari Tuan Kim?

“Pertengkaran, baiklah. Jadi apa yang menjadi akar masalahnya, Direktur?” tanya Jungkook lagi sambil menggerak-gerakan pulpen. Atensinya tak lepas menilik segala gerak-gerik dari si lawan bicara, menilai mana yang tulus dan mana yang hanya sebatas pencitraan.

Mama ingin mengatur empat puluh persen bagian Young-ja.” Jaehyung mengurut kepalanya dan melepas sehela napas lagi. “Aku menolak.”

Wow, serakah sekali.

Lintasan pikiran itu dibiarkannya berotasi dalam serembrumnya saat Jungkook mengernyitkan alis, menyamakan jawaban Jaehyung dengan berkas yang ia miliki. “Bukankah Madam Kim sudah sedikit kewalahan dengan Joli(e)? Dataku menyebutkan bahwa saham Joli(e) telah jatuh 1.8% sejak tahun lalu akibat berbagai kebijakan yang dipilih Madam menghasilkan kerugian. Dan Beliau masih ingin menguasai empat puluh persen bagian Young-ja BioTech? Anda menolak karena menganggap Madam berlebihan?”

“Bukan, tapi aku sedikit kagum bahwa datamu tidak salah. Dari mana kau mendapatkannya?” Jaehyung meloloskan sebuah senyum simpul yang meyakinkan, tapi Jungkook sudah kebal dengan jilatan semacam ini.

“Maaf, Direktur, tapi narasumber data kami adalah rahasia negara.”

“Baiklah. Aku mengerti.” Jaehyung mengangguk. “Alasan Mama ingin mengatur empat puluh persen Young-ja bukan seperti yang kau pikirkan, Detektif. Selama ini, bisnis Dad di Young-ja tidak optimal lantaran aku hanya berhak mengatur enam puluh persen usahanya—yang berhubungan langsung dengan kegiatan Joli(e) dalam berbagai aspek. Empat puluh persen lain—bergerak pada bidang agrikultur—well … katakanlah bukan milikku. Divisi itu stagnan, tidak berkembang sama sekali. Mama hanya ingin mengoptimalkannya saja. Kumohon kau tidak salah sangka.”

Jungkook mengeluarkan dengus kasar, mengerti bahwa Jaehyung hanya memutar-mutar jawabannya tanpa masuk ke inti. Pria di hadapannya penuh dengan intrik—well, bukan berarti sang detektif bisa membiarkan dirinya terjebak di tengah rute rumitnya, tentu saja. “Direktur, Anda sepertinya tidak mengerti pertanyaanku.” Jungkook menyipitkan maniknya. “Let me repeat: why? Why did not you give it to her?

I told you, Detective, it’s not mine. If it’s mine, I have already given it to her.”

“Then whose is it belonged?

“I can’t tell you, I’m sorry.” Jaehyung mengulang senyum menawannya. “Kita masing-masing punya rahasia, ‘kan?”

Yes, but I’m also really sorry, I have to know. Don’t make this anymore harder, Director. You really don’t want to see me asking you in other way.” Jungkook berkata dengan nada menggertak sementara ekspresinya mulai mengeras. Lelaki itu mencondongkan tubuh, membuat Jaehyung agak terintimidasi dan menutupinya lewat dehaman, menggerakkan pandangan ke mana saja asal jangan pada polisi di hadapannya. “Lagi pula, bukankah Anda berkata Anda ingin pembunuh Madam terungkap? Aku hanya butuh jawaban dan bisa aku jamin apa pun yang Anda ucapkan di ruangan ini tidak akan pernah keluar.”

Saat Jaehyung masih menggeleng, Jungkook tahu kesabarannya sudah nyaris terjatuh dari tanduk. Jika dalam hari-hari biasa saja ia tidak begitu ingin mengendalikan posisi galak interogator, apalagi sekarang ketika perasaannya masih kacau. Persetan dengan posisi mereka. Jungkook nyaris berdiri dan mengaum layaknya macan mengamuk ketika sesuatu tiba-tiba saja menimbulkan bunyi klik dalam kepalanya. Ada baut yang baru terpasang dan Jungkook yakin jawaban rahasia Jaehyung tidak jauh-jauh dari,

“Kim Taehyung.” Jungkook menyeringai penuh kemenangan. “Forty percent of Young-ja BioTech company, the agriculture division, it belongs to him. Right?

Sementara itu Jaehyung terlihat seperti seseorang yang baru saja tertangkap basah melakukan korupsi di depan media massa. “How do you know about him?” Nadanya tak terdengar lebih dari sebuah bisikan.

He was here, sitting right where you sit.” Jungkook melipat kedua tangannya dan memandang Jaehyung yang mulutnya terbuka lebar; sembari mengedikkan dagu menunjuk posisi sang direktur. “Jadi, apakah ini masalah warisan Tuan Kim, Direktur? Pertengkarannya?”

Belum pulih dari keterkejutannya, Jaehyung mengangguk. “Yeah Dad gave it to him. But he never … you know, really manage it. And Mama loathes lost of opportunity.”

“Jadi, karena Madam.”

“O, tidak, Mama—”

“Yang barusan bukan pertanyaan, Direktur.” Jungkook mematri senyum manis satir dan mengembuskan napas. “Aku sedikit penasaran, jadi pertanyaannya: kalau memang Kim Taehyung tidak diinginkan di keluarga Anda, kenapa membiarkannya tetap tinggal? Kenapa Madam tak menyerahkannya pada Jung Hoseok atau sekalian saja meletakkannya di pinggir jalan selagi sempat?”

