[Special Event: Venom of the Ambition] Roger Oddisey

by Cake Alleb

Disclaimer:

Cerita berikut hanyalah fiksi semata, tidak dimaksudkan untuk menyinggung siapa pun dan penulis sangat tidak membenarkan tindak kejahatan yang bersangkutan.

cr. pic: here

Roger Oddisey

It is not the truth that matters, but victory.

Di dalam dunia gembong narkoba New York, tidak ada seorang pun yang merasa asing dengan Gambino. Frederick Jule, sialnya, melaksanakan tugasnya kelewat baik sebagai capo. Bermula dari Greenwich hingga Newark serta jangan lupakan keberhasilan mereka mengalahkan Colombian dan Medellin hanya dalam kurun waktu dua tahun.

Kuakui pengambilalihan kekuasaan dua daerah tersebut merupakan suatu pencapaian yang besar—damn, fantastis malah. Colombian dan Medellin bukanlah kartel yang bisa dihancurkan semudah mengembuskan asap cerutu. Aku mengenal masing-masing capo. Keduanya; Tommy dan Ed, yang selalu menyimpan taktik di otak mereka.

Hukum nomor satu di bisnis ini ketika siapa pun hendak menjatuhkan pion musuhnya adalah dengan menyusuri jalanan kotor untuk mencari kelemahan mereka. Kartu truf, katakanlah. Dan sejauh yang kutahu, Tommy dan Ed bukanlah manusia tolol yang bakal melewatkan secuil detail pun pada informasi yang berhasil didapatkan mata-mata mereka. Tapi … ah. Toh keduanya gugur juga.

Tidak bisa dipungkiri lagi, kesuksesan itu seakan mengonfirmasi opiniku bahwa Fred memanglah gambaran paling tepat untuk prinsipku: bahwa pemimpin tidak boleh memiliki kelemahan—sebab itu hanya akan membuat siapa pun direndahkan, dipandang sebelah mata, diludahi dan dihancurkan. Dan kesempurnaan itulah yang semakin membuatku melihatnya sebagai ancaman besar.

O, Roger Oddisey yang dulu adalah seseorang yang terlalu bimbang mengambil keputusan, selalu berhati-hati bahkan untuk menaruh gelas di pinggir meja. Hah. Roger Oddisey yang dulu adalah seorang pengecut.

Tetapi sekarang—matilah para bajingan. Jika menjatuhkan Fred sekaligus Gambino berarti perubahan besar-besaran, maka sumpah demi Tuhan hal demikianlah yang akan kujalankan.

Aku memerintahkan dua orang pengedarku—Rude dan Yard—untuk memata-matai Gambino; well, maksudnya menyusuri kota lantas mencari informasi dari pengedar jalanan. Gambino menguasai bagian pinggiran hingga tengah kota dan pengedar mereka luar biasa memiliki kompetensi, berpenampilan tak mencolok dan melakukan transaksi hampir di setiap tempat tersembunyi. Tikus kotor berengsek.

Badai salju kuat menyerbu kota tetapi itu bukan alasan yang kubenarkan untuk mengonsumsi produk sendiri. Aku menemukan empat pengedarku tengah high di dalam mobil yang terparkir di sudut gang buntu Williamsburg dan dua lainnya di B66 Club. Satu gerakan minim dan kaki tangan unggulanku—Michael serta Douglass—lantas mengangguk bersamaan sebelum meninggalkan sisiku.

“Before Mike and Doug take y’all to a fucking ride—” kataku menggetarkan lutut mereka yang kala itu berbaris menghadap mejaku. Cerutu dengan leburan amfetamin ini terasa lebih nikmat daripada biasanya. “—let me hear what y’all have to say.”

Aku bangkit, meniupkan kepulanku di wajah satu dari mereka yang berambut pirang. Dua pemuda di sampingnya menggeleng horor seolah Moros berdiri di depan mereka sedangkan tiga yang lain masih lunglai—efek heroin.

Lihatlah. Sungguh pemandangan yang cantik. Jika saja tetesan gasolin bisa berubah merah, mungkin nilai estetikanya bakal bertambah.

Tapi lolongan mirip babi si pirang di balik bebatan kain basah sialnya merusak keindahan di detik berikutnya.

“Apa? Berjanji untuk tidak mengulanginya lagi?” Kuterjemahkan gumaman lelaki di depanku yang kini mengangguk dengan tangisan menjijikkannya itu. “Ya, tentu saja. Kupastikan kalian tidak akan bisa mengulanginya lagi setelah ini.”

