[Special Event: Best of Us] On the Road

On the Road © Fantasy Finder

You asked for thisyou shall get it. Brace yourself.

She loves the lovin' things.

Everything’s ready?”

Ritme langkahnya tanpa beban kala Seokjin menuruni anak tangga sembari menggulung lengan kemeja hingga siku. Kacamata hitam bertengger pada bangir hidungnya, lengkap dengan seringai yang siap meluluhkan siapa pun yang berani terpapar pesonanya. Termasuk kau—ya, kau yang harusnya paling biasa melihat pria itu—duduk di lantai belakang mobil, tak kuasa menunjukkan cengiran terlebarmu yang mungkin berniat mengalahkan hangat sinar mentari.

Dan kurasa bukan cuma gumpalan awan putih yang sedang gemas padamu; kekasihmu juga. Tentu ada motif-motif lain kala ia mencubit pipimu tanpa peringatan, ‘kan?

Setelah memastikan pakaiannya tak berkerut, Seokjin menelengkan kepala dan memberi tatapan tak yakin pada bawaan yang sudah kalian tumpuk berdasarkan tingkat mudah-rusaknya. Itu normal. Kau tahu dia paling tak suka ada yang tertinggal bila sudah setengah jalan dan harus kembali lagi. Repot, alasannya. Lagi pula, kau tidak melihat kesalahan untuk memeriksa dua kali sebelum pergi, kok. Maka kau menyandarkan dagu ke permukaan djembe sambil mulai mengabsen ketika ia mulai merangseki satu per satu tatanan yang ada.

Is there our clothes bag?”

Kekasihmu mengangguk. “Yup.”

“Camera bag?”

“Check.”

“Food and drinks?”

“We got a whole buffet, Muffin, including ice cream in this box.” Dia menepuk cooler dua kali, lalu memandangimu dengan maniknya yang bersinar geli.

Well ….” Kau mengetuk-ngetukan telunjukmu di dagu kala Seokjin menarik kepalanya keluar. “Okay, I think we got everything, then.”

Si pria mengerutkan wajah seperti tengah mengingat. “Actually … no.”

“No?” Kau melakukan pemeriksaan cepat sekali lagi pada barang-barang kalian, berpikir apa yang kau lewatkan. Setelah merasa begitu teliti dan tak melihat ada yang salah, kau mengembalikan fokusmu pada sang lawan bicara. “What did we miss?”

Seokjin membuka kacamatanya, lalu membalik tubuh ke arah rumah. “I think I miss one little thing. I just remember something.  Wait here, I’ll come back soon.”

Maka kau pun memberi ekspektasi standar—Seokjin ingin memastikan seluruh listrik sudah dimatikan atau mengambil buah-buahan dari kulkas, misalnya—tapi ketika kekasihmu—ya, pujaan hatimu yang tampan dan pintar memasak dan sedikit lucu itu—berputar setelah menaiki satu undakan teras, lantas serta-merta berlari menyuguhkan pelukan lagi, kau tak menyangka apa yang dia lupakan adalah … sebuah kecupan kecil.

Dia terasa seperti permen susu.

Almost forgot my good luck kiss,” ucap pria itu jahil. Dia tak tahu saja hatimu sudah meleleh bak mentega yang kau olesi pada roti panggang kalian pagi ini; tak berdaya ketika jemarinya mengisi spasi kosong pada tanganmu. Pria tersebut menarikmu berdiri sebelum menutup pintu, lalu menawarkan kunci di jari telunjuknya yang bebas. “Wanna drive?”

Kau terkikik kecil. “Hell yeah.”

At this moment you mean everything.

Suara Namjoon menjadi kawan menyetirmu selama satu setengah jam terakhir—o-oh! Sebelum kau mengelak, aku sudah tahu.

Namjoon aman. Tidak apa-apa, kau sama sekali bukan mengeluh.

Kendati kadang dia off tune atau teriakannya menyakiti gendang telingamu atau—hm, dia kecekik lagi, tuh—kau tidak mempermasalahkan pria itu. Kau … suka. Kenapa? Karena satu; setidaknya dia duduk di sana, bersenang-senang dan terlihat menggemaskan dengan wajahnya yang berkerut kala mencapai nada tinggi. Dua; playlist-nya asyik-asyik. Tiga; kau jadi tidak mengantuk dengan kecepatan seperti ini (sebab pacarmu yang cerdas itu akan mengomel kalau jarum speedometer menyentuh angka seratus—dia takut kau kelewatan. Hah, padahal yang tidak bisa menyetir siapa). Dan terakhir; tidak seperti suaramu lebih bagus dari miliknya.

“BA DEE YAAAAA~ DANCING IN SEPTEMBER! BA DEE YAAAA~ GOLDEN DREAMS WERE SHINY DAYS!”

