[Special Event: The Inauguration] How a Love Plays

how-a-love-plays

very first fanfic by slmnabil

first published on 10/1/2015 as a freelancer

cr. poster here

slmnbll

|| Main Cast : Wendy [RED VELVET] and Park Chanyeol [EXO] ||

|| Support Cast : Song Jira [OC], Irene [RED VELVET], Sungjae [BTOB] (&more) ||

|| Length : Vignette || Genre : Romance- Comedy-School Life || Rating : T ||

.

Ada seorang gadis, Wendy namanya. Di sekolah ia menjadi juniorku, tapi di rumah Wendy adalah tetanggaku. Rumah kami berada dalam satu komplek, dan benar-benar bersebalahan. Bahkan aku bisa melihat gerak-gerik gadis itu dari jendela kamarku. Ya, kamar kami berseberangan.

Kami sering berpapasan di sekolah, apalagi di rumah. Namun Wendy tidak pernah mencari perhatianku secara berlebihan, tidak terang-terangan maksudnya. Satu yang kutahu, Wendy menyukaiku sejak lama.

Yang namanya perasaan memang tidak bisa dipaksakan. Sekalipun Wendy pernah mengungkapkan perasaannya secara tak langsung, tetap saja hatiku tidak untuknya saat itu. Kuakui aku memang tengah berkencan dengan seseorang saat itu. Kemudian seseorang yang lain, yang lain lagi, sampai yang terakhir kandas begitu saja.

Wendy sangat polos, terlihat bagaimana ia berbicara dan bersikap. Ia sangat ceria seolah mengambang di udara, bebas tanpa tekanan. Aku selalu ingin dekat dengannya sebagai kakak. Yang kutahu para gadis tak suka dengan yang seperti itu, jadi ya sudah aku diam saja.

Ada yang mengatakan bahwa jika kita memikirkan seseorang, biasanya orang itu akan muncul tiba-tiba. Dulu aku memang tak percaya, namun melihat Wendy berjalan ke arahku rasanya anggapan itu ada benarnya juga.

Sunbae..” sapanya ceria. Ia masih dalam balutan seragamnya yang tak lagi rapi.

Aku tersenyum. “Baru pulang?”

“Ya. Festival Paduan Suara sudah dekat, sama hal nya dengan ujian semester mendatang. Jadi kami harus berlatih ekstra, karena tak mungkin berlatih di minggu ujian bukan?”

“Kenapa tak mungkin? Lakukan saja,” sahutku ringan.

Wendy tersenyum tipis. “Benar, lakukan saja jika ingin melihat tinta merah di rapormu. Aku masuk dulu.”

Dan ia berlalu.

Walaupun tidak terlalu dekat, Wendy terkadang bertingkah seakan aku ini teman lamanya. Dulu saat masih menyukaiku, ia memang tak bisa berbincang santai denganku. Aku selalu menyadari setiap kali wajahnya merona dan tubuhnya gemetaran. Namun melihatnya tampak santai saja, sepertinya rasa sukanya sudah kadaluarsa.

Sebuah suara nyaring menyapaku –suara mirip bebek sebenarnya- tepat saat kubuka pintu kamar. Son Wendy, dia sudah mulai lagi? Padahal katanya ia baru saja selesai berlatih di sekolah.

Awalnya aku cuek saja, toh suaranya tidak hancur-hancur amat. Ia menyanyikan National Anthem yang saat mendengarnya seolah-olah aku sedang berada dalam event pembukaan baseball, yang biasanya memang dinyanyikan lagu ini.

Waktunya nada tinggi. Aku ragu suaranya mampu mencapainya sekalipun ia berteriak. Kupertajam pendengaranku, mengantisipasi lirik berikutnya dalam lagu.

“Aaaa~aak.” Benar saja.

Kuraih ponsel yang terletak di samping ranjang sambil melemparkan tubuhku ke peraduan. Rasa ingin mengerjainya muncul saat melihat kontak Wendy tertera disana. She’s so easy to tease.