Well, Roger Oddisey yang lama terlalu pemaaf dan itulah hal yang bisa membuat kartelku dalam bahaya. Roger Oddisey yang dulu hanya akan melemparkan pukulan, tendangan, dan sekecup lembut pisau saku sebagai ancaman; supaya mereka tak pernah berani melakukan hal yang sama, supaya mereka tak buka mulut atas ampunan yang kuberikan. Tapi sekarang aku hanya perlu meninggalkan tepukan di masing-masing bahu Michael dan Douglass. Mereka tahu langkah mana yang akan diambil Roger Oddisey masa kini.

Empire Fulton Ferry dalam keadaan sepi ketika Mike dan Doug menenggelamkan mayat mereka dengan menyembunyikan potongan-potongan tubuh itu ke dalam empat koper secara acak di bawah Brooklyn Bridge.

Tetapi ketika koper terakhir hampir dihanyutkan, Mike mendapat telepon dari Tim—penjaga ruangan pribadiku—kemudian menyampaikan, “Rude and Yard had arrived, Boss.”

Aku mendapati Rude dan Yard di seberang meja kerjaku satu jam kemudian. Entah mereka kelewat bodoh atau prajurit musuh yang peka luar biasa, karena informasi yang kudapatkan dari Rude hanya sekadar: “Frederick Jule; his leadership was no joke, Boss. Dia sedang menjalankan misi untuk menguasai New York tapi sejauh yang kami tahu, dia tidak punya kelemahan. Kondisi internal dan eksternalnya terlalu kuat. Tidak ada celah untuk menghancurkan Gambino.”

“Tidak ada celah untuk menghancurkan Gambino?” kataku.

“Benar, Boss. Memang sedikit aneh but really … he has no flaw.” Rengekan Rude semakin membuktikan kalau eksistensinya tak pantas.

“No flaw, you said? Fucking hell.” Bodoh sekali mendewakan pihak musuh di hadapan capo. Senapan siap di tangan dan dua pecundang itu tampak hampir kencing di celana. “Itu saja yang bisa kalian berikan untuk hasil dua minggu terakhir? Are you trying to make fun of me?”

“Sebenarnya kami punya informasi lain tapi aku ragu apakah ini membantu.” Oke, mari kita dengarkan tambahan dari Yard sebentar. “Dia mengunjungi Holy Sepuchre Cemetery sejak 25 April. Mungkin … kita bisa membunuhnya di sana?”

Dua tembakan; lalu Rude dan Yard terjungkal ke belakang.

Well, aku menarik dua konklusi: para tikus berengsek milik Fred sudah mengendus mereka ketika beroperasi dan ketidakbecusan mereka dalam menggali informasi. Lihat, jelas sekali betapa tidak bergunanya mereka. Shit.

Baiklah. Tenang, Roger. Masih ada cara lain untuk menjatuhkan Fred dan bokongnya dari lini kemenangan. Bertemu langsung. Ya, itu adalah hal terakhir yang bisa kulakukan demi menemukan kelemahanku yang tidak ada padanya.

Tim mencapai kesepakatan untuk bertemu di Restoran Rivington Greenwich pukul delapan malam, tapi tidak ada seorang pun yang kutemukan kecuali Mike dan Doug sampai setengah jam kemudian. O, apa benar dia sedang meremehkanku sekarang?

Baru sampai pada tegukan terakhir minumanku, akhirnya lelaki itu memasuki ruang reservasi diikuti enam orang penjaganya, yang lantas berdiri di sekeliling sudut ruangan.

“Jadi, apa yang ingin kau tahu dariku, Mr. Roger?” Ucapannya memang terkesan sopan, tapi pandangannya padaku tidak demikian. “Maksudku, aku menemukan orang-orangmu di sekitar daerah kekuasaanku. Jadi apa artinya itu kalau bukan kau ingin tahu sesuatu tentangku—atau kartelku?”

Sial. Satu lagi bukti tingginya kompetensi para tikus berengsek, tapi aku tidak akan membiarkan harga diriku tandus. “Ini tidak seperti yang kau pikirkan, Mr. Frederick. Ada kerja sama yang ingin kutawarkan padamu.”

“Kalau begitu sayang sekali. Sudah ada banyak kerja sama yang harus kuurus. Kurasa tidak mungkin aku memutuskan hubungan dengan Mexican Mafia dan menggantinya denganmu? Jelas, penghinaan besar. Dan dia mengusap tuksedonya seolah mengusir lalat dari pundaknya. “Satu lagi: jika kau ingin tahu tentang titik lemahku, aku tidak memilikinya. You know, since that tragedy, I’m practically flawless. Unbeatable.” Ditambah senyuman tipis si keparat itu. “Coba saja jika kau ingin, Mr. Roger. Aku harus pergi sekarang.”