Begitulah. Lagu kesekian untuk sesi Namjoon hari ini diselesaikan lewat improvisasi yang lebih kawakan dari teknik penyanyi opera. Tawa pria itu menggali dalam-dalam sepasang lesung pipitnya yang terkenal; membuatmu punya keinginan liar untuk menjotos pria itu sekarang juga. (Dengan lembut, tentu. Menggunakan bibir. Hehehehe.)

Yah.

Semenjijikan apa pun kedengarannya, kau serius dan tak ada yang menyalahkanmu.

What song do we get to sing next, Baby?”

Ya, ya, ya … Namjoon masih ingin bernyanyi, ternyata. Dia meraih botol air mineral keduanya di pintu mobil, lalu menegaknya sampai habis. Sembari menyalip sebuah sedan hitam, kau membuka-buka daftar lagu maya dalam otakmu, lalu teringat satu dengan tema dan genre mirip dengan September pilihan pacarmu—kauketahui dari film adaptasi yang pernah kalian tonton dan diskusikan bersama di sofa studionya pada suatu malam berpetir.

Eighties karaoke is tempting, indeed.

Kau nyengir kuda dan menoleh padanya yang memandangimu sambil menumpukan kepala di telapak tangan. “How about … Come On Eileen?”

Roger that, Ma’am.” Alisnya naik beberapa mili sambil terkekeh, langsung mengutak-atik aplikasi musik di ponselnya. “Whose song is that again?”

Dexys Midnight Runners. Never heard of them?”

“Nope.”

But I bet you’ll know that song.”

Dia mendengungkan, “Is that a challenge?” membuatmu harus mengiakan sambil tertawa. Sejenak tak ada konversasi dalam ruang sempit yang kalian tempati, lalu intro dari biola dan banjo yang catchy mengekor lewat stereo. Selama beberapa sekon di awal, Namjoon mungkin menunggu sambil mengingat-ingat, sementara kau mulai bersenandung mengikuti irama

Kala pacarmu mengeluarkan suara penuh pengertian, kau melirik lewat ekor mata. Senyumnya muncul pelan-pelan diikuti kekehan renyah. “This song is in The Perks of Being a Wallflower, isn’t it?”

Responsmu berupa persetujuan bersemangat dicampur anggukan heboh. “Yeah! Good job remembering, Joon. I know you’ll know.”

I’m gonna look for its lyric, then we can sing it together. Deal?”

Deal.”

Carpool karaoke-mu pun berlanjut. Perjalanan kalian masih jauh dan kau tak berminat untuk menghentikan pria itu dalam waktu dekat. Kau berani bertaruh sebentar lagi suaranya akan habis dan kau akan bilang oh, Sayang, setidaknya kita punya waktu menyenangkan di mobil, sini kurawat kau ketika peristiwa itu terjadi.

Tapi, hei, siapa kau untuk menolak seorang Kim Namjoon?

Never gonna give you up.

Pull over as soon as you can. Let me drive for a while.”

Perhatian seorang Park Jimin memang tidak bisa disepelekan karena ia tahu—bahkan lewat gerak-gerik terkecilmu atau berapa kali kau menguap—bahwa kau mulai mengantuk. Kau menyorotkan atensi singkat padanya; dia mengelus kepalamu, lalu kau membalas lewat senyum penuh rasa terima kasih. Ya, mungkin memang saatnya kau berhenti. Bagaimanapun kau juga tak mau membahayakan kalian berdua.

Sekitar dua belas kilometer kemudian kau menemukan sebuah rest area dan menepikan mini SUV kepunyaan sang lelaki pada salah satu wilayah parkir. Jimin melepas sabuk pengamannya bahkan sebelum kau sempat berkedip, lalu tiba-tiba saja sudah hadir di pinggir pintumu sambil mengeluarkan vokal campuran hmm dan aww ketika kau membukakan pintu.

Usapan jari-jari mungilnya pada pipimu melelehkan seluruh pertahanan yang kau bangun matang-matang. “My sweetpie’s really tired, huh?”

Kalau mau jujur, lelah iya, tapi bukan masalah. Lagi pula setiap kali kau berada di sisi kekasihmu ini, kau selalu merasa energimu diisi lagi dan lagi. Bukan masalah besar cuma menyetir setengah hari melewati jalan mulus. Jimin ada untukmu—itu saja cukup. Namun karena kau tahu lelaki Busan ini bisa bertransformasi jadi tukang khawatir nomor satu di dunia, kau membalas pertanyaannya dengan gelengan pelan dan senyum halus.

But I know you are.” Dia menggeleng dengan nada merengek dan menjatuhkan satu kecupan lembut di keningmu. Tangannya terjulur untuk melepas sabuk pengaman di kursi sopir, lalu menarikmu turun dan mematikan mesin. “I got another idea,” lanjutnya sambil mengedipkan sebelah mata. “Before we continue our amazing adventure, let’s have a lunch, yeah? I’m really, reaaaaally hungry. Could you hear my stomach roaring?”

