Hai, Huan, dan Bayam

sayur-bayam-image

.

An original fiction by namtaegenic

© 2015 namtaegenic

picture credit: as watermarked

.

Kamu bisa oper bayamnya padaku

.

“Adalah suatu kebetulan kalau aku mengantre tepat di belakangmu,” Hai menegaskan situasinya sebelum Huan sempat membuka mulut—kalau-kalau ia memang ingin repot-repot. Si gadis hanya mengangguk ke arah Hai, lalu berpaling. Nampan kosongnya yang minta segera diisi masih jauh kelihatan lebih menarik ketimbang wajah Hai.

“Omong-omong, menu makan siang hari ini apa?” Hai kembali bicara. Huan mencoba berjinjit—lebih karena pertanyaan Hai menggelitik kuriositasnya.

“Tidak tahu, tidak kelihatan dari sini,” jawab Huan akhirnya.

“Kamu kan, bisa lihat nampan anak-anak yang sudah dapat meja!”

“Ya sudah, kamu lihat saja sendiri,”

Hai berdecak tak percaya. Tapi mulutnya lebih memilih mengomentari menu makan siang dari pada bersitegang dengan Huan.

“Yah…” keluhnya. “Kapan sih, sekolah ini tidak menyediakan bayam barang satu minggu saja?”

Membelakangi Hai, Huan memutar bola matanya. Kenapa anak laki-laki ini terus-terusan menganggap bahwa Huan membutuhkan suatu konversasi di antrean ini? Kenapa ia tidak bergabung saja dengan teman-temannya yang—ternyata—sudah berada di meja pojok, lengkap dengan makan siang mereka. Gerombolan anak laki-laki di sana tampak berbisik-bisik sambil menatap mereka berdua, tanpa ragu-ragu lagi. Ah, terkadang anak laki-laki sama saja seperti anak perempuan.

“Kamu bisa oper bayamnya padaku,” tiba-tiba Huan menoleh sedikit ke belakang dan memberikan penawaran. Hai membelalak, tidak menyangka bahwa gadis ini bersedia memakan—aduh, aduh—bayam hingga dua porsi.

“Teman-temanku suka bayam juga. Nanti kubagi-bagikan pada mereka.”

“Kamu yakin?”

Huan membalas pertanyaan Hai dengan anggukan. Anak laki-laki itu lantas tersenyum sendiri di balik punggung Huan. Imajinasi langsung membawanya ke dalam skenario di mana ia dan Huan sedang berada pada meja yang sama di kantin, lalu Hai menjepit helai demi helai sayuran dari mangkuknya ke mangkuk si gadis. Lalu mereka tertawa bersama, makan bersama, dan—

“Harap diingat saja,” ucapan Huan membuyarkan lamunan Hai. “Aku juga tidak suka bayam. Artinya, kamu berhutang padaku.”

Kening Hai berkerut. “Hah?”

Seulas senyuman asimetris menghiasi wajah Huan.

“Kapan-kapan akan kutagih balas budimu,”

Hai berdecak dan memandang Huan tak percaya. Ah, dasar pendendam! Huan pasti masih marah padanya soal waktu itu, di mana ia dan teman-temannya menertawakan nama Huan. Iya, pasti karena itu. Pasti!

Mereka berdua sudah sampai di etalase makan siang yang dijaga oleh Bu Tsai. Dengan tangkas Huan memindahkan semangkuk bayam, semangkuk semur daging sapi, sebotol air mineral, dan sekotak susu coklat. Sementara otak Hai berpacu dengan waktu, memikirkan setiap kemungkinan yang ada jika ia menyerahkan bayamnya pada Huan. Gadis itu bisa saja meminta yang tidak-tidak, seperti meminta Hai untuk merangkak dari gerbang sekolah ke kelasnya—tidak, tidak mungkin, terlalu banyak saksi mata.

Tapi gadis itu bisa saja menyuruhnya melakukan tindakan kriminal, seperti mencuri soal ujian dengan embel-embel, ‘ingat bahwa aku aku sudah menyelamatkanmu dari keharusan memakan bayam’.

Tangan Hai meraih mangkuk bayam dan meletakkannya ke nampannya. Keluar dari antrean, ia dan Huan bersitatap. Gadis itu mengangkat alisnya.

Bayam, hutang budi, bayam, hutang budi, bayam, tindakan kriminal, penjara remaja…

“Jadi, mau oper bayamnya?”

Ayo, Hai, putuskan sesuatu!

.

| fin.

17 thoughts on “Hai, Huan, dan Bayam

  1. Authumnder says:

    “Bayam, hutang budi, bayam, hutang budi, bayam, tindakan kriminal, penjara remaja…”
    HAHAHA Hai mikir banget sampe segitu xD btw aku suka banget sama bahasanya huhu kayak abg banget mana adegannya simpel tapi manis gtgt huh aku bingung mau komen apa lagi pokoknya keep writing Kak Eci! xD

    Like

  2. AD says:

    selalu ya cerita yang ditulis kaeci itu gemesin kayak fur-ball xx bawaannya pengen unyel-unyel banget deh ah syuka ❤

    Like

  3. fikeey says:

    kaeciiiiii aduh itu kalimat akhir-akhir yang bayam, hutang budi, bayam, terus akhir-akhirnya penjara remaja sumpah itu koplak banget xD waduh bener nih kaeci master of chinese culture wahaha. aku kerasa banget setting sekolahannya terus mereka lagi ngantre gituu, terus sama gerombolan anak-anak yg kepo ama mereka aduuuh.
    oiya kak, tadi ada kata “aku”-nya dua kali hoho. lainnya… aduh fluff sekali aku sukaaa<3