Tanpa memperlihatkan intuisi yang menyuruhku meledakkan bola matanya dengan peluru, aku membalas anggukan singkat lelaki itu sebelum dia keluar dari ruangan.

Tidak salah lagi. Ada kaitan antara tragedi yang dia bilang dengan laporan Yard kemarin. Penembakan kepala keluarga Jule beserta istrinya di depan restoran ini dan pemakaman pasangan itu di Holy Sepuchre Cemetery pada 25 April. Tepat. Kuakui sejak kematian orang tuanya itu memang pertahanan Gambino jauh lebih kuat karena objek yang biasa dijadikan ancaman telah hilang.

Baiklah, aku sepakat. Orang-orang yang kau cintai memang lama-kelamaan akan menjadi sumber kelemahanmu sendiri.

Sudah bukan rahasia kalau di antara gembong narkoba, penyanderaan paling efektif adalah membidik keluarga capo dan mengeksekusi mereka dengan meninggalkan petunjuk. Lokasi markas musuh, misalnya, seperti yang pernah kuselipkan di saku mayat orang tua Victor—capo sasaranku lima tahun lalu yang berakhir memotong nadinya di dalam sel—terbukti paling ampuh.

Rencana untuk merobohkan kartel milik Victor tidak akan sesederhana itu bila keluarganya sudah habis. Katakanlah, keju dalam jebakan tikus kandas duluan. Dan itulah yang akan kulakukan sekarang; menghabiskan kejuku sampai tuntas sebelum diendus dan digunakan kartel lain sebagai jebakan.

Bergegas menuju Green County bersama Mike dan Doug, Mom beserta Dad bisa kutemukan dengan mudah di kamar utama. Tuhan memberkatiku lantaran stroke yang diderita Dad. Itu sangat mempermudahku untuk melenyapkan mereka. Tidak perlu banyak gerakan. Hanya jerit disusul tangis sebentar sebelum mulut senapan memuntahkan ledakan dan semuanya bungkam.

Jangan mengharapkan sesuatu yang spesial dari pelenyapan ini. Keefektifan tetap menjadi yang utama. Tanpa menitikberatkan status mereka, persis seperti perlakuanku terhadap anak buahku yang tidak becus lainnya, mayat mereka kutenggelamkan di bawah Brooklyn Bridge dengan cara yang sama.

Sempurna. Sekarang tidak ada lagi kelemahan yang kupunya. Yang harus kulakukan hanya tinggal mengumpulkan beberapa orang yang tepat untuk kujadikan benteng saat menyerang Gambino—damn, aku bersumpah tidak akan mati sebelum Frederick melucuti harga dirinya di bawah sepatuku.

Tetapi sial. Gambino memberondong kami tepat di markas. Rupanya Fred memperhatikan penjagaanku yang cuma bersama Mike dan Doug, tidak seperti dia dengan enam bodyguard-nya saat di Rivington Greenwich. Terlambat. Mata elang keparat itu telanjur menandaiku sebagai sasaran empuk. Beberapa pemuda seharusnya kusewa demi memberikan kesan yang kuat.

But well, perang sudah terjadi.

Tidak ada opsi pertahanan lain kecuali Mike dan Doug berdiri di depanku, membalas bombardir dari pasukan Gambino yang mendobrak masuk. Fuck. Anjing pun tahu kemenangan milik siapa jika nyatanya tiga lawan tujuh. Tembakan salah satu tikus berengsek Fred menembus mulutku di detik aku mengisi peluru.

Ah, sial memang. Roger Oddisey masa kini ternyata masih memiliki segudang kelemahan akibat kurang pertimbangan.

.

End.

21 thoughts on “[Special Event: Venom of the Ambition] Roger Oddisey

    • Cake Alleb says:

      terima kasih banyak viiin ❤ ❤ oiya aku ingin sekalian menyampaikan terima kasih banyak buat Q, kak fika, kak titan, evin 😉 , kak liana, kak filza dan kak ami terima kasih buuuanyak sudah sabar membimbing dan maaf sangat banyak merepotkaaan :"""

      Like

    • Cake Alleb says:

      TERIMA KASIH BANYAK KAK TITAAAN terima kasih banyak sudah membimbing dari awal sampai akhir huhu dan maaf sudah banyak merepotkaan :”)) ❤ ❤

      Like

  1. Lt. VON says:

    WELKAAAAAAAAAM BELLAAAA!!!!!