You’re stomach roaring?” Kau menepuk-nepuk perutnya. “O, I can feel it. Poor thing.”

“I know right? Let’s go.”

Jimin toh tak menunggu respons lebih lama ketika ia merangkul bahumu masuk ke bangunan dengan berbagai konter yang dipenuhi pengunjung. Untuk saat ini kau lebih tertarik mencari menu-menu yang tidak berat tapi cukup mengenyangkan untuk mengganjal perut sampai waktu makan berikutnya. Jagung bakar? Kentang panggang? Skewered squid? Cheongmaesil jecheop bibimbap?

“Um, well, what do you want, Jim?Kau berpaling padanya karena terlalu bingung.

Dengan maniknya yang masih melompat dari satu tempat ke tempat lain, Jimin lamat-lamat menjawab, “I think … I settle with classic naengmyeong. You?”

Petimbanganmu belum matang. Amat sulit menentukan opsi final ketika kau dikelilingi makanan enak. “What do you think will be better? Grilled potatoes or skewered squid?

Jimin tertawa dengan suaranya yang tinggi dan manis layaknya madu. Maniknya sampai menyipit dan ia terlihat berkilau-kilau. Angin dari kipas yang menempel di dinding menari dengan ujung-ujung rambutnya yang diwarnai pirang. Atraktif sekali.

Bahkan dalam situasi sesederhana ini? Selalu.

Sweetie, you can have both if you want. You’ve earned it by driving this far. So now …,” lelaki itu menggiringmu pada salah satu counter yang menyediakan pilihan kalian secara bersamaan, “let’s not keep ourselves starved, okay? Maybe we can also shop for chips later.”

Ya Tuhan, kau sangatlah beruntung bisa mendapatkan lelaki sebaik dan selembut Park Jimin.

And when he's walking, he's looking so fine.

“Bo Peep!”

Ada dua alasan ketika Taehyung memanggilmu dengan nama tokoh Toy Story yang menurutnya paling cantik: dia sedang ingin bermanja-manja atau merayu untuk dapat sesuatu. Kau menghentikan langkah sekaligus trolimu, menoleh ke belakang dan baru sadar bahwa pacarmu telah tertinggal beberapa meter karena terhalang rak berisi banjaran rapi tabung keripik kentang berbagai rasa.

Astaga, boleh saja Taehyung bertubuh tinggi semampai dengan selera fashion luar biasa—tapi wajah simetris, pekerjaan mapan dan terbiasa bermandi flash kamera tidak membuatnya lebih dewasa dari kumpulan bocah lima tahun yang berebut perosotan di taman bermain. Sebentar lagi dia pasti meraih satu dan memintamu memasukannya ke daftar belanjaan kalian. Jelaskan secara jelas nan rinci: bagaimana bisa kau jatuh cinta padanya dulu?

Hati kecilmu menjawab: mungkin karena dia gemar memamerkan senyum kotaknya dengan jemawa. Atau karena eksistensinya mampu mewarnai hari-harimu yang kelabu. Atau karena dia melengkapi kekuranganmu.

Apa pun itu, simpanlah sendiri dan biarkan menjadi misteri alam. Aku tak benar-benar perlu tahu.

Ketika tengka kalian tinggal beberapa ubin, dia betulan menyodorkan setabung. “You want some?” pintanya sambil menyeringai.

Kau memandanginya tak yakin—di balik senyum itu pasti ada akal bulus. Kau tidak bisa percaya begitu saja. Taehyung itu penjahat dan dia lebih baik dipenjarakan (di hatimu).

Four cans of cola, three bottles of yoghurt, two giant chocolate bars, shrimp crackers, gums, granolas, peanuts, four liters of mineral waterget another tube of chip, Tae, and we’re ready for the apocalypse.”

Come on, Bo. I’m always hungry on road trips. Don’t worry; I got my money.”

“I know you got yours.” Kau mendesah panjang. “Fine. Okay. Put it in and let’s get going.”

Dia tertawa senang, memasukan dua tabung rasa original dengan cepat, kembali bertingkah seperti anak sepuluh tahun habis dibelikan balok-balok LEGO.

Selama beberapa waktu setelahnya tak ada yang bicara lantaran kau masih mencoba menyisir kepalamu tentang apa lagi yang harus dibeli sementara ia cuma bersenandung kecil. Akan tetapi ketika kalian mencapai bagian buah-buahan, dia tiba-tiba menggeser tanganmu dari troli dan berinisiatif mengambil alih. Pinggulnya menyenggol diafragmamu. Kau mendongak untuk mendapati iris cokelatnya yang teduh.

Per sekian sekon kemudian, keceriaan dari matanya luntur beberapa level. Kau sampai sedikit terkejut. Apa itu … rasa bersalah?

“Bo Peep, are you angry?”

