Tante Rambut Palsu

by qL^^

Bagi Liz, Miss Sugarcoat adalah pahlawannya

“MARY ELIZABETH! BERAPA KALI SUDAH MOM KATAKAN JANGAN SUKA KELUYURAN, HAH?!”

Suara melengking Mom menyambut Lizzy di pintu depan. Liz meringis, melangkah takut-takut mendekati Mom yang menatapnya galak dengan dua tangan bertumpu di pinggang. Di belakangnya, Tim dan Ed sudah berlari terbirit-birit pulang ke rumah mereka masing-masing sebelum ikut disemprot oleh Mom.

Mom ….” Liz merengek, menggunakan taktik memelas untuk meredakan amarahnya.

“Dari mana saja kau seharian ini, Lizzy?” Mom bertanya dengan nada yang lebih lembut tapi sekaligus lebih mengancam.

“Tim, Ed dan aku bermain di taman seharian ini,” jawabnya kemudian menunduk.

Mom menggelengkan kepala tak percaya. “Mom tahu kau menunduk seperti itu setiap kali berbohong, Liz. Kau pasti bermain di petak rumput Mr. Moore lagi. Astaga, Liz! Kau tahu ‘kan itu tempat yang sepi? Bukankah sudah Mom bilang jangan keluyuran sepulang sekolah bersama Tim dan Ed?” Dia menghela napas. “Mom sudah memberitahumu kalau sekarang sedang rawan penculikan dan penjualan anak. Bagaimana kalau kau hilang atau diculik?”

Ah, Liz tahu Mom pernah memberitahunya. Apa itu istilahnya … traff-traffic sesuatu yang tidak bisa diingat Liz dengan jelas. Dia hanya mengangguk pura-pura memahami Mom meskipun dia menganggap Mom terlalu berlebihan.

Liz sudah berusia sembilan tahun dan sejak masuk taman kanak-kanak dia senang berpetualang. Tim dan Ed adalah teman baiknya. Meskipun dia perempuan, dia biasa memerintah Tim dan Ed dan mereka menurutinya. Jadi menurut Liz, Mom tidak perlu khawatir. Liz bisa menjaga diri.

Mom menggelengkan kepala perlahan. “Baiklah, jangan diulangi lagi, Dear Lizzy.” Ibunya menepuk kepala Liz. “Aduh, kau ini membuat Mom harus marah-marah di depan Miss Sugarcoat,” tambahnya kemudian melambai pada sosok wanita muda di balik pagar tanaman samping rumah mereka yang baru pertama kali dilihat Liz.

“Siapa dia?”

“Miss Sugarcoat, tetangga baru kita,” Mom menjawab sambil tersenyum pada wanita itu. “Ayo, sapa dia, Gadis Manis.”

Liz masih bengong ketika dia melambaikan tangan pada Miss Sugarcoat setelah didorong oleh Mom. Ada sesuatu yang menarik dari Miss Sugarcoat.

Dia memakai rambut palsu.

***

Tetangga yang baik adalah tetangga yang tidak ikut campur urusan tetangganya. Itu yang dikatakan Mom pada Liz, sehingga meskipun Liz penasaran setengah mati, dia tidak bertanya alasan mengapa Miss Sugarcoat harus memakai rambut palsu setiap waktu.

Liz, Tim dan Ed sekarang sering bermain di rumah Miss Sugarcoat. Wanita muda itu tinggal sendiri dan Liz tidak tahu berapa usianya atau mengapa dia tinggal sendiri di rumah itu (kembali lagi pada ajaran Mom sebelumnya, dia tidak boleh ikut campur). Miss Sugarcoat adalah wanita yang cantik, anggun dan senang berbagi kukis-kukis yang dipanggangnya pada trio kecil itu sambil mendengarkan petualangan mereka menjelajah lingkungan tempat tinggal.

Miss Sugarcoat punya banyak foto dirinya dengan latar berbagai tempat di dunia. Foto-foto itu terpajang di dinding dan nakas ruang tengah. Dia menjelaskan bahwa pekerjaannya adalah reporter lepasan sehingga dia biasa berpergian ke berbagai negara yang membuat Liz, Tim dan Ed berseru ooh dan aah penuh kekaguman. Liz menyadari bahwa rambut palsu yang digunakan Miss Sugarcoat dalam fotonya selalu berbeda dan senada dengan pakaiannya. Ah, Liz jadi teringat Tante Rambut Palsu-nya Dulce Maria.

Pokoknya Miss Sugarcoat segera menjadi tetangga favorit Liz, Tim dan Ed.

Sore itu Liz, Tim dan Ed sudah berjanji akan mampir ke rumah Miss Sugarcoat, tapi mereka terlalu asik bermain di petak rumput belakang rumah Mr. Moore. Ada kumbang bintik kuning yang berhasil mereka tangkap dan sekarang mereka memperebutkan siapa yang akan membawa pulang kumbang itu. Liz baru saja memutuskan secara sepihak bahwa karena dia satu-satunya perempuan di antara mereka maka dia yang paling berhak membawa pulang si kumbang ketika ada sekelompok remaja yang mendekati mereka.

Liz tidak mengenali tiga remaja laki-laki itu. Mereka berusia paling tidak seumuran kakak perempuan Tim di sekolah menengah. Mereka membawa kantong permen dan melambai pada ketiga anak itu. Ada banyak tato aneh di lengan mereka. Ekspresi mereka terlihat mencurigakan bagi Liz, seperti keramahan yang dibuat-buat.

“Hei, kalian mau cicip permen kami?” Salah satu dari mereka yang berambut pirang menyodorkan kantong permen.