# Suaramu fals

Aku terkekeh sendiri membayangkan akan seperti apa ekspresi wajahnya saat membaca pesan dariku.

# I’m good at lipsing man

# You’ll never win then.

# Let’s fight!

Tawaku pecah seketika. Melihatnya begitu santai padaku sekarang sepertinya Wendy sepenuhnya lepas dariku. Beberapa detik kemudian dia mulai bernyanyi lagi. Kuintip dari jendela kamarku Wendy benar-benar berambisi.

# Kau serius ingin menang ya? Sudahlah, nanti suaramu hilang sebelum bisa digunakan

Aku menunggu sampai tanda itu berubah hijau, ah dia membacanya. Tapi kemudian hanya segitu saja. Kutunggu beberapa menit pun tidak ada tanda tanda-tanda Wendy’s typing atau semacamnya.

# Kau harus membalasnya jika sudah membaca, tidak sopan sekali

Kali ini dia tak membuka pesannya sama sekali. Kulihat sekali lagi ke arah kamarnya, namun tirainya sudah ditutup. Suara menggelegarnya semakin nyaring.

Malam itu, kuhabiskan dengan nyanyian pengantar tidur Wendy yang sama sekali tidak bisa membuatku menutup mata.

.

Seharusnya sih aku berangkat menggunakan mobil hari ini. Kakekku dulu menghadiahkan mobil sport putih ini padaku di ulang tahun yang ke 17. Sialnya, bensinnya lupa kuiisi. Sudah lama sekali sejak terakhir kali naik kendaraan umum.

Sialnya lagi, alarm yang kupasang pagi ini pun tidak terdengar. Ada dua kemungkinan sebenarnya. Alarm nya lupa kuatur, ponselku memang mati, atau tidurku terlalu lelap berkat nyanyian Wendy semalam.

Ah, bicara tentang gadis itu. Dia sudah berangkat atau belum ya? Wendy baru pindah beberapa bulan kemari, jadi aku tak tahu betul kapan dan jam berapa ia berangkat ke sekolah. Tidak sepertiku yang jam nya terencana, aku sering melihat Wendy meninggalkan rumah di jam-jam yang berbeda. Dasar tidak disiplin.

Tali sepatuku sudah terikat sempurna. Segera kuraih ranselku dan meninggalkan rumah. Kulirik pagar rumah Wendy yang terlihat sudah terbuka. Berarti dia sudah berangkat.

Tak tahu kenapa, secara instingtif aku mulai mempercepat jalanku sedikit berlari. Penasaran saja ia sudah jauh atau memang baru berangkat. Sekarang pukul enam lewat dua puluh menit. Kalau dipikir-pikir sih terlalu pagi.

Namun dari kejauhan, mataku menangkap refleksi seorang gadis dengan rambut kucir kuda berjalan beberapa meter di depanku. Ia mengenakan coat tebal dengan scarf melingkari lehernya. Pink. Wendy identik dengan warna itu. Katanya sih ia dijuluki Aurora karena obsesinya pada warna yang satu itu.

Kuperlebar langkah kakiku. Bukan karena takut terlambat, aku ingin mengejarnya saja dan menanyakan kenapa ia tak membalas pesanku semalam.

“Selamat pagi pegulat!” sapaku begitu berhasil menyamai langkahnya.

Ia hanya diam dan menatap lurus kedepan setelah menoleh padaku sejenak. Eh? Ada apa dengannya?

“Katanya kau mau bertengkar? Ayo lakukan saja.”

Ssuuunnbaaee..” katanya dengan suara yang nyaris hilang.

“Suaramu benar-benar hilang? HAHA. Apa kubilang? Kau tidak mendengarkanku sih.”

Wendy mengeluarkan ponselnya, membuka pesanku kemarin malam kemudia mengetikkan sesuatu disana.