Karena kau sama sekali tidak merasa marah, kau menggeleng; menjawab jujur, “No.”

But you look like you’re … mad at me.” Kini senyumnya yang ikut jatuh. Dan bukan lagi dirinya yang merasa bersalah—kau pun mulai mengintropeksi diri. “Is it because I buy too much?”

Pertanyaannya mengingatkanmu akan topik beberapa waktu yang lalu, saat kau bilang bahwa kau tidak menyukai sikap konsumtif lelaki itu. Maksudmu tidak sejauh ini, sih. Apa yang ia lakukan sekarang masih berada dalam batasan yang bisa kau toleransi. Lebih-lebih ketika ia membeli semuanya untuk berdua. Mengingat perjalanan kalian setidaknya masih membutuhkan waktu sehari lagi, kau merasa biasa saja. Mungkin memang lebih dari cukup, tapi tidak sangat berlebihan juga. Pun Taehyung punya kemampuan luar biasa untuk menghabiskan semuanya.

O, mungkinkah ucapanmu yang tadi terlalu ketus hingga menyinggung hatinya?

Sungguh kau tak marah karena beli terlalu banyak. Mungkin kau hanya lelah dan ingin segera tidur di mobil.

Sorry. I can take them back to their aisles if you want.

Kau berjinjit dan memberikannya dua tepukan halus di kepalanya. “No, I’m not mad, Tae. It’s okay. As long as you sure you can eat them all, it’s fine. We still halfway to our destination, anyway.”

You sure?”

Anggukanmu cukup menjadi reaksi yang menenangkannya. “I’m just tired, I think. I’m sorry for taking it on you. Am I being too harsh?”

“No, no, no. It’s okay.” Dan saat senyumnya kembali, kau merasa lebih tenang tenang—terlebih ketika ia mengumpulkan beberapa bar granola dan sebatang cokelat sambil mengacungkan benda-benda itu sebelum memutar tumit. “Wait a minute. I’m gonna put these back.”

“Hey, you don’t have to!”

Dia melambaikan tangannya dari ujung koridor sambil mengedipkan sebelah mata. “Yes, I have to, Bo Peep.”

And don't it feel good?

Kontra menggunakan mobil tanpa atap: rambutmu jadi kusut, mengembang dan susah diatur ketika turun. Kau harus saling berteriak ketika ingin menjalin konversasi dengan kekasihmu, Hoseok, yang memegang kendali di belakang setir. Mungkin malamnya kau bisa mendapat sunburn yang menyakitkan pada tengkuk dan wajahmu; harus diolesi gel lidah buaya selama beberapa hari ke depan, belum dihitung kulitmu yang tambah kusam terpapar ultraviolet. Privasi pun tak ada; kau terekspos jelas, bebas diamat-amati oleh pengguna jalan yang lain.

Tapi ….

Ha. Persetan.

Pro-nya lebih banyak!

Aliran adrenalin dalam darahmu mengalir ketika Hoseok menambah kecepatan. Bila memang ditontoni pun kalian terlihat keren.  Di sini kau bisa langsung mencium aroma pesisir pantai yang mulai terlihat di ujung jalan. Sengatan matahari yang seharusnya sangat membakar bisa berubah ramah karena tawa dan prestise. Kau berdiri di tempat dudukmu, berpose merentangkan tangan seperti bintang-bintang Hollywood dalam film mereka ketika berkendara di padang Nevada atau klasiknya, Titanic.

Kali ini, sekali saja, kau membiarkan dirimu berandai-andai kau adalah perempuan yang menjadi inspirasi Bruno Mars dalam menulis That’s What I Like, thanks to Hoseok. You feel like walking on yellow brick road.

Wanna go faster?”

Wajah Hoseok terlihat lebih merah dari biasanya, tapi sama sekali tak mengurangi tingkat kekerenannya. Kau hampir tak mengerti kenapa pria ini bisa mengatur pembawaan dirinya hingga mencapai level super dope. Diajari kakaknya? Maksudmu … apa ibu mereka menyuguhkan pakaian semacam jaket kulit, kacamata hitam tak berefleksi dan ripped jeans sejak kecil? Atau kakaknya yang mulai mendadaninya ketika ia puber? Tapi … o, senyum segitiga terbalik itu melengkapi semua.

Terserahlah. Yang penting pacarmu keren. Dan lucu. Ulet. Supel. Humoris, juga lembut hati.

Where are we?” Kau mencoba mengalahkan bayu.

Hoseok mengernyih. “110. Make it 130?”

Berpegang pada impuls belaka, kau mengangguk setuju. Kau bisa mendengar tawanya samar-samar di sela deru angin sementara pria itu dengan mulus menyalip beberapa mobil untuk mencari lini yang paling kosong. Kau tak paham apa Hoseok memang mampu berkendara seaman itu atau semua orang terpesona oleh karismanya hingga tak ada klakson yang mengiringi ekor kalian. Setidaknya kau merasa aman dan yakin bersamanya. Dia tak akan membunuhmu. Dia ahli. Dan itu yang penting, ‘kan?

