Bencana

pic source here

a story by Keii

Malam itu benar-benar mengerikan. Air bah luar biasa dahsyat pada akhirnya meluluhlantakkan eksistensi kami.

Mulanya, aku dan temanku cuma berniat untuk singgah sebentar di dalam hutan rimba sembari menikmati panorama langit ketika tiba-tiba cahaya putih terang menusuk mata kami. Aku tidak memperhatikan temanku, tapi waktu itu mataku benar-benar sakit sampai-sampai aku panik, sibuk berlarian dan menabrak apa pun yang ada di sekelilingku.

Saat aku membuka mata, tubuh orang-orang yang kukenal sudah bergelimpangan di sekelilingku. Sambil merintih kecil, mereka memintaku agar segera menyelamatkan diri.

Waktu itu aku terlalu tolol untuk mengerti. Anggukan singkat dariku tak lantas membuat kakiku menjauh. Alih-alih, kutolong mereka satu per satu hingga yang bencana buruk berikutnya datang.

Air bah sialan itu.

Aku tersapu hingga jauh. Masih bisa lebih jauh lagi ke mana pun arus itu mau. Tapi, aku tersangkut di beberapa ranting pohon, terayun kencang; terselamatkan. Saat memandang ke bawah, melihat kejamnya arus yang membawa sisa-sisa tubuh kawan-kawanku, isi perutku menendang ingin keluar. Sungguh bencana alam yang luar biasa.

Ajaibnya, air bah itu cuma muncul sekejap. Ada sebuah jeda kesunyian panjang setelah gemericik terakhir melintas di bawah kakiku. Sudah surut. Saat yang tepat untuk melepaskan diri dari pohon-pohon ini dan mengecek di mana kiranya aku berada.

Dahulu, saat aku kecil, ibuku pernah berkata bahwa nun jauh di ujung pedesaan tempat kami tinggal, ada sebuah jurang yang dasarnya tidak pernah kelihatan. Konon, setiap dari kami yang jatuh ke dalamnya, tidak akan pernah kembali seolah-olah sesuatu yang besar menelannya.

Aku tidak pernah jalan-jalan terlalu jauh, jadi aku tidak tahu bahwa mungkin jurang inilah yang ibu maksud. Sedangkan aku… berdiri tepat di sisinya, cuma dua puluh meter jauhnya dari tempatku tersangkut tadi. Kebetulan yang mengerikan, soalnya kalau saja pohon tadi tidak menahanku, aku pasti sudah terseret jatuh ke sini.

Tapi, aku belum bisa bernapas lega. Di sekon selanjutnya ketika aku menoleh ke belakang, air bah lain—dengan bau yang sangat menyengat—menyerbu tubuhku, mendorongku seperti ombak-ombak kencang yang menyapu sampah tak berguna. Di permukaannya, menyembul buih-buih yang tak kukenali, menghanguskan bagian terluar dari kulitku, menenggelamkanku. Sakit sekali rasanya; seolah ada ribuan jarum yang menusukmu secara bersamaan.

Aku sudah pasrah saat bola mataku menangkap sisi jurang “misterius” di belakangku. Aku dan sisi gelapnya cuma berjarak tiga hitungan ketukan normal. Sial. Aku bahkan belum cukup umur untuk tahu seisi dunia. Aku baru hidup seminggu. Seminggu!

Apa mau dikata, sudah kehendak Tuhan.

Aku mengangkat tanganku, menyerahkan seluruh jiwa dan ragaku pada kegelapan. Satu… dua… tiga…

.

.

“Buuuuuun, shampoo pembasmi kutunya, kok, agak panas, ya?”

.

.


fin

Cuma ada dua info, pertama, aku lagi seneng nge-random, kedua, dilarang mengumpat. Bye.

21 thoughts on “Bencana

  1. Tob says:

    Jadi yang berumur seminggu itu kutu gitu, ya? ….

    Aku kira malahan mikirnya sosok si aku ini adalah pohon. Ternyata kutu ya… kutu.