“Tenang saja, ini gratis.”

Liz, Tim dan Ed saling berpandangan. Liz tahu teman-temannya jelas sangat ingin mencicipi permen itu tapi mereka sudah sering diperingatkan untuk tidak menerima apa pun dari orang asing. Jadi Liz menjawab dengan berani, “tidak, terima kasih. Kami akan pulang untuk makan kukis jadi kami tidak mau permen.”

Para remaja itu tertawa.

“Oh ayolah, ini enak, kok, dan cuma sedikit. Aku yakin kalian masih akan punya cukup tempat di perut kalian untuk kukis-kukis nanti,” sahut remaja berambut cokelat madu.

“Tidak,” tolak Liz menggeleng. “Kami akan pulang sekarang.”

“Ya benar, kami akan pulang,” Tim menyetujui, sekarang berdiri merapat di belakang Liz.

“Yeah, lagipula sebentar lagi hujan,” Ed menambahkan dan benar saja. Meskipun hari masih sore, namun awan mendung telah membuat langit menggelap dan terlihat seperti sudah petang.

Tiba-tiba ekspresi tiga remaja itu tidak lagi pura-pura ramah.

Si Pirang menarik Ed kasar. “Kubilang satu sa—”

“Hentikan!”

Mereka semua menoleh dan menemukan Miss Sugarcoat entah bagaimana telah tiba di petak rumput itu juga. Dia tidak terlihat ramah dan baik hati seperti biasanya, namun terlihat penuh amarah dan siap meledak seperti Mom saat Liz menolak menyikat gigi sebelum tidur.

Si Pirang dan teman-temannya kaget, kemudian melepaskan Ed. Tanpa berpikir panjang, Liz menarik tangan kedua temannya dan berlari ke arah Miss Sugarcoat. Wanita itu menyambut dan memeluk mereka dalam sikap melindungi. Sejak tadi sebenarnya Liz hanya pura-pura berani dan dia merasa sangat lega ketika melihat Miss Sugarcoat ada di sana.

“Ah, wanita itu merusak rencana kita,” Si Pirang berkata kasar.

“Bawa saja dia sekalian,” Si Rambut Coklat menambahi.

Temannya mengangguk dan kemudian ketiga remaja itu melangkah dengan mengancam ke arah mereka.

Liz sudah akan menyarankan pada Miss Sugarcoat agar mereka lari saja dari sana sambil berteriak minta tolong, namun tiba-tiba Miss Sugarcoat berkata, “Liz, Tim dan Ed, tutup mata kalian rapat-rapat, ya.”

Anak-anak itu melakukan apa yang diminta Miss Sugarcoat karena mereka terlalu takut lalu mendadak susana menjadi hening. Liz tidak bisa mendengar langkah kaki para remaja itu lagi. Kemudian ia merasakan Miss Sugarcoat menggiring mereka pergi masih dalam keadaan menutup mata rapat-rapat.

“Jangan buka mata kalian sampai kita tiba di rumah,” suara Miss Sugarcoat terdengar selembut beludru dan Liz merasa seolah dia tidak bisa menolak perintah Miss Sugarcoat.

Meskipun demikian, Liz merasakan gelitik rasa penasaran.

Diam-diam dalam giringan Miss Sugarcoat menuju rumah, dia melawan keinginan mematuhi perintah Miss Sugarcoat. Sebentar saja. Hanya satu kedipan saja. Aku cuma mau mengintip. Lalu dia membuka sebelah mata perlahan. Apa yang dilihatnya membuat Liz keheranan.

Tiga remaja itu sudah pergi. Sebagai gantinya ada tiga patung batu muncul entah darimana. Rupa mereka dilihat sekilas mirip dengan tiga remaja tadi.

Liz bersorak dalam hati, Miss Sugarcoat adalah pahlawan baginya.

©2016 qL^^

Notes :

  1. Hai ini Kiki (lambai!) Di FF debut sebagai kontri sebelumnya belum memperkenalkan diri, jadi kenalan lagi yaa? hehe
  2. Dan siapa bisa tebak itu Miss Sugarcoat kenapaaa?

 

6 thoughts on “Tante Rambut Palsu

    • futureasy says:

      tergelitik buat baca ulang dan tergelitik untuk komen lagi karena baru sadar kemaren aku belom ngomong siapanya HAHAHAHA si tante tuh Aunty Em (M) bukan sih kaaakkk???? aku mikirnya kok dia ya dari kemariiin hehehehew

      Like

  1. qL^^ says:

    Sebelumnya aku ngucapin makasih buat kak put udah merhatiin detil sampai ke titik dan koma. Aku mengajukan pembelaan diri dulu yaa:
    1. Sejujurnya pas ngedraft aku sama sekali ga nge-italic semua kata Mom kak, so Idk why kenapa jadi italic semua, karena memang setauku sapaan Mom ga perlu di-italic.
    2. Soal titik, koma dll, akan aku koreksi lagi yaa.
    3, Tadinya kupikir karena aku menulis dalam sudut pandang Liz, jadi it’s okay kalau banyak disebut namanya karena kupikir anak-anak cenderung menyebut diri mereka dalam orang ketiga, tapi ternyata….. (nangis di pojokan).
    4. Serius lho, soal terbiri-birit dan lari itu aku baru tahu dan kalimat-kalimat tidak efektif lainnya adalah kesilapanku dalam mengedit (mana ini ga bisa diedit huhuhu).

    Sekali lagi, makasih kak put reviewnya. Aku belajar banyak deh, ciyuuus ❤
    I'll do my best next time #angkattinju #kaburdulumaubertapa

    Like

Leave a comment