Hold on tight, Sunshine.”

Jung Hoseok yang memiliki talenta tersembunyi sebagai atlet F1, mengubah persneling dan meratakan pedal gas ke lantai.

Kalian melesat menantang angin.

But we are young, we run free.

Kau membuat catatan kecil dalam kepala untuk memberitahu ayahmu bahwa Jeon Jungkook tidak mengingkari janjinya terus berkendara di bawah delapan puluh kilometer per jam. Wajahnya yang tenang kontras dengan anak rambutnya yang bercericip ramai menyapa angin dari jendela—seratus delapan puluh derajat berbeda dengan gerak-geriknya kala berhadapan dengan sang kepala keluarga tadi pagi guna minta izin untuk membawa putrinya jalan-jalan jauh.

Hahaha. Pemeran pantomim saja kalah pucat.

Dan … setelah pura-pura tak peduli selama sepuluh menit, dia akhirnya menoleh sambil bertanya dengan nada defensif, “Why are you staring?!yang membuatmu terkikik penuh kemenangan. Boleh saja anak itu mencoba menggoda dengan seringainya, tapi sipu yang mengintip dari pipinya yang tak sempurna kentara tanpa malu-malu.

You like me, don’t you?” ceplosnya tak berapa lama kemudian.

Kau menjulurkan lidah sok jijik padahal kalian sekarang sama-sama seperti kelinci musim semi.

Dasar anak muda.

Tidak menjawab adalah pilihan terbaik—mengakui kau suka padanya sama saja kau kalah, ingat?—maka kau memilih untuk membuang pandangan ke jendela. Dari sana kau bisa melihat burung camar melayang di atas laut yang berkilau tertimpa spektrum lembayung senja. Sedikit darimu berpikir bagaimana kau sampai di sini, duduk bersisian dengan Jeon Jungkook, padahal baru beberapa bulan yang lalu kau mengenalnya dari kelas pengantar mata kuliah yang sama.

Kau mencoba meliriknya lagi, lalu—Tuhan yang mahakuasa, jantungmu melompat.

Dia gantian memandangimu.

Tertangkap basah sedemikian rupa, Jungkook bukannya terjun dan tenggelam sekalian, tapi malah mengerjapkan mata dan kembali memperhatikan bumper truk terbuka di depannya. Ha. Memang dasar gengsinya setinggi Burj Khalifa saja.

Yo—it’s beautiful.”

Tunggu. Maksudnya kau? … atau pantainya? “What?”

… the beach.”

O, sial, sial, sial.

Yes, yes it is, Jeon.” Tanganmu mengepal saking kesalnya. Sudah diangkat tinggi-tinggi, malah dijatuhkan lagi. Pelajaran hari ini: jangan berharap banyak pada si Jeon “Sialan” Jungkook.

Dia berdeham canggung. “Do you want to stop by for a moment?”

Alismu terangkat otomatis. “Yeah … sure. Why not?”

Maka, dia memutar setir ke salah satu gerbang jalan masuk pantai sambil mencari tempat parkir. Kau berhasil membantunya menyelipkan si mobil tua bekas sang kakak di samping sebuah van, lalu kalian keluar demi menyusuri pasir putih yang terasa kasar dan kering. Dia memastikan untuk selalu berada di sisimu sampai kalian berhenti di atas karang bibir pantai.

Keinginanmu adalah melupakan kejadian di mobil, tapi Jeon Jungkook adalah definisi perkara serius yang datang pada waktu-waktu tak tepat. Kau merasakan sesuatu yang hangat mengisi jemarimu, melengkapinya dengan letupan-letupan asing menyenangkan, membuat jantungmu terpacu dan berdegup tak beraturan untuk kesekian kalinya. Kau bahkan tak sadar tengah menahan napas dan tak berkedip—takut semua ini hanya mimpi dan hilang seketika ketika kau menutup mata.

Bunny ….

Kau nyaris tersedak ketika menoleh, tapi tatapan Jeon “Sialan” Jungkook membekukan seluruh aspek dirimu. Senyumannya muncul ragu sementara ibu jarinya bergerak-gerak pada tanganmu. “I mean … I can call you Bunny, right?”

“Why can you?”

Dia, di sisi lain, menunduk sejenak lalu menatapmu lagi, menggaruk rambutnya dengan ekspresi tertahan. “Because you’re my girlfriend?”

“Since when?”

“Since now?”

Now? Really?” Ada tarikan napas panjang yang kau ambil. Keningmu berkerut, bibirmu maju sedikit dan kau pura-pura tak setuju, kendati tanganmu menghianati tuannya dengan mempererat pegangan kalian. “No.”

“No?” Air mukanya priceless. Jeon Jungkook priceless.