    WOWOWOOOW BEL ROGER ODDISEY SAT SET SAT SET DORRRRR KELAR DAH AKU BENGONG :O

    SELAMAT DATANG DI WS DAN CONGRATULATIONS DEBUT DENGAN VILLAIN!!!

    Liked by 1 person

  2. J. Angela Ranee says:

    OMOMOMOMOMO THIS ONE IS SOOOOO FREAKING COOL!!! What a nice fiction to start, Kak Bels! Sekali lagi selamat udah lolos ospek dan welkam to da club!!!

    Liked by 1 person

  3. futureasy says:

    OMG KENAPA AKU BARU SADAR KOMENTARKU KAPAN HARI GAK KE-POST HUVT 😭😭😫😥

    okay, karena ini tulisan yang sangat membuat aku semangat jadi gak apa-apa nulis ulang. first, BELLAAAAAA!! AKU! SUKA! INI! huhuhu parah dari nama, lokasi, diksi aduh pokoknya semuanya sangat fancy dan enak dibaca. Seneng banget bisa ketemu kamu di sini! Salam kenal lagi biar afdol kenalan juga di wp hehehe. Salam kenal ya Bella, aku Dhila 98l and you, my friend, possess such a nice and unique writing!

    I appreciated your writing, it holds more than I’m expected. Jadi CONGRATS sudah jadi family baru dan semoga we get along well! 😘💟💐 Proud to have you here, Bella!

    Liked by 1 person

    • Cake Alleb says:

      DHILA DHILUUUUUUU TERIMA KASIH BANYAAAAAK huhuhu ini semua berkat semuanya dan aku tidak akan bisa melewati semua ini tanpa bantuan dari semuanya :””))) terima kasih banyak, dhiiiil, ya ampun aku terharu sekali kamu menyempatkan diri komen dua kali ((hug)) ((hug)). Dan baiklah baiklah mari kita kenalan lagi hehehe aku Bella 97l dan yash! semoga kita get along well amiinnn terima kasih banyak, Dhiluuuu ❤ ❤ ❤

      Liked by 1 person

    • Cake Alleb says:

      HAHAHAHAHA SANTAI DHIIILLLL itu yang sama evin karena dulu awalnya … apa ya istilahnya … salah paham juga gitu dan udah telanjur berkepanjangan jadi akhirnya dilanjutkan saja wwkkwkww santai dhilaaaa 😂😂😂

      Liked by 1 person

  4. cherryelf says:

    Bellaaaaa, Ya Allah………. Ini… Indah sekaleeee 😭😭😭😭😭😭😭😭 duh, bahasanya ala2 githu, wes apalah2. Ku gak bisa ngomong. Berkat kerja kerasmuu, congreeeets! Mangat teros ya, bellaaaa 😙😙😙😙😘

    Liked by 1 person

    • Cake Alleb says:

      Kak Fatiiiimmmm terima kasih banyak kaak ini semua karena bantuan semuanya kak kalau tidak mah aku bisa apa huhuhu terima kasiiiih ❤ ❤

      Like

  5. LDS says:

    hai bella this is sooooooo late like hell tapi selamat udh masuk *telat ya Allah like telat bgt, telat*
    aku baca ini krn blkgn mau cari yg bau2 crimenya kentel gitu. syukurlah ya emang penjahatnya jadi tidak klise kusenang.
    dan kamu berhasil bikin aku kesel sama si roger ini, kurasa dia masih kayak kecoak gitu di depan si fred tapi maksa. kurang pertimbangan sih ya. jadi langsung terpojok deh dia. ini sepertinya adalah pembalikan klise ttg org ‘tercintanya’ para penjahat deh ya.
    tapi somehow pov ini masih terasa agak … feminin? aku ga tau, apa hanya aku yg menganggap dialog kyk ‘tenang roger, tenang’ dan monolog dgn diri sendiri itu terasa feminin?
    wah tapi researchnya pasti gila banget ini. aku pertamanya agak bingung bacanya tapi setelah merenung benar2 yah untunglah jadi lumayan mengerti ^^
    keep writing bella!

    Liked by 1 person

    • Cake Alleb says:

      kak lianaaaaaa! kak li, Ya Allah, aku baru tau kalau ada notif ini huhu maafkan aku. terima kasih banyak kak liii tapi sejujurnya aku juga agak lupa ini ceritanya Roger ngapain, Fred siapa, astaga gimana sih bel :((( tapi kak lianaaa terima kasih banyak sudah membimbing bersama kak fika, kak titan, kak filza dan evin dulu sampai bisa lolos. ❤❤

      Liked by 1 person

Leave a comment