# Kalau mau bertengkar nanti saja, aku buru-buru

“Ini masih pagi buta. Kau mengejar apa sih sebenarnya? Kekasihmu ya?”

# Aku belum mengerjakan tugas hehe

Ia menambahkan V sign sembari tersenyum lebar saat aku menoleh ke arahnya. Tentu saja aku tidak bisa untuk tidak balas tersenyum. Tapi bukan karena itu, ada alasan lain. Aku meraih lengan kanannya yang bebas. Menarik jari telunjuknya lalu kuarahkan ke giginya yang masih berjajar disana.

“Ada bekas cabai.”

Aku segera lari sebelum Wendy selesai dengan ancang-ancang tendangan terbangnya. Masih menjaga jarak darinya, aku membalik badan ke belakang. Memberinya tanda agar berjalan lebih cepat. Aku ingin mengajaknya menaiki kereta bawah tanah bersama pagi ini.

Untungnya stasiun belum terlalu padat saat kami tiba. Hanya beberapa pekerja dan siswa sekolah. Keretanya datang 10 menit lagi, dan Wendy sepertinya tidak suka menunggu. Ia meniup poni rambutnya yang hampir menyentuh mata, kebosanan setengah mati.

“Sepertinya kau tidak suka sekali menunggu?”

# Aku pernah menunggu terlalu lama untuk SEORANG PRIA YANG MENYUKAI ORANG LAIN, jadi aku tidak suka

Ada sedikit signal dari kalimatnya. Aku tahu itu bukan sekedar ungkapan singkat, terlihat dari penggunaan huruf besar yang mencolok itu.

“Biar kutebak, pria itu tepat disampingmu sekarang bukan?”

Jarinya kembali menari di keyboard ponselnya. Untuk pertama kalinya melihat seseorang mengetik menjadi kegiatan yang menyenangkan.

# Biar kutebak, Sunbae menyukaiku bukan?

Syukurlah keretanya datang.

Matahari mulai berseri saat kami tiba di sekolah. Walaupun masih sepi namun terlihat sudah ada kehidupan di dalam sana, di balik ruang-ruang itu. Wendy masih nyaman berjalan beriringan denganku.

Rona pink di wajahnya mulai terlihat, mungkin karena ia mulai tersinari matahari. Tadi ia terlihat pucat dengan kulit putih langsatnya.

Sampai di persimpangan aku berhenti dan berhadapan dengannya. “Dulu aku sangat ingin berjalan denganmu seperti ini Sunbae,” katanya dengan suara seadanya. “Terima kasih..” Dan kemudian Wendy pergi.

Butuh beberapa detik untuk mencerna perkataan gadis itu. Aku semakin yakin, pria yang menyukai orang lain itu adalah aku. Seseorang yang membuatnya tidak lagi suka menunggu.

Tiba-tiba seseorang datang sembari menepuk punggungku. “Hei bung! Serius sekali pagi-pagi. Ayo cepat, aku ingin lihat pekerjaan rumahmu.”

“Aku tidak mau lagi meminjamkan tugasku. Kau mengubah jawabanku setelah menyalinnya kemarin!”

Aku mendahuluinya berjalan. Sialan memang.

“Irene!”

Mendengar nama itu entah kenapa selalu membuatku berbalik. “Ada apa dengannya?”

“Ia mulai merespon ketertarikanmu padanya. Ah dasar gadis ingusan, berani-beraninya junior berbuat seperti ini kepada seniornya.”

“Sekali lagi kau menyebutnya seperti itu, rahasiamu tentang Song Jira tak akan aman!”

Yook Sungjae bergegas menyamai langkahnya, menggamit lenganku dengan ekspresi seperti anak kucingnya –aku ingin muntah, sungguh.

Ia berdeham. “Tidak akan, tidak akan lagi.”

Sesuatu tiba-tiba melintas di benakku. “Hei kau serak ya?”

Alisnya berjungkit.