“I won’t be your girlfriend unless I’m the one to call you bunny, Bunny. ”

Anak itu tertawa sedikit dan hatimu meledak jadi ratusan pasang.

You could always count on me, Darling.

Tak pernah terlintas di pikiranmu bahwa permukaan tak rata bak terbuka truk Yoongi adalah salah satu tempat berbaring paling nyaman satu dunia. Pria itu melingkar dengan tenang, bergulung dalam tiga lapis selimut yang ia bawa dengan napas teratur seperti anak kucing. Begitu dalamnya tertidur karena lelah berada di bangku sopir seharian. Tangannya melingkari pinggangmu dan wajahnya bersembunyi di pinggir bahumu.

Yang kau tahu: Yoongi benci berkendara jauh-jauh. Hell, dia bahkan paling malas menyetir.

Min Yoongi akan lebih memilih berjalan kaki dan menggunakan angkutan umum dalam berbagai kesempatan ketimbang harus gonta-ganti menginjak kopling, rem dan gas. Kakinya bisa mati rasa, dia keluhkan. Tapi ketika kalian setuju untuk melakukan road trip ini bersama-sama, kau tak mendengar omelan yang biasa keluar dari bibirnya perkara macet atau lelah. Dia bertingkah manis sekali seharian tadi—tahu bahwa kau tidak bisa menyetir, mungkin, makanya tidak ingin membebanimu?

Merasakan kasih yang meluap-luap, kau mengungkapkannya dengan melarikan jemarimu pada wajahnya; menyapu poni yang menutupi keningnya, lalu menghadiahkan satu kecupan di sana. Tapi Yoongi, sesuka apa pun ia pada sesi tidur, adalah seorang light sleeper. Pergerakanmu tak sengaja membuatnya terjaga. Lamat-lamat ia membuka mata, menggumamkan protes tak jelas, lantas mengeratkan pelukannya tak rela; kau mendesis seperti sedang meninabobokan seorang bayi.

… no, come here. Come here,” pintanya serak seperti mengigau. Kau menurutinya pelan hingga ia berhenti bergerak.

Let’s just sleep before the stars are gone, okay?” bisiknya di telingamu—mengirimkan udara hangat yang menyenangkan. Kau mengelus-elus punggungnya yang terasa kaku. Dia mendesah lagi. “God, I’m so tired.”

“Yeah, ssh … I’m sorry.”

“No apologize. Just sleep … for now ….” Suaranya mulai menghilang lagi.

Kau mengecup ujung hidungnya untuk terakhir kali dan balas memeluknya. “Okay. Good night, Moonlight.”

“Mm.” Dia mengecap dua kali. “Night, Angel.”

A/N:

  • what’s best of me is dangkal indeed.
  • makasih sudah membaca! semoga kalian selamat sampai tujuan.

9 thoughts on “[Special Event: Best of Us] On the Road

  1. asanayuuki says:

    OMG EVIN INI MANIS PARAHHH :33 huhu road trip bersama kekasih adalah impian tapi jomblo adalah takdir jadi apa daya 😂😂
    Dari ketujuh cerita ‘perjalanan bersama kekasih’ ini aku paling suka yang jehop bikos dia tuh merealisasikan (?) keinginan terpendam q. Ngebut pake mobil dengan atap terbuka di sekitaran pantai itu adalah surga😻 terus yg namjoon…haha dia mah kalo nyetir ntar bisa berangkat gabisa pulang karena mendadak mobilnya rusak di tengah jalanan sepi, as expected of god of destruction lol
    Jin sama jimin sweet abisss gangerti lagi w kebayangnya mereka tuh tipe2 sweetheart gentleman gitu hhh. Tapi mungkin jin agak rempong..em, lebih teliti gitu ya kalo mau pergi2 haha
    Tae itu… yah seperti yg kita semua tau, dia mah on stage doang super cool but hawt af tapi off stage mah uyel-able wqwq gemass berasa punya bayi besar
    Jungkook tuh ya ampun bikin blushing abis tapi makasi loh mas saya tida terpengaruh wkwkwk pen swearing aja saking unyunya ini anak kek abg tapi manis huhuu. Bahagya lah camu yg jadi pacar jungkook🙃
    Meanwhile yoongi… atuh lah si abang sukanya mah tidur TAPI HONESTLY AKU JUGA MAU BANGET KEK GINI 😦 Cuddling w/ him underneath the stars. Yaa walopun di mobil pickup(?) juga gapapa asal sama kamu aku mau😝😝 wkwkwk

    Aku suka semuanya vinn wkwkwk jadi menginspirasi buat nambahin road trip bersama pasangan di wishlist. Dan cerita ini juga mengobati rasa kangenku sama fanfiksi bts. Selama ini author2 fav aku pada ga nulis meanwhile diri ini butuh asupan fiksi hahaha
    Aamiin…semoga diriku selamat sampe tujuan (baca: semester mendatang) karena badai uts semakin mendekat😭😭
    Evin jugaakk… semoga selamat sampai di tujuan dan have a nice trip!! ^^