Jaehyung menaikkan kedua alisnya. “Kukira kau sudah menyebutnya, Detektif. Iya, warisan. Mau diapakan empat puluh persen bagian Young-ja tanpa si berengsek itu? Kita tidak akan bisa berbuat apa-apa. Kalau ada dia, paling tidak ‘kan Mama bisa memaksanya tanda tangan kontrak,” jawab si direktur dengan nada seolah Jungkook memiliki IQ setara kaki kurcaci. Sedikit menyinggung yang bersangkutan, sebenarnya, tapi Jungkook sedang asyik membiarkan kata-kata mengalir bebas. “Selain itu, pengacara kepercayaan Dad masih mengawasi kami lekat-lekat. Jadi kalau sampai bocah itu kami biarkan terlantar di jalan—well, good bye everything. Dad is a bit unfair, don’t you think? Playing favorite. Pathetic.”

Jungkook agak tidak mengerti keadilan macam apa yang dimaksud Jaehyung ketika membiarkan kekerasan di rumah pada anggota keluarga bisa dikategorikan ke dalam satu, sementara kehilangan harta menjadi hal yang berbeda. Lelaki itu memupuk kesabarannya sekali lagi; memanipulasi kemarahannya untuk terakhir kali.

“Satu pertanyaan terakhir, Direktur Kim: apakah Anda pernah ikut memperlakukan Kim Taehyung secara tidak manusiawi? Abusing him, for example.

How do you—”

Answer me.” Tak membuang tedeng aling-aling, vokal Jungkook turun satu oktaf.

Melihat bahwa penanyanya sudah masuk pada mode: jika-kau-tak-menjawab-aku-akan-membuat-hidupmu-sia-sia, Jaehyung menarik bibirnya hingga membentuk satu linier dan memijat batang hidungya pelan-pelan. “No, Mama never let me; she said I have a company to manage if she got caught. So, I never, ever, lay a finger on him,” ucapnya tegas. Dia bahkan balas menatap Jungkook tepat di manik saat melanjutkan, “Besides, I hate him to the point I don’t want to admit he’s exist. Dad, his tard face and his assbag-skank mother have ruined my life. Mama’s too. O, yeah, don’t you ever blame my Mama about what she’d done, because he deserved it.

Si direktur mengambil jeda ketika Jungkook terkaget-kaget pada wajah asli Jaehyung; betapa makian dengan mulus turun dari lidahnya. Sebenci itukah Kim Jaehyung pada Taehyung hingga kejijikan tak berusaha ia tutupi sekelumit pun? Sejauh mana drama orang kaya ini ambil peran dalam menghancurkan kehidupan sahabatnya?

Beberapa detik kemudian, Jaehyung berdiri, mengancingkan dua butang jasnya dan menelurkan sebuah pamit.

“O, ya, satu lagi.” Dia berhenti di langkahnya dan menoleh. Cemberut saat melanjutkan, “Aku curiga bocah cacat itu yang membunuh Mama. Dia pasti menyimpan dendam. Pasti. Dan asal kautahu, Detektif, kuharap memang dia pelakunya supaya aku bisa menyaksikannya mati di balik penjara tanpa harus melakukan apa-apa.”

So, when will you tell me why you still look like blob fish taking poo? O, no, it gets worsegloomy  Jeon Jungkook!”

Jungkook mendongak kala Jimin mendatangi tempat duduknya di depan lab setelah pesan singkat Seokjin masuk ke ponselnya beberapa menit yang lalu. Hasil tes hidangan makan siang Madam beserta marshmallow sudah keluar, katanya, akan tetapi Seokjin masih punya beberapa hal yang harus diselesaikan. Maka dari itu, Jungkook memilih untuk duduk menunggu sambil mengurai pikirannya yang buntu. Dan sekarang Jimin datang—o, ya, bagus sekali. Semoga Jimin bisa serius dan mengeluarkan advis manjurnya.

I punched Jung Hoseok yesterday.” Dan kata itu mampu membuat Jimin menyemburkan kopinya. Tembakan bagus dan untunglah Jungkook tidak menjadi target empuk di sini.

What? Why?

He provoked me,” lanjutnya defensif. Jungkook mendesah dan meletakkan kepalanya pada dinding dingin yang menjadi pembatas mereka dengan ruangan para teknisi laboratorium. Sebentar, ia menutup mata. “Oke, mungkin aku juga salah.”

Jimin meremukkan kalengnya, sedikit melompat pada bagian ubin yang tergenang, lalu membuang sampah sebelum duduk di samping Jungkook. Pria itu meletakkan kedua tangannya di pundak sang karib, lalu wajahnya berubah serius. “Kau tidak seharusnya melakukan hal itu, Jeon Jungkook. Apa yang akan orang-orang pikirkan tentang dirimu jika kabar ini menyebar? Belum lagi Kapten Yoon. Kariermu bisa rusak. Kupikir menjadi detektif andal adalah mimpimu selama ini.”

Yeah, I know. I realized about that too, but ….” Suara Jungkook berangsur pelan, lantas bertransformasi jadi geming. “Jim, Taehyung was abused. I don’t know how bad, but he was. And what makes me feel worse is that I didn’t know about it before. Not a thing. And the fact that I never noticed ….” Jungkook kembali melamun, menggumam terlampau pelan, “Do I really not know anything about Taehyung? Can I call myself his friend?

“Hei.” Jimin menjentikkan tangannya di depan muka Jungkook hingga lelaki itu tersentak. Tak ada senyum yang mampir di wajahnya, pula rona jenaka yang biasa. Jimin yang sedang serius kadang patut disyukuri, tapi Jimin yang seperti ini berarti ia akan melepaskan nasihat lewat pengalaman hidup. “Not your fault, Little Kid. Tidak ada apa pun dalam kasus ini yang menjadi salahmu. Dan tentang rahasia Taehyung yang tak kau ketahui … well, I’d learned that some things are best kept secret. Bukan salahmu, tidak pula salahnya. Now you know that you’re his friend, do your best to protect him in the future. Capice?

