Chaos

she is a chaos.

.

Ketika Namjoon memutuskan untuk bertandang ke kediaman Zoe, dirinya harus bersiap-siap dengan kemungkinan terburuk yang akan ditemukannya di sana. Kain-kain bekas potongan kaus yang dirombaknya menjadi lebih pendek, atau beberapa bahan jins hasil eksperimen dari bentuk asalnya. Belum lagi segudang tas kanvas yang dimiliki Zoe.

Welcome to my jungle!” seru Zoe ketika membuka pintu apartemennya.

Zoe bersungguh-sungguh ketika menyebut kediamannya sebagai hutan. Namjoon menganggukkan kepala, menyetujui ucapan Zoe. Dugaannya benar. Beberapa kain hasil potongan eksperimen gadis berambut merah itu berserakan di lantai. Akhir minggu lalu, Zoe memang baru mengubah beberapa kausnya menjadi lebih pendek. Sebagian malah menjadi berumbai, membuat Namjoon berdecak aneh melihatnya.

“Duduklah,” ujar Zoe mempersila.

Duduk katanya? bahkan untuk berjalan dari pintu menuju sofa saja Namjoon sudah kebingungan dibuatnya. Sepatu-sepatu Zoe berserakan, bagian kiri ada di dekat pintu masuk sementara bagian kanannya berada di dekat televisi. Namjoon beberapa kali menginjak kertas-kertas yang tercecer di lantai. Sepertinya bagian dari tugas kuliah Zoe.

“Kau ingin minum apa?” Zoe bertanya sambil berjalan menuju dapur sementara Namjoon masih mencari cara menyingkirkan barang-barang di sofa agar dirinya bisa duduk dengan nyaman.

“Mango smoothie?” sahut Namjoon asal. Dia bercanda, tentu saja. Apartemen sekacaru itu tidak akan menyimpan mangga segar dan yoghurt untuk membuat smoothie. Berani jamin, lemari pendingin Zoe pasti berisi hampir separuh manakan dengan tanggal kedaluwarsa yang sudah terlewat jauh.

Tetapi gerangan blender yang terdengar beberapa menit kemudian membuat Namjoon diam. Segelas mango smoothie diletakkan di meja yang penuh dengan barang yang ada di depan Namjoon. Zoe melemparkan tubuhnya ke sofa, menarik barang yang didudukinya dna melemparnya ke sembarang arah. Zoe benar-benar bisa membuat Namjoon menggelengkan kepala.

“Apa kau tidak berniat membereskan apartemenmu?” tanya Namjoon.

“Aku bahkan terlalu kacau untuk merapikan di riku sendiri, Joon.”

Zoe tersenyum, menyelipkan sebagian rambut keritingnya di belakang telinga dan menghela napas. Gadis itu tersenyum sambil menyenderkan tubuhnya di sofa. Mungkin, kenyataan bahwa Zoe baru saja melarikan diri dari rumah membuat dirinya kacau.

“Jangan pernah salahkan keputusanku melarikan diri, Namjoon. Yang perlu kau tahu, aku sudah sekacau ini sesaat sebelum aku kabur. Jika kau mencari akar permasalahan, salahkan saja orangtuaku.”

Zoe menoleh, menatap Namjoon lekat-lekat sambil menyunggingkan senyum. Lesung pipi di pipi kirinya membuat laki-laki itu terlihat begitu manis.

“Tapi jangan pernah jerumuskan dirimu sendiri ke dalam hal-hal negatif. Kau tahu, rumah tangga yang berantakan tidak hanya terjadi pada keluargamu dan ketahuilah, banyak orang yang mampu bertahan dengan sangat baik di dalamnya, Zoe,” ungkap Namjoon. Survey kecil-kecilan untuk tugas kuliahnya tentang anak-anak broken-home sepertinya cukup berfungsi pada keadaan seperti itu.

I know, I definitely know it, Joon. Aku tahu lebih banyak tentang itu daripada dirimu, Joon,” protes Zoe.

Sebenarnya, berada di dekat orang-orang seperti Zoe akan sedikit membuatmu bimbang. Namjoon akan melihat sisi gelap Zoe lebih banyak, beberapa kali mencegahnya bergabung dengan para pengobat, perokok, dan pemabuk. Namjoon akan sering melihat Zoe merobek celana jinsnya dan memotong kausnya. Zoe akan lebih suka menyantap ramyeondaripada full-course meal di hotel.

“Apa kau takut padaku?” tanya Zoe.

Namjoon terdiam. Dia mungkin akan meragukan Zoe lebih lama jika saja gadis itu tidak tersenyum begitu manis ke arahnya. Karena ketika tersenyum, kekacauan yang ada di mata Zoe musnah seketika. Hanya ketika Zoe tersenyum, dirinya menjadi lebih dari sekadar masalah.

“Aku tidak pernah takut padamu. Apa ada kata lain yang lebih hebat dari luar biasa? Nah, itulah dirimu, Zoe.” Namjoon tersenyum sembari menatap Zoe lekat, membuat gadis itu meraba lehernya kikuk.

Namjoon menatap Zoe sebelum melanjutkan kalimatnya. “Mungkin harusnya aku berterima kasih pada orangtuamu.”

“Untuk apa? Mereka bukan orang yang tepat untuk sebuah ucapan terima kasih.”

“Karena sudah melahirkan seorang gadis yang punya senyum paling menghipnotis yang pernah kutemui dan tampaknya aku jatuh cinta.”

Shut up, Namjoon!”

*

she was trouble

chaos really

but her smile

her smile

dared me to fall in love with her.

– atticus

 

Dari pengarang:

Tulisan comeback yang singkat dari saya yang sedang tergila-gila (lagi) dengan BTS.

5 thoughts on “Chaos

  1. Fantasy Giver says:

    kak malaaaaaaaaaaa ❤

    heuheu ini aku gatau harus gimana sih sama oknum yang kak mala jadiin pemeran utama sebenernya bcs so many reasons, tapi kalau dalem cerita ini karena dia ngegombal, rasanya dia pengen aku lempar dari jendela. anywaaaaay hihi dan huhu sekaligus karena aku harus tos sama mbak zoe bcs mamaku tak pernah bosan-bosan mengatai kamarku kapal pecah atau kandang tikus 😦 antara sedih sama males ngerapiin, soalnya pasti berantakan lagi. so i feel you, mbak. betul itu! ga semua cewek rapi!

    terus terus ceritanya ringan dong dan kak mala gitu yang nulis, what can i expect. udah pasti keren! cuma aku nemuin beberapa kesalahan kayak spasi gitu kak. ini salah wordpress-nya apa gimana ya? kayak misalnya "… merapikan di riku" itu harusnya ga pake spasi kan ya, kak? sama "bahkan untuk berjalan" bahkan-nya itu harusnya b-nya kapital karena awal kalimat? hehehehehe. correct me if i'm wrong, kak malaaa.

    yaaaaay! makasih kak mala udah menyediakan bacaan luar biasa manis buat malam ini! semangat terus, kak. keep writing! ❤

    Like

  2. Pingback: [Fanfiction] Chaos

Leave a comment