Ah ramai sekali. Jika bukan karena ‘para tampan’ ini, aku tidak akan menginjakkan kaki disini, ya kecuali tidak lagi terlalu padat. Kantinnya memang luas, namun manusia-manusianya pun luas juga-jika kalian pikir ini gurauan, maka jawabannya bukan.

Kalau saja tak kutangkap refleksi-nya, mungkin sudah sejak tadi kutinggal mereka kembali ke kelas. Gadis pink yang membuat mood-ku naik seketika.

Kyungsoo menyenggol bahuku. “Pantas saja kau bisa diam. Irene?”

Tiga ‘tampan’ lain di sampingku ikut histeris menimpali, apalagi Sungjae. “Siapa lagi kalau bukan dia? Irene kan sudah memberikan lampu hijau.”

Aku menyeringai. “Bukan itu,” sahutku kemudian menghilang diantara lautan ‘manusia luas’ ini.

Satu, berdiri tepat di belakangnya. Dua, mengambilkan sesuatu yang tidak dapat dijangkaunya. Tiga, si gadis pink akan berbalik. Empat, dia akan berbicara..tanpa suara.

“Sssuunbaeee..”

Si gadis pink lain ikut berbalik. “Park Chanyeol!”

Irene terkejut bukan main. Dan yang bisa kulakukan hanya tersenyum simpul ke arahnya. “Kupinjam Wendy ya.”

Kutarik lengannya, tapi kemudian ia menghempaskannya. Wendy mengeluarkan ponselnya, dan jemari lentik itu kembali menari di papan ketik, menciptakan desir-desir aneh terhadapku, entah sejak kapan.

# Bisa lihat aku sedang bersama siapa?

Kulirik Irene, mengikuti arah pandang matanya. Ekspresinya tak terlalu bagus, dan pasti ada sesuatu yang tidak bagus terjadi.

# Kutemui kau di rumah kalau begitu. Pergi ke balkon pukul 7 tepat, mengerti?

Kuambil langkah berbalik dan kembali sebelum Wendy menganggukan atau menggelengkan kepalanya. Irene sungguh menyeramkan! Jadi kulakukan upaya penyelamatan diri.

“Kenapa kau jadi menghampiri Wendy?” Yongguk si gangster menuntut. Dan lagi-lagi mereka histeris.

“Aku perlu melakukan operasi penyelamatan.”

Sudah siap, sebuah botol plastik berwarna kuning cerah keputihan karena cairan yang baru saja kumasukkan. Walaupun tak yakin Wendy akan meminumnya atau tidak, tak ada salahnya dicoba. Toh, aku melakukan ini untuk kepentingannya juga,

Seharusnya Wendy sudah berdiri di depan balkonnya, menungguku untuk keluar walaupun yang memintanya duluan bukan dirinya. Tapi terlalu gengsi untuk muncul lebih awal, kesannya jadi aku yang butuh sekali.

Jadi kuputuskan untuk menunggu lebih lama. Botolnya kugenggam kuat di telapak tanganku, sembari duduk bersandar menghadap balkon kamar si Aurora. Tak ada tanda-tanda kemunculan sejauh ini.

Malah kulihat lampu-lampu kamarnya mulai dipadamkan, tirainya saja belum dibuka sejak pagi tadi. Kuraih ponselku hendak menghubunginya, kalau-kalau ia lupa. Namun beberapa detik kemudian kulempar kembali. Begitu seterusnya, ambil-lempar, sampai akhirnya kubiarkan saja.

Aku merebahkan tubuhku di ranjang. Malam ini sangat sepi. Tak ada lagu penghantar tidur lagi. Walaupun seperti suara bebek, ada pengaruhnya juga ternyata.