Jungkook mengangguk pelan. “Yeah. Mulai dari menyelesaikan kasus ini untuknya. Dia dicurigai—hell, bahkan awalnya aku juga mencurigai dan itulah yang membuat Hoseok gila—tapi sekarang aku sadar dia tidak salah. He won’t hurt a fly. Aku harus membersihkan namanya, ‘kan, Jim?”

“Benar.” Jimin melepas tangannya dari pundak Jungkook dan menjawab pendek.

Lelaki itu baru saja ingin membelotkan topik dan mendiskusikan hasil interogasinya dengan Kim Jaehyung ketika Seokjin keluar dari lab, lengkap dengan jas lama kantor dan kacamata google yang membuat poninya berantakan. Begitu mendapati dua rekannya telah menanti, Seokjin tak berbasa-basi lebih lama untuk mengajak mereka ke ruang pribadi sang dokter patologis, masih pada gayanya yang lebih suka mengerjakan sesuatu dengan cepat, efektif, dan tepat sasaran.

Kedua detektif itu sedikit bersyukur karena tidak ada tubuh seseorang yang terbaring kadaver saat aroma khas ruang mayat merangsek ke indra penciuman mereka. Seokjin melangkah ke komputernya, lalu presentasi teranyar mulai dipamerkan. Sepasang manik Jungkook dengan tekun mengamati foto-foto yang dilampirkan Seokjin pada laporannya. Terdapat dua buah marshmallow yang sudah penyok—mungkin karena benturan saat dibawa—beserta bahan-bahan dan peralatan yang digunakan untuk keperluan uji kandungan.

“Kandungan kimiawi dari marshmallow di meja Madam Kim tak lain terdiri atas: sirup jagung, gula, dektrosa, pati jagung, air, gelatin, tetrasodium pirosofat, perasa bersubstansi C8H8O3 dan pewarna biru kode satu.” Seokjin berdeham dan menunggu respons, akan tetapi melihat tidak ada seorang pun di antara Jungkook dan Jimin yang memiliki ekspresi mengerti dia melanjutkan, “Ini adalah kandungan normal dari marshmallow. Tidak ada yang salah, tidak ada kandungan talium. Negatif sama sekali—o, rekanku yang menguji juga bilang bahwa marshmallow ini berkualitas bagus. Hasil impor. Tahu Vivéltre? One of the best crafted marshmallow in the world. Ya, marshmallow ini milik mereka.”

See, Jeon? I’m always right.” Jimin bersiul pelan meski keseriusannya belum berganti sejak memasuki ruangan. “Dan makan siangnya, Jin?”

Seokjin mengganti halaman presentasi. Selain foto, tertulis pula dalam beberapa tabel data milik masing-masing kandungan. Satu milik daging panggang saus lada hitam, satu sup wortel serta satu manisan Turki. Seperti sebelumnya, sang dokter tanpa lelah menyebut seluruh kandungan yang berhasil terekam oleh hasil laboratorium, dan menjelaskan ulang dengan bahasa awam saat Jimin dan Jungkook masih melongo.

There’s nothing poisonous. Tidak talium, tidak apa pun. Benar-benar aneh. Aku tidak pernah salah diagnosis, tapi tak ada yang bisa membuktikan bahwa Madam teracuni talium dosis tinggi kemarin. This is quite frustrating, to be honest.” Seokjin menyimpulkan, berhenti menjelaskan dua halaman Power Point-nya dan meletakkan kembali remote ke nakas dekat layar. Dan sungguh Jungkook ingin mengadu tengkoraknya dengan scapel Seokjin saat ia tahu salah satu usaha dan harapan terbesarnya terbuang sia-sia.

But, how about you guys? Did you get something from your interrogations?

I have.” Jungkook membuka mulut paling cepat. Kemudian dia mulai menceritakan tentang jawaban-jawaban Hoseok kemarin sore, berikut tatapan penuh kebencian dan sarkasme yang pria itu lemparkan. Bahwa dia mencurigai pria itu. “Aku sangsi bahwa Hoseok mengetahui segala kebiasaan Madam Kim tanpa memerhatikan detil. Dia marah besar saat kusinggung bahwa Taehyung bisa jadi tersangka. Dan o, dia juga bilang tidak peduli bahwa aku bisa menjebloskannya ke penjara. Apa menurutmu Jung Hoseok rela membunuh Madam demi keselamatan tuannya?”

Seokjin dan Jimin saling berpandangan selama beberapa saat sebelum yang lebih tua melepas pandang dan menggeleng duluan.

I don’t think so,” ujarnya dengan nada mantap. “Jangan gegabah mengambil keputusan, Jeon. Ini menyangkut orang lain. Kau hanya tidak suka padanya. Ya?”

Jungkook masih memandangi Seokjin tak yakin saat si dokter bertanya kembali, “Kutanya lagi agar kau tidak dibutakan benci. Ya atau tidak bahwa kau tak suka pada Jung Hoseok?”

Dan butuh sepuluh detik penuh untuk mengakui bahwa, ya, Jungkook merasakan kemarahan yang menggebu pada Hoseok. Hal yang membuatnya menyesali kejadian kemarin hanyalah kenyataan bahwa ia tak tahu apa-apa tentang sahabatnya. Tonjokannya pada Hoseok? Tidak sekelumit pun penyesalan. Ia membenci betapa pria itu mengambil kesempatan memprovokasi.