    Liked by 1 person

    • Fantasy Giver says:

      haiii, washfa!

      huhu iya nih kepengen deh roadtrip sama mas pacar, tapi sayang mas pacarnya aja belom ketemu hahaha xD iya keliatan 50s banget gitu ya hoseok mah hahaha. engga engga, aku percaya sama namjoon dia akan berhati-hati :”) i trust him. sebenernya seokjin itu kesukaanku!!! hahaha. jimin yha jimin memang gini deh. taehyung tuh emang masih kayak big baby hehe. dan jeon aku gatau ya ga bisa bayangin dia kayak abang-abangnya 😦 jd yodah kamu masih kuliah ya kayak kita. dan yoongi… siapa yang ga mau HEHE

      makasih banyak ya, washfa! kamu juga semagat semester semester depan. huhu. q sudah ingin menyerah saja.

      have a nice night! ❤

      Like

  2. slmnabil says:

    KAK EVIN SUMPAH INI LUCU BANGET SAMPE RASANYA PENGEN KLIK TOMBOL LIKE BERKALI KALI!!!!! BLESS THESE GENTLEMEN AND THEIR AFFECTION!!!

    Nabil suka banget gimana kak evin ngerangkai si jalan cerita dari siap siap buat road trip sampe istirahat. Dimulai dari Seokjin dan berakhir di Yoongi uhuuuuu.Kreatif banget mantaaaap. Dan Nabil perhatiin akhir-akhir ini kak evin lebih sering pake sudut pandang orang kedua, iya ngga sih kak? Enak banget dibaca sumpah, terus bikin pengen nulis lagi.

    Well-written as usual kak evin 😘😘😘😘😘

    Like

    • Fantasy Giver says:

      AAAA NABIL KAMU LEBIH LUCUUUUU ❤ TERIMA KASIIIIH HUEHUE

      ih kamu nyadaaar! ❤ aku senang sekali ada yang sadar kalo ini "satu perjalanan" mulai dari siap-siap, karaokean di mobil, terus mampir di rest area, jajan (dan bete, bcs roadtrip selalu ada betenya), terus kebut-kebutan, lambat-lambatan sambil mampir ke attraction yang dilewatin dan bobok di mobil yay! AYO NULIS BILLLLLLLL I'M WAITING.

      terima kasih ya sayangku! kamu juga keep writinggg ❤ ❤ ❤

      Like

  3. LDS says:

    Ih ini munyaaaa sekali kenapa aku baru baca aaaaaa
    Yg buka Seokjin yg nutup yoongi ceritanya gereget semua tapi aku paling suka taehyung soalnya rasa/?nya beda sendiri hehe
    Manis piye juga gitu yg bagian jungkooknya. Namjoon nya asik tapi hoseok lebih asik. Jimin juga sweet ih terjamin makannya si mbak seharian :3
    Masih best kok dangkal gak dangkal yg penting Seokjin/lho
    Keep writing Evin!

    Liked by 1 person

    • Fantasy Giver says:

      haiii, kak liana!

      HAHA iya memang beginilah kehidupan sesekali delu sedikit tida apa-apa. iya, taehyung emang agak beda ya soalnya di situ ceweknya bete, hehe. makasih banyak, kak lianaa! ❤ ❤

      Like

  4. fikeey says:

    SEBENTAR AKU MEMUTUSKAN LANGSUNG KE KOMENBOKS PAS SELESAI BACA BAGIAN SEOKJIN GARA-GARA FOTO NAMJOON YANG EVIN PASANG… ASTAGA. oke aku lanjut baca dulu ya! hahahaha (gajelas banget emang fika ini).

    udah selesai.
    (((yaallah beneran ya kim namjoon nyanyi BA DEE YAA itu kenapa kebayang banget di aku dan super harus nahan ketawa karena buneg lagi bobo di sebelah aku banget hahaha)))

    SEOKJIIIIIINNNNN kalo mau minta sun ngga usah sok-sokan lupa sesuatu deh kok aing kesel (re: gemes sampe mau ngejitak) sih bacanya huvt. terus little info kalo dia paling males ketinggalan sesuatu karena harus muter balik omaygat we shared the same thought here. makanya kalo mau pergi tuh (apalagi pulkam ya) bener-bener harus ada checklistnya gitu haha. abisan galucu juga udah sampe depan komplek eeeeh ketinggalan something jadi kaya ga afdol gitu mau pergi teh :”(