    Tapi aku suka, ini gak kepikiran sama sekali. Nice ff, kak!^^

    Like

  2. jungsangneul says:

    (ingin berkata kasar)
    (tetapi ramadhan)

    ASLIIIK TWISTNYA ITULOOH KANYUUUN:(((( Sumpah deh seru seru baca dan udah kesian banget (tapi aku juga mikir kayanya ini bukan manusia soalnya masa seminggu sih hidupnya?!) ternyata … kutu. Tapi mikir kutunya akhirnya mati seneng juga /eh/ soalnya mereka mengganggu sekali kalo ada di rambut wkwkwk. o ya, ada koreksi dikit. Anggukkan itu harusnya anggukan (kata dasar angguk dan imbuhan -an bukan -kan). Sekiaaan. Keep writing ^^

    Like

  3. dhila_アダチ says:

    Ini curahan hatinya si kutu rambut astaga kak aku megap2 nahan diri gak ngebacok cermin………
    Aku greget twist2 di ws segini amat ToT bhay
    Terima kasih ceritanya, kak. Keren abis, beneran aku speechless 😦

    Like

  4. cherryelf says:

    Waah, Kak Nyun produktif bnget. Ngepost trus :)))
    Twistnya ambyar. Dari awal ngerasa agak janggal emang krn ga ada penggambran desa, rumah, atau jalan2 githu. Trus kok air bahnya datang dan pergi. Pasang surut. Ini apaaa. Ternyata kutu dalam rambut X,,,D
    Jurang yg dimaksud apa, kak? Aku masih blum ngeh. Apa salah satu anggota badan manusianya, atau saluran pembuangan air di kamar mandi, krn disebut ada ‘buih2’nya?

    Like

    • Keii says:

      lagi produktif ya begini tapi kalau lagi engga………. bisa enam bulan aku gak muncul dimana mana hahahaha
      jurangnya mungkin kaya ujung rambut ngunu, atau dasar lubang di kamar mandi itu, ya bisa aja. pas buat sih aku ngebayanginnya ya di ujung rambut itu kayak lubang gelap bagi kutu, kayak kita ngebayangin lubang bumi gitu gak tau isinya apa

      anyway makasih yha laft❤

      Liked by 1 person

  5. aurora says:

    kak nyun halo! aisya di sini.

    LOLOLOL aku bacanya udah serius dari awal, kirain si akunya ini lagi kemping asik2 stargazing sama temen terus dateng bencana alam. sumpah di situ aku udah thrilled banget eh taunya kutu 😦 serem juga sih kalo ada pedesaan kutu di rambut terus kutunya beranak pinak–oke stop HAHAHA.

    aku suka idenya kak nyun, plot twistnya juga hacep. nice one kak. keep writing 💙💙

    Like

  6. lianadewintasari says:

    aku ngiranya dia ketombe ahaaaha. waktu pertama buka ini kepotong di shampo astagaaaaaaaa padahal di awal sdh ngebayangin korban tsunami gambarannya ternyata -.- keren kok keren, dan saya tidak pingin mengumpat kok tenang saja.
    keep writing!

    Like

  7. ZulfArts says:

    Lah….. kutu? ._.

    Kirain saya itu bayi yang kena korban banjir atau gimana gitu :” tapi dipikir pikir, masa juga bayi umur seminggu XD

    Tepi ternyata…

    Kutu….

    Wow, kak, shocking ending sekali wkwkwk xD jadi pohon itu rambut? Ya Allah, imajinasiku memang kurang tinggi buat bisa nebak ini lagi ngomongin kutu XD mantap lah, gak akan ada yang nyangka deh wkwk.. keep writing ya kak! 🙂

    Like

  8. myk says:

    kak nyun, vana again 🙂
    aku cuma bisa melongo pas baca akhirnya. yaampun, di awal aku udah mikir ini bencana apa ya, kan. bawa-bawa air bah gitu. aku yang udah bayangin air bah, terus korban yang berjatuhan, gimana situasinya setelah air bah surut apalagi ada jurang gitu, terus muncullah kata shampoo >,< atuhlah, kak nyun aku sukaaa hahaha

    keep writing kak, 🙂

    Like

    • Keii says:

      haihoooo Vanaaaa
      akuh juga suka sama kamu (lho)
      anyway makasih ya Vana menyempatkan diri mbaca mbaca fiksi aku hehehe laft ❤

      Like

  9. Vey Lynn says:

    Ya ampun, ternyata kutu? Kirain korban banjir beneran. Tapi agak aneh juga ketika air bah datang, terus surut lagi.
    Gak kepikiran sama akhirnya.
    Good job. Keep writing yaa. 😀

    Like

Leave a comment