Jadi, Jungkook akhirnya mengangguk. Dan alih-alih berteriak penuh kemenangan, Seokjin mengulir senyum menenangkan.

I’m sorry, Jeon, tapi kata-kataku bukan tanpa alasan. Jimin sudah datang terlebih dulu kemarin untuk berdiskusi dan kupikir Hoseok tak mungkin melakukannya. Aku tak mau kau benar-benar menjadi bad cop akibat menangkap orang yang salah.” Rambut arang Seokjin bergerak kala ia mencondongkan tubuh demi menjitak kepala Jungkook.

“Lagi pula, jika kau melihat para pelayan di rumah keluarga Kim, bahkan para pekerja di kantornya, mereka punya tatapan benci yang sama—dan kau akan mencurigai semuanya sebagai pembunuh Madam? Masalah kebiasaan pun, seluruh mata pasti akan memerhatikan wanita itu, suka atau tidak. Bahkan jika Hoseok memang punya niat membunuh Madam, kuyakin dia tidak akan mengambil risiko sebesar kemarin untuk membuatnya terlihat kentara di hadapan seorang detektif macam dirimu. Sarcasm? Maybe it’s in his nature.

Jimin mengangguk dan menambahkan, “Dari interogasiku dengannya, tak pernah sekali pun Hoseok sudi menyentuh barang-barang pribadi Madam Kim. Never talked to her, even. Yes, he hated her, but to plan a murder? He’s still sane, Jeon. Did he even punch you back yesterday? No. Dia bilang, tuannya membutuhkannya jadi dia tidak akan pernah mau meninggalkan sisi Taehyung. Membunuh Madam dan tertangkap sama saja membiarkan tuannya hidup sendiri.”

True.” Seokjin mengamini. “Teruslah belajar mengatur tingkat temperamen serta sentimenmu dalam kasus, Kid.”

Kemudian Jungkook terpaksa melepaskan kecurigaannya mendengar berbagai alasan yang tertuang oleh kedua rekannya. Seokjin dan Jimin ada benarnya—Jungkook masih harus banyak belajar pada dua orang itu. Sedikit-banyak, lelaki itu malu pada tingkahnya.

How about you, Jim? Get anything?” Jungkook mengawasi Seokjin yang menoleh pada Jimin.

No, not me. Aku masih belum berani menunjuk tersangka. Maka dari itu, aku masih harus memeriksa tentang daftar karyawan di Joli(e).” Jimin melirik arloji di pergelangan tangannya lantas merutuk pelan. “And, damn it, I have another interrogation with Kim Taehyung in fifteen minutes. Jeon, can you cover?

Demi membayar kesalahannya, Jungkook mengiakan. “Yeah, of course.”

“Karena aku baik, sekali ini kubiarkan kau memilih.” Jimin mengulurkan tangannya pada surai-surai hitam Jungkook lantas mengacaknya dan membuat si junior menyalak galak.

Don’t touch me!

“Mau mewawancarai Taehyung atau direktur sementara Joli(e)?”

Sebuah kesempatan emas—jarang sekali Jimin memberinya sebuah pilihan tugas. Sedikit dari diri Jungkook merasa tak pantas, ya, juga takut dan marah. Namun ia tahu harus mengambil yang mana. Dan mengingat bahwa Jungkook memiliki segudang pertanyaan yang belum terjawab mengenai Taehyung, lelaki itu tahu ia harus bertemu sahabatnya. Untuk memastikan bahwa Taehyung baik-baik saja, memberi janji bahwa ia akan menyelesaikan kasusnya, serta meminta maaf.

Egois, Jungkook paham. Akan tetapi sebagai pembelaan, dia butuh kejelasan demi melanjutkan kerumitan situasi yang terjadi.

Let me talk to my best friend.”

That’s good,” ujar Jimin sambil menyandarkan sedikit punggungnya ke dekat meja operasi. Senyumnya terbit sedikit. “Honestly, Jeon, even if you choose Joli(e), I’ll make you go to Taehyung. Kau harus belajar bertanggung jawab, Kid. Selesaikan masalahmu sendiri.”

Sedetik kemudian, Seokjin melangkah ke arahnya dan kembali mengenakan perlengkapan laboratorium. “Omong-omong, aku harus kembali ke lab,” tuturnya. Si tertua menepuk pundak Jungkook dua kali dan sang detektif junior menangkap aura kebapakannya saat ia berpesan, “Take care of your friend. I know you’ll do well.”

Demi semesta. Terkadang Jungkook tak tahu harus berterima kasih macam apa pada kedua rekannya. Ya, ada kalanya kedua rekannya membuatnya nyaris gila dengan tingkah mereka. Ada kalanya Jungkook yang berlaku tak pantas. Namun ketika dunia di sekitarnya hampir runtuh dan ia membutuhkan pegangan, lelaki itu tahu ia bisa mengandalkan Jimin dan Seokjin—lantas demikian pula sebaliknya.

They will catch him when he falls. And he’ll guide them when they lost.

Because that what’s friends supposed to do. Right?

—-—

[Next update: 10/03/2017 at 7.30 P.M.]