(finally) END (juga)

  • pertama kali dihalalkan untuk khalayak ramai pada 10 Januari 2015 sebagai penulis bebas disalah satu blog. Sebenernya ini mau dibuat series tapi gapernah dilanjut, so kuanggap ini bacaan sekali habis
  • dulu masih buta banget sama wp 😦 
  • untuk para pembaca, izinkan nabil menggunakan kesempatan ini untuk meminta maaf atas bacaan tidak mutu begini dan mari doakan supaya para penulis ws utamanya our beloved Q mendapat syafaat di hari nanti
  • DIH! SUNBAE MBAHMU BIL!
  • INI PENULISANNYA BANYAK BANGET YANG LOST YA ALLAH 😦

18 thoughts on “[Special Event: The Inauguration] How a Love Plays

  1. cherryelf says:

    Wah, debut nabil baru satu tahun lebih ya. masih seger donk. :)))
    dan ini udah cakep, kok. salut sama sikap wendy yg ga mau nemuin chanyeol di akhir. dikiran gmpangan. ya, jadi cewek emang kudu githu. harga diri tinggi wkwkwk (ga)

    soal cairan kuning keputihan itu obat batuk ya? tp kok ada kata2 ‘baru saja kumasukkan’? apa itu minuman (kuning cerah) yg dicampur obat batuk (keputihan) o_O maafkan, ini aku gagal paham nabil, mungkn lelah xD

    Liked by 1 person

    • slmnabil says:

      Kak Cherry, iyaaa nabil masih rookie wahahaha :’) cakep apanya Ya Allah 😦 plotnya amburadul begini maygaad 😦

      bukan ka cherry yang lelah, emang dasar ff nya aja nonsense sekali 😦

      Liked by 1 person

  2. ZulfArts says:

    HAHAHAHAHA

    Kok saya ga pernah baca ini ya? Padahal ada Song Jiranya *emot banting meja*

    Walaupun (menurut saya) asa aclog aclogan(?), tapi seginimah tulisannya udah rapi kali bil TvT daripada ff pertama (bukan ff debut wkwk) saya yang… pfft

    Tadinya saya mau ketawa abis abisan, kirain nista banget gitu. Halah, apaan. Cuma sunbae sunbaean ternyata XD kurang nyess bil, gaada jeongmal saranghaeyo oppa *emot banting meja* XD

    Eh kirain saya first ffnya yang judulnya 1004(?) atau apa ya? Pokoknya judulnya angka. Dulu pernah ngasih ke saya da, inget w wkwk. Castnya juga mas canyol. Kirain yang itu, bukan ya wkwk

    Wah daebak thor, next tag me ya thor, hwaiting!^^

    Mau dibantu reblog gak? XD

    Liked by 1 person

    • slmnabil says:

      DAT EMOT BANTING MEJA WOOHOO, KALAU ADA JUGA GUA UDAH BANTING BERAPA KALI MEREN.

      Iya, lu jelas jelas ada lu nya koq gabaca sih otoke. Yang angka angka itu Alhamdulillahnya dipost dua hari setelah ini sooooo aqu selamat :’) yang itu mah….. nista banget. ada oppa, eomma, waaaaah reuni lah

      GAUSAH DI REBLOG TRIMS

      Liked by 1 person

  3. dhila_アダチ says:

    Nabiil, aku mampiiiiir!
    Ini bahasa yang dipake udah aktual lah *?*, kekinian. Huhuhu, takjub aku. Mana eyd-nya rapi, huhu. Tapi pas ada sunbae aku lgsg jadi senyum lebar gitu 😀 ternyata nabil di tahun 2015 masih sempat mencicipi kejahiliyahan ff dahulu walau hanya satu kata XD

    Cerita debut mah gak bisa aku kritik, wong debut juga, toh sekarang udah ketje huhu aku mah apa atuh.. XD Plot pas dia di sekolah agak kecepetan sih tiba2 aja si pcy udah di balkon rumah aja.. nyahaha. Tapi itu diaa, mari kita fokus ke mas depan eaaaaa…

    Good luck ya Nabil buat tulisan2 selanjutnyaa 😀 selamat atas re-debut-nya 😀

    Liked by 1 person

  4. jungsangneul says:

    NABILKUUUUUH MA DONGSAENG XD Haha untung cuma ada dongsaeng bil jadi ga malu-maluin amat gakaya punyaku ;-;

    Tapi alurnya ora karuan aku sampe pusing ini yg ngomong siapa itu siapa. Huhu syedih. Tapi sekarang tulisannya nabil udah okeee punya dongs! Wehe semangat terus ya billl love ya :******

    Liked by 1 person

  5. lianadewintasari says:

    nabillll kamu imut sekali baru tahun 2015 debutnyaaaa. maka aku kaget kok lihat ff debut castnya red velvet? hahaha
    tulisannya lebih imut lagi dan otpku pulak aku kan lemah
    walau ya di beberapa tempat kedengerannya masih agak aneh tapi ini ruapiii untuk ukuran debut. endingnya gantung tapi need a sequel thor hwaiting!
    *no
    tapi ttp, keep writing ya!

    Liked by 1 person

    • slmnabil says:

      Kak liaaaanaa haeee ❤ iyaaa nabil masih oenyoek sih wkwk. Ini maaah bukan bikin bingung lagi kak liii, parah aslik :(( plotnya emang ga karuan sih 😦 sedih ya 😦

      Like

  6. Ms. Pang says:

    HAE NABIIIIIIIIIIIIIIIIIIL HUAHAHAHAHAHAAHAHA FIRSTLY FIRST SELAMAT RE-DEBUT YAAAA YAHOOOW!!!

    Pertamanya aku mau misuh nih abis punya nabil kece anedh rapi tida ada cela kemudian
    .
    .
    .
    “Sunbae..”

    sonbe datang dan mengubah duniaku dan aku bisa lega tertawa sambil memejet kepslok diatassssssssssssssssssssssssssssssssssssh~

    Liked by 1 person

    • slmnabil says:

      KAKPAAAAANG NABIL SAJA YANG MISUHNYA HUHU 😦 tanpa cela apanya ya Allah kakpang ihhh, tidak-oke-sekali-plotnyah-ini-otokeyo

      tentu saja, DAT SUNBAE THING HUHU 😦

      Liked by 1 person

  7. aurora says:

    kak nabillll, ini dipostnya di rvfi kan ya? soale aku pernah baca WKWKWKWK taunya punya kak nabil toh. ini buat debut oke banget yoksi slmnabil mah kece always. keep writing sunbae daebak saranghaeyo! ❤ ❤

    Liked by 2 people

  8. fikeey says:

    NABIL WHY ARE YOU SO COBONYI DEBUTNYA BARU TAHUN 2015 :”)) tapi sama kayak kakpang awalnya mah masih kalem akunya pas baca, eh terus… ketemu sunbae. TERUS AKU NGAKAK xD fix fanfic debut nggak akan afdol kalo nggak ada istilah koriya hahaha xD congrats on your redebut yaaa nabiiil 😀

    Liked by 1 person

    • slmnabil says:

      HEHE MASIH IMUT-IMUT YHA xd sebenernya mah nabil nulisnya dari 2013 cuma alhamdulillahnya belum berani dipublikasikan huhu #yeay kalau aja sampe itu dipublish ya Allah 😦

      iyaaa emang itu sunbae ya ampuuuun tak bisa disensor kusedih :(((

      Like

  9. O Ranges says:

    YEOKSHI NABIL TITAN UDA PENGEN TAU AJA NASKAH DEBUT NABIL KAYA APA DAN EDUN, TITAN MULAI NGUQUQ PAS BACA “Sunbae..” titan terlena oleh awal yang adem ayem. maafkan titaan :”D

    cobonyi banget sik nabil ternyata debut tahun 2015. dan ini telat banget, tapi selamat ya udah sukses melewati masa-masa ospek ayy 😀

    Like

Leave a reply to lianadewintasari Cancel reply