    HAHAHA DAN SEJENAK KEINGET SESUATU PAS BACA BAGIAN NAMJOON. jadi tuh waktu mau balik purwakarta ada temen kantor nebeng dan waktu itu mood playlist di mobil lagi all bangtan. aku berkali-kali yang “please bear with me ya” terus temenku juga udah yang maklum HAHAHA. dan ngobrollah kita lalu muncul lagu cypher pt.4 dan sampailah pada bagian min agus “click clack to the back ahsdajjhasdnb” dan penyakit aku adalah switching ngomong ama ngikutin nyanyi ngga pake jeda. “iya mba, kemaren kan aku lagi ngerjain laporan–click clack to the back aasghahdkjhkj–terus ….” terus dijawab “fik kamu ini ngobrol ato nyanyi mbok ya satu-satu nduk.” ANW. ga nyangka uwu namjoon masukin earth wind and fire ke playlistnya dia tapi emang september sama let’s groove tuh asik sih lagunya :”)

    evin states di sini jimin jadi orang paling khawatir ini aku sangat sangat sangat setuju sekali. keinget meme di twitter. BTS: having breakdown. Jimin: (foto jimin pas era just one day ngintip) someone needs me? uwu dia mah penyayang banget. huhu kesayangan :” terus i dunno kayak kalo misal dia sama pacarnya nanti nyetir jauh terus pas lagi gantian even mungkin baru sebentar but pacarnya keliatan ngantuk atau bosen atau apa, mesti jimin bakal maksa pullover atau gantian lagi. huhu manusia satu ini tuh :((

    dat konsumtif bikin aku keinget japrian kita soal member paling ngga neko-neko itu kim seokjin. yang lain mah mungkin udah pada pake latest iphone, kim seokjin masih bertahan dengan iphone 6 nya. TAPI PAS TAE MANGGIL BO PEEP DONG UWUUUUUU. untung bo peep ya pilihannya. dan kenapa sih pas dia mutusin buat ngembaliin barangnya malah aku yang meleleh huvt :(( ini tidak adil. kim taehyung itu ilegal.

    KYAHU HAHAHAHA ADA PEMBALAP F1. hati-hati seok nanti banmu meluduk ke lubang terus velgnya pecah (iya ini kejadian di aku pas di tol hahaha). makanya sekarang trauma agak ngebut di tol cikampek tuh karena jalanannya jelek 😦 BTW SEOK HARUSNYA TUH KAMU YANG SUNSHINE IH. tapi gapapa deh sunshine + sunshine = indah dunia.

    buat jeon jungkook aku ketawa aja boleh gak. HAHAH. ABISAN SIH KALO MAU NEMBAK YA NEMBAK AJA DONG DEK HIH. sok-sokan gamau dipanggil bunny. idih.

    OKE LAST FOR MY FAVORITE PERSON (everyone in bangtan is my favorite sih) tapi this one udah bukan bias lagi (everyone in bangtan juga levelnya bukan bias sih) (fika ngomong apa sih) (gatau ya tapi yoongi ini semacem safe haven aku gitu kalo punya plot spontan dan bingung mau dikasih ke siapa pasti safe bet aku ya yoongi. suave itu awalnya ya dari plot spontan gitu hahaha). aku. selalu. suka. cerita. yang. bawa-bawa. stargazing. ya walaupun yoonginya bobo tapi tiduran di bak truk menghadap langit (cieh bahasa gue) itu feelingnya udah kaya stargazing dah HAHAHA. MANA NICKNAMENYA ANGEL PULA. BOLEH NENDANG MEJA GA.

    oke evin maafin aku ini apa banget komennya. keep making something beautiful yaaa 😀 me lafs you!!

    Like

    • Fantasy Giver says:

      KAK FIKA aku baru sempet bales dong, i’m sorryyyyyy. btw kenapa kak foto enjun? he’s cuteeee HAHAHAH (evin mah enjun ngapain aja juga cute hihi)

      buat masalah seokjin dan traits-nya tuh malah kebalikan. soalnya aku pernah kak mau pulkam naik kereta. udah di grab mau ke senen, udah jalan, 3km dari rumah aku kelupaan dompet. dan di dalem dompet ada ktp. omg evin. jadi… ya begitulah. hehehe enjun and his ba dee yaaa will always be my best imagination. dia segala lagu dilahap sih kak. aku gemas. sudahlah nanti bisa panjang bahas manusia ini doang. fix banget jimin tuh yang paling care dan squishy terus ditunjukin gituuuuu kan lucuuu hahaha mau jugalah aku diperhatiin gini. kim seokjin is a husband material. change my mind. HAHA. dan yes bo peep because toy story! ❤ sunshine+sunshine supaya pengendara lain silauuuuuuu. IDIH YANG SATU INI MAH IDIHHHHHH YA TUHANKU. dan yoonggo tuh gemas-gemas serem gimana gt. ada saat aku takut sama dia, ada saat dia gemes, ada saat dia gembel+receh. yah, mas. kamu multidimensional sekali hahaha.

      makasih banyak juga kak fikaaaaaaa! luv luv! ❤ ❤

      Like

Leave a comment