—-—

A/N:

  • foreword’s taken from pumped up kicks by foster the people.
  • prussian blue soundtrack, part 3. [youtube & spotify].
  • drop some names and deductions on the comment box, if you please 🙂
  • or anything really, we’ll treasure them very much! ❤

23 thoughts on “Prussian Blue [03]

  1. ANee says:

    uyeeee!!! holaaaa dokter jin!!! (senyum manis) hahaha

    oke, hoseok sungguh sungguh sungguh sarkatik yaaaa. galak banget tauuk tapi tegas, well, i admit it. dan sempet curiga di scene awal… tapi temenku sama mas dokter ada benernya juga kalau bisa jadi emang hoseok kayak gitu orangnya huhuhu dilema lagi deh. mana itu jaehyung juga agak mencurigakan tapi kenapa aku kurang curiga ke dia yaa. umm kayaknya meskipun dia bertengkar sama mamanya, tapi ini masalah warisan si taehyung, jadi… entah aku blm bisa ngasih konklusi mendasar buat oknum yang satu ini (walah nii bahasamuuu)

    guyonaaan jimiiin why aku ngakak dia ngatain jungkook kek blob fish taking poo wkwkwkwk mana dua kali bilang gituuu yaampun aku bayangin wajah maknae jadi lucu aja gitu 😀 anw, semalam kan aku ntn tuh run bts ep 12 yang ngangkat tema di kantor polisi kek gini ini daaan well, jungkook jadi detektiiif langsung keinget sama prussian blue. damn it! pokoknya selama aku baca ini kak, viin… berasa lagi nonton drama episode tiga! sukaaakkk seribu kaliii.

    teruus teruuss ini aku keknya lagi kurang waras gara-gara mas dokter deh. masa namanya disebut dan dipuji kek gini aja aku heboh sendiri di kamar huhuhu “Seokjin tak berbasa-basi lebih lama untuk mengajak mereka ke ruang pribadi sang dokter patologis, masih pada gayanya yang lebih suka mengerjakan sesuatu dengan cepat, efektif, dan tepat sasaran.” DOKTER PATOLOGIS OKE! KINERJANYAAAA CEPAT, EFEKTIF, TEPAT SASARAN OKE PUNYAA!!! mana jungkook bilang mas dokter kebapakan kaann…. langsung yang… oh sudahlah TT maaas, aku dapet jodoh dokter kek kamu gitu boleh ngga sih? huhuhu well, dia bakal sibuk, tapi seenggaknya ngga sempet selingkuh kan? wkwkwk (kak fika eviin tulungiin anii pliis)

    oke, ini sepertinya terlalu panjang ya? maafkeun… oiya, kak, viin, tadi aku nemu typo sepertinya, kata “mengulir”, apa yang dimaksud itu “menggulir” ya? cmiiw ^^

    keep writing dua penulis favoritkuuuuh ❤ ditunggu tanggal 10-nya!!! hehehe semoga aku lebih ada gambaran lagi siapa pelaku sebenarnya. meluvsyoouuu ❤ ❤ ❤

    Liked by 1 person

    • Fantasy Giver says:

      holaaaa juga, ani! (blow kiss) btw, kamu tau ga ini fantasy giver siapa ya? kok dia tau aku gitu?

      WQWQWQWWQ halo kak aneeee! (setelah menendang seokjin balik ke kantornya) iya doooong hoseok ga boleh jadi sunshine melulu sekali-sekali dia harus jadi jehop yang agak-agak dark dan galak gitu HEHEHE kak anee tau blob fish? coba deh search blob fish soalnya ikannya tuh seabsurd itu tau HAHAHA x’D aku lucu bayanginnya. HAHAHAHA seneng banget kalau emang ceritanya berkesan sampe ngingetin pas nonton run-nya bts yang episode 12 itu hehehe. makasih banyak kak aneee! :))

      ITU ITU namanya smitten. HUH. gapapa, kak, gapapa. emang ada waktunya kita merasa seperti itu sama bias. aku juga sering sama si enjun ya ampun ingin roll depan rasanya. silakan dicari kaaaak, silakan, kalau mau sama yang kayak seokjin hahahaha xD

      terus terus mengulir itu bukan typo kok kak. itu kata dasarnya ulir. semacam memilin gitu deh. emang sengaja, hehehe. masalah hoseok atau bukan, jaehyung atau bukan, atau malah taehyung???? atau malah jeon jungkook????? semuanya terjawab di chapter(-chapter) berikutnya! stay tune kak aneee chapter 5 akan rilis besok setelah jam 12 siang (tepatnya………………. rahasia HEHE).

      kakak juga semangaaat! we love u too! ❤ ❤ ❤

      Liked by 1 person

  2. LDS says:

    sebelumnya mohon maaf krn aku tidak meninggalkan like pas di chap pertama, dan komennya rapel di chap ini. pertama sih niatnya blogwalking krn sudah lama ga keliling dan juga kepo krn prussian blue ngehit banget di grup dan yah
    GANYESELLLL BACANYA IIIH ADEKKUUUUUU JEOOOON
    di chap pertama aku mulai merasa cerita ini punya feel kuat sebab aku mbaca sambil ndengerin lagu2 gfriend selama chap2 awal dan nuansa ffnya masih sangat gelap despite me gustas tu playing hebat kan. terus pas di akhir lah napa ada taehyung, kutekenlah prussian blue 2
    e e e e e napa tae kelihatannya miris banget yak kasian T.T kukira tuh dia bakal dijadiin tokoh psikopat tersembunyi tapi kurasa tidak, sampe tengah2 part 2 aku masih merasa jung hoseok bakal tersangka tapi lha kok di 3 mas jin menyatakan bahwa hoseok bukan … jadi bingung -.-
    tapi jin maap nih ya UDAH JADI PATOLOGI FORENSIK KOK YA TETEP NGEMONG DEDEK KOOKIE plisss
    baru di chap 3 keputer not today sama i need u dan terasa feelnya. penasaran si tae interogasi berikutnya bakal kyk apa, soalnya aku baper sama persahabatannya tae-kook T.T
    di chap awal banyak terulang kata ‘well’ yah tapi masih enak dibaca sih ehehehe
    keep writing!