    Like

    • namtaegenic says:

      ahahaduh fika jeli banget ya padahal ini cerita udah kubaca berulang-ulang tapi masih aja ada yang nyelip ehe. makasih banyak koreksinya, fika ^^

      Like

  4. Fantasy Giver says:

    sebentaaar aku mau ketawa dulu gegara komennya kak put sama kak fika yang bilang kak eci tuh master of chinese culture xD tapi… rasa-rasanya bener. masa terasa banget kalau mereka itu memang chinese teenagers dengan kebiasaan di sana. tapi hmmm, manis sekali deh ❤

    aku bayangin si hai ini cerewet-cerewet macam baekhyun gitu, masa, hehe. dan huan cewek tomboy yang usil gitu. aaaah, gemazzzz!

    Like

    • namtaegenic says:

      evin! ^^
      ohahaha aku bukan master kok aku cuma put some interest aja ehehehehe makasih evin udah mampir ^^

      Like

  5. Ms. Pang says:

    Aku mau ketawa dulu gegara komennya kak put sama kak fika yang bilang kak eci tuh master of chinese culture (2)
    .
    KAECIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII AKU BACA TIGA FIC KAECI LANGSUNG HARI INI JUGA DAN AKU AKU AKU AKU AKU NGGA BOSEN! KENAPA SERU SELALU KENAPA UNIK KENAPA SIMPLE BUT SPECIAL KENAPA KAECI KENAPAAAAAAA???

    (((excuse my CAPS)))

    aslik ini perkara bayam bisa bikin baper nanti aku dicap jadi mahasiswa cap bayam gimanaaa

    dan aku gatahan mau bilang punchline pas ini tuh:
    “Bayam, hutang budi, bayam, hutang budi, bayam, tindakan kriminal, penjara remaja…” ngena banget sengena-ngenanya, biar juga abis ini aku dibilang kebanyakan nonton stendapkomedi biar sudah, tapi feelsnya feels punchline yang bener-bener ngakak di situ sambil mau nyorakin MAMPUS GIMANA KALO TAR BENERAN MASUK PENJARA PERKARA BAYAM DI MASA LALU HAYOLOH!

    Dan terima kasih sangat kepada Kaeci karena dari fic ini, aku mendapatkan pelajaran moral yang berharga. Yaitu: pertimbangkanlah matang-matang soal transfer makanan, karena benar cara pikir Hai, bisa aja suatu saat kamu diminta jadi kriminal gegara satu makanan yang ngga kamu suka.
    Ok. Mulai saat ini aku ngga bakal mindahin daun bawang/bawang goreng/taoge-ku ke papaku/teman sebangkuku/siapapun. Ngga akan. Nggak. (maaf jadi obral aib begini)

    Tbh, ini pertama kalinya, aku baca fic yang bertemakan etnis tionghoa, dikasi tiga, dan aku mau nambaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh ❤

    Like

  6. Ami says:

    Halo Kak Eci, aku suka ffnya, tapi bingung menjelaskannya secara detail. Asli, imajinasinya Hai itu liar sekali, dari bayam sampai ke penjara remaja segala. Kalau dibayangkan, pasti wajahnya lucu banget >.<

    Like

  7. Cheery says:

    Halo Kak Eci, ceritanya lucu bangeeet manis-manis khas anak sekolahan apalagi yang Hai sampe mikir tindakan kriminal dan penjara remaja hanya karena seonggok bayam/?

    Like

  8. aloneyworld says:

    Wahahahaha penjara remaja, overthink banget si Hai, si Huan juga aneh-aneh aja XD mereka cocok kayaknya kalo jadi couple :3 temen-temennya Hai beneran cowo penggosip yak hahaha aku kira si Huan bakal jutek ternyata ngga XD sukaaa ❤

    Like

  9. Fafa Sasazaki says:

    holla,, sebenarnya aq bukan pembaca baru di sini sih. tapi lebih seringnya jadi sider karena aq selalu spechless sama tulisan2 di sini yang mana aq tdk tau mau nulis komen apa.
    (serius lho itu).

    well,, entah napa ini aq lg pengen nulis komen. hahay.
    sisus! aq suka sama karakter hai,, dy cerewet bgt. pengen deh aq sumpal mulutnya sama seikat bayam biar diem. *yang ada mencak2 kali dianya*
    aq bisa sih bayangin sosok hai itu kaya gmn, krn emang ya org chinese itu ‘nritik’,, sama kaya bos di kerjaanku yg org china. trs aq sndri toko tmptku krja jg daerah pecinan, jd tiap hr tu ya ketemunya org2 sipit. mana pusing lagi kalo nyium bau dupa. /lhah kok malah curhat/
    well, intinya ini keren.

    oh ya, salam kenal. Fauzia, dr garis 92 *saya kembaran chanyeol yg hilang *. just call me Fafa.

    Like

    • namtaegenic says:

      halo, fafa! saya eci, dari garis 89, salam kenal! sebetulnya aku emang tertarik banget sama kultur chinese, makanya kalo nulis yang beraroma kultur tersebut, ya jadinya menikmati banget, hehehe. makasih ya sudah mampir kemari ^^

      Liked by 1 person

Leave a reply to Cheery Cancel reply