    Liked by 1 person

    • Fantasy Giver says:

      haloooo, kak liana! ga apa-apa santai aja sama kita mah hehehehe kayak sama siapa aja deeh :”))

      daaaaw makasih banyak, kak, pujiannya! seneng banget kalau emang bisa dinikmati koook. iya dong mas seokjin kan selalu memerhatikan orang lain HAHAHAHA dia mah sayang adek sayang adek gitu. hayooo taehyung psikopat bukan yaaaa? apa dia anak baik-baik yang tertindas saja? dan apakah benar jung hoseok adalah sang tersangka? atau kim namjoon? atau malah jaehyung yang selama ini diam-diam memproteksi taehyung? jeng jeng jeng jeng. stay tune chapter 5 esok hari di sini after a.m.! hehehe :”)))

      btw makasih kak liana buat masukan dan koreksiannya buat ke depannya bakalan lebih merhatiin repetisi lagiiii! have a nice day, kaaak! we love you! ❤ ❤ ❤

      Like

  3. Lt. VON says:

    drop some names and deductions on the comment box, if you please 🙂

    AKU GA MAU NUDUH SIAPA SIAPA TOLONG JANGAN PAKSA AKUUUHHHH :<<<

    O ada deng, yang habis kena tonjok: Jung Hoseok. HAHAHAHA ABIS AKU TUH KESEL TIAP LIAT HOSEOK SMIRK.
    (Tuduhan yang diatasnamakan dendam personal sekali rupanya)

    Oke serius, karena Madam Kim punya OCD dan sering cuci tangan, kutebak taliumnya dicampurkan ke sabun tangan si nyonya, oleh yang tertonjok Jung Hoseok.

    And I'm waiting some part, revealing part, whether Taehyung is interested in a 'certain' thing like … maybe painting? Bikos he hates literacy and etc. as Jungkook said.

    Aku ga peduli kalo salah yang kupedulikan adalah … KEBAHAGYAAN URI JUNGKOOK DAN TAEHYUUUUNGGGG! TOLONG DONG ITU DUA ORANG TERSIKSA SEKALI SATUNYA KENA OCD SATUNYA ABIS KUMUR SAMA URIN :<

    GAES BENERAN YA SELESAI SERI, KALO GA PUNYA OBAT SOBER, BONUS OSKADON PANCEN OYE IS A MUST!!!!!

    LUV U GAIZ AND YOUR PRECIOUS PRUSSIAN BLUE! KEEP WRITING! KEE MENGGUNCANG DUNIAAAA!!!

    Liked by 1 person

    • Fantasy Giver says:

      TUDUH AYO DITUDUH KAK FILZ KALAU GA MAU NUDUH BAKAL DITODONG PAKAI PISTOL CINTANYA DET. JEON!

      itu………… deduksi yang tepat sekali! congratulation anda benar! lt. von dari ws terima kasih sudah berpartisipasi dalam kuiz madam and the seven dwarfs. jung hoseok memang pelakunya! silakan mengambil hadiah di loket sebelah sana dengan password “jimin gantenk aw aw aw”. pajak ditanggung pemenang, yaaaa. (perhatian: pesan ini dapat berisi kebohongan. untuk pelaporan tindak penipuan, silakan baca dan melapor pada kotak komentar di chapter 5 yang akan rilis esok hari setelah jam 12 siang.)

      anyaway, jangan percaya ah. kebahagiaan itu semu, kak. mari tidak berharap akan kebahagiaan HAHAHAHA tapi don’t worry evin sama kak fika sayang sama taehyung tapi kalo jeon pengen kami tendang sampe pluto he he maaf ya, det.

      siyap sedia oskadon akan dikirim bersama hadiahnyaaaaa! nanti abang-abang jne-nya tinggal dipilih mau siapa. muucicicicih banyak kak filz atas segala ke-hype-annya! we love you ❤ ❤ ❤

      Liked by 1 person

  4. Cake Alleb says:

    POKOKNYA AKU MAU NANGES DULU KARENA UDAH CURIGA KE URI TAEHYUNG KEMARIN :((((((( maunya nggak curiga ke siapa-siapa lagi tapi kenapa ada sekilas janggal aku ke anaknya Madam sendiri?? tapi iya masa anaknya meracuni mamanya sendiri plis, bel, logikamu 😦
    tadi sempet agak hmm ke hoseoki tapi habis tahu pendapat jimin-seokjin kayaknya bukan dia dan … waktu baca komennya kak filza yang taliumnya dimasukkin ke sabun cuci tangan: “OH IYA BISA JUGA YA” WKWKWKWKK payah lah aku sama tebak-tebakan case gini ini ah :””) udah aku nggak berani tuduh-tuduh aku sekarang pokoknya taehyung bahagia :”)

    terlalu banyak part yang bikin aku panas dingin di chapter ini :”) (drama abis taPI I REALLY MEAN IT KAK FIK, VIN) GIMANA ENGGAK “Pemukulan adalah satu hal, tapi disetrum dengan teaser? Atau dicekik dengan simpul pramuka?” THANK YOU SO MUCH KAK FIKA SAMA EVIN GAMSAHAMNIDA I LOVE YOU TWO FROM DEEP IN MY HEART!!! (nangis getih).

    hoseok terima kasih sudah melindungi uri taehyung mau peluk hoseok aku kak fik pinjem hoseoknya :(( JAEHYUNG AWAS HABIS INI U YANG KUSETRUM!!!

    Liked by 1 person

    • Fantasy Giver says:

      haee beeeel! HAHAHAHA hayo mau curiga ke siapa hayoooooo x’D jaehyung bukan ya, taehyung bukan ya, enjun bukan ya HA HA HA HA jadi racunnya ditaruh di mana niiiiih. stay tune, bel, besok setelah jam 12 tapi jamnya……….. ditunggu saja :”)) huehehehehe.

      wkwkwk dicekik dan disetrum ituuuuuu yoongi lho yang mengalami HAHAHA utukutuk kacian yoongi 😦 emang taehyung aja yang bisa menderita ((ditendang bella)) iya ya untung ada si hoseok, kalo enggak mah taehyung udah the end. huhu 😦 ga ada deh cerita ini. peluk aja, bel, peluuuuk. kak fika sudah membolehkan huehehe. jaehyung? as i said, setrum aja bel, setrum!

      YOSH, THANKIES SO MUCH BEEEEL! WE LOVE YOU TOO ❤ ❤

      Like

  5. Miracle Mind says:

    HUAAAAA….. UDAH DI UPDATE HUAAAAAAA!!! /teriak/
    Keren ih kereeeeeennnnnnnnn. Kak Fika sama Wuxi’s friend a.k.a Evin #anjay kereeeeennnnnn.
    Paling suka bagian Jhope sama Jungkook. Duh duh. Bias aku keren ih. Coba kalo ini jadi drama pasti keren terus laku. Ahahahahahahahahah
    Ditunggu selanjutnya ya!!!!!!!!!

    Like

  6. juliahwang says:

    Halo Duo Keceh, Evin sama Kak Fika! ^^

    Tbh, aku baca ff ini dalam kurun waktu 30 menit tadi pagi ampe lupa klo mau kerja dan telat 15 menit :”) Jadi komennya baru bisa sekarang itupun lupa banget mau komen apa yalord juls mang payah lemot banget -_-

    Hoho akhirnya part Hoseok kemaren” yg masih sekilas doang malah mayan banget disini mana sama Jungkook lagi huhu part terpaporit mah emang itu adu mulut (?)
    Why aku dari awal part ampe skrng curiganya Hoseok mulu ih walau kata JinJim bukan dia aduh meriang aku baca ini astaga gemes-gemes kepoan gitu mana Jungkook kek macem tersangka gitu kebawa suasana nak wae bayangin mukanya di BTS Run kemaren pas banget policeAU! gitu astaga aku ingin menangesh :”

    Jaehyung itu tipe holkay banget ya di kepalaku susah banget bayangin mukanya 😂 As always ini itu udh macem drama. Alur, karakteristik, dsb udh dikonsepin sedemikian ampe WAH gini 👏

    Makin kasian sama Tae huhu stigma itu terus keputer di otakku 😢 Karakter Hoseok juga yg ngelindungi Tae kenapa manis-manis greget sukak banget!

    Jin itu gak pernah gak the best! Gabisa bayangin klo di rl mrk beneran meranin ini betapa pintarnya dirimu Maz Dokter :”) Jimin juga makin cinta ❤

    Aku selalu kagum sama dialog-dialog billingual mrk ((yg sebenernya ampe bikin aku bolak-balik kamus klo mau ngartiin xD)) soalnya kesan ‘drama’ itu dapet banget! Pertahin terus gaes ini luar biasa! 😊

    Kayanya sampe sini aja bikos gatau lagi mau komen apa. Kutunggu moment Vkook lagi huhu kangen mrk tetiba :”)
    Pengen dong scene Jin/Jimin di banyakin /plak walau aku tau lead malenya Jungkook tapi kan pengen gitu ((banyak mau)) XD
    Eh HoseokxTaehyung juga boleh klo emang ada ((sudah juls sudah))

    Sampa ketemu di part selanjutnya!
    Semangat gaes salam cinta ❤

    Like

    • Fantasy Giver says:

      halo juga kak julia yang tidak kalah kece!

      ya ampun, jangan sampe fiksi ini bikin uang makan dipotong kaaak :((( ga akan ke mana-mana kok det. jeon-nya, jadi kak julia tenang aja dan pokoknya real life harus utama yaaaa! hehehe. take ur time dan santai aja :)))

      iya akhirnya yaaa hoseok dapet part banyak di sini setelah kemaren numpang lewat numpang lewat doang, hehehe. hayoooo hayooo hoseok buka yaaa pelakunyaaa? x’D apa malah beneran si jungkook xD atau yang lain? JENG JENG JENG stay tune kak besok setelah jam dua belas akan rilis chapter 5-nya. siapa tauuuuuuuuuuu bisa menjawab huehuehue.

      iyaaaaaaaaa aku kemaren pas meriksa ch. 4 nonton stigma dulu kan terus baru sadar……….. HIDUPNYA TAEHYUNG EMANG SESEDIH ITU. OH GOD. maafkan kami, taetae ganteng, kami sayang kamu! hoseok sih harus melindungi dong kak soalnya kalo ga ada hoseok, taehyung udah nyusul mommy and daddy (ditendang kak julia dan army sejagat) HEHE. dapet salam dari jin dan jimin yaa, kaaak!

      oiya, masalah bayang membayangkan, tenang aja, kak juls. nanti di akhir series bakalan ada peeking trough the story (manjay). pokoknya bonus vvip dari aku sama kak fika buat semuanya yang sudah mengikuti dari awal! yay!

      makasih kak juuuls, sampe ketemu besok! kakak juga semangat luv luv luv ❤

      Like

    • juliahwang says:

      haluu evin astaga baru liat ini hehe tenang aja say itu tempat kerja udh kaya punya sendiri sih jadi telat pun gak masalah XD bosku juga fangirl jadi bisa lah di nego /plak /curhat

      aku selalu stay buka wp tiap hari ngecek ini part 5 udh di post apa belum huhu kutunggu besok say! 😘 semoga ada hal-hal mengejutkan di part selanjutnya~

      tae klo diliat perasaannya baik-baik aja eh taunya emang bener-bener semenyedihkan itu, walau itu di fanfiksi sekalipun :”) cinta km kok tae 💜

      HOHO POKOKNYA KUTUNGGU BONUS VVIP YANG DI JANJIKAN AKU GAK SABAR BTW 😂

      yesh see you tommorow say~~ ^^

      Like

  7. shiana says:

    SEK SEK AKU MAU KOMEN DI SINI DULU SEBELUM PART 2. Tapi beneran deh kakfik kakevin, aku tuh udah berkontemplasi buat komen yang agak bermutu. Dan mungkin emang dari sononta otakku nggak selancip yang diharapkan jadinya lemot.

    I just cant help but ask: why? WHY TAEHYUNG WHY meski dia memang cocok memerankan seseorang yang lugu polos menderita dan abused child tapi tapi kokoroku ngga kuat. Apalagi dari sarkas-sarkasnya hoseok yang tambah bikin aku sedih 😦 dan kayaknya konfliknya bakal lebih complicated lagi ya???? Soalnya aku belum dapet mau nuduh siapa nih 😦

    By the way mas hoseok serem juga yha. Ampun mas. Jangan jutekin aku kayak kamu jutekin jk 😦 daaan hubungan jin-jk-jimin di sini patut dikasih applause. Terharu bacanya.

    Setelah baca-baca komen, aku setuju sama kak filza mueheheheh. Tapi mungkin bukan di sabunnya, melainkan di cairan antibakteri??? Atau di cokelat panas, ya??? Pelakunya nggak tahu siapa jadi mari anggap saja xxxxxxxxx. Mau curiga sama taehyung tapi kalimatnya jin cukup masuk akal sih. Terus jaehyung…. i cant find the reason if it’s him.

    Ampuni shia.

    Kudo’akan selalu yang terbaik buat kakfika dan kakevin serta tujuh kurcaci kesayangan semua umat. ♥

    p.s anyway, apakah namjoon emang ga diikutkan atau dia nongolnya masih ntar-ntar? jangan jangan dia yang jadi pembunuhnya. ((ngasal abiez))

    Like

    • Fantasy Giver says:

      no no no, ga boleh gitu. komennya shia bermutu koook. ga ada komen yang tidak bermutu. HEHE :))

      HAHAHAHA bentar aku ketawa dulu. taehyung cocok mainin peran lugu polos menderita abused child HAHAHAHA :”)))))) maafkan kami, taehyuuuungie. wooo iya dong, hoseok biar dapet peran-peran yang serius gitu deh sekali-sekali ga cuma sunshine dia bisa badass juga HEHEHEHE. teruuuus… gimana ya? di mana ya racunnya ya? siapakah si xxx itu ya? konfliknya sudah cukup complicated di chapter 4 apa mau ditambahin complicated-nya di chapter 5, shi? HUEHUEHUE. kita liat besok ya setelah jam 12 siang bakalan berlanjut seperti apa kisah taehyung si anak tiri a.k.a taenderella ini. mari merapat, shi!

      amiiin! aku sama kak fika juga doain yang terbaik terus buat shia, ya! :)) semoga shia hidupnya bahagia, ga kayak taehyung. HEHE. makasih banyak shiaaa udah baca dan komeeen! semangat terus kamu!

      p.s: enjunnya udah nongol minggu kemaren. gimana, shi? puas ga? HEHEHEHEHE.

      Like

  8. titayuu says:

    Aduh tahap mencurigai sudah dimulai.. kaya kata kakpang, aku ga mau mencurigai siapa2 huhuhu :'((

    Kalian bisa banget sih bikin pembaca penasaran! Kezzaalll!!!! Pas aku udah curiga sama Taetae, tetiba ada aja fakta lain yang tertulis. Terus pas kucurigai jehop, tapi perkataan jimin sama seokjin bisa jadi bener (tapi juga perlakuan dia terlalu jelas sih kataku). Teruuuss pak direktur, aku ga suka banget dan dia juga masuk list dalam kecurigaanku meski dia anak kandungnya madam (tapi dia benci tae dan bisa aja seakan jebak tae mungkin?) Atau ada orang luar lagi yang kelewat yang mungkin menjadi pelakunya? Yoongi? Bahahaha

    Rasanya kuingin mempercepat waktu atau mencari contekan buat jawab siapa pelakunya huhu ini sih lebih susah dari ujian dan lebih bikin penasaran dari nebak isi hati gebetan(?)
    Keep writing Evin dan kakfiik ♥

    Like

    • Fantasy Giver says:

      KAK TITAAAAAAA! ayo ayo dicurigai ga apa-apa, lho, kak. kalau perlu curigai semua sampe madam juga curigai aja siapa tau kan bunuh diri HAHAHAHAHA it’s ok. itung-itung bantuin det. jeon.

      kalo ga penasaran namanya bukan crime dong kak HEHEHEHE crime kan serunya di penasaran-penasaran tebak-tebak buah rambutan begini (slapped) jadi hayooooo, siapa coba pelakunya? taetae apa jehop apa jaehyung apa malah kim enjun? jeng jeng jeng. eh bener! bisa juga tuh. apa malah yoongi ya?????

      tida butuh contekan sebab kalau mau tahu jawabannya, stay tune besok setelah jam 12 siang siapa tau triririring muncul di sini chapter 5-nya. eh tapi aku ga janji jawabannya keluar di chapter 5 juga hehehehe :”)))) (maaf kak tita) (ditendang sampe mars) but untuk segalanya, makasih banyaaaaak, kak tita udah baca dan komentar! have a nice day! ❤ ❤ we love you so muchieeee!

      Like

Leave a comment