Prussian Blue [04]

Prussian Blue © fikeey & Fantasy Giver

Warning:
Language using and triggering materials. Read it wisely.

I’m sorry even if I try to hide it, or conceal it, it can’t be erased.

Cheese crackers dan soda lemon?” Taehyung terkekeh ringan, namun yang ini terdengar lebih pelan dari tawanya yang normal. “Kau tidak mengundangku datang untuk mendiskusikan hasil pertandingan baseball, ‘kan, Jungkook?”

Jungkook memundurkan tubuh, lantas menyesap sodanya sekali. “How I wish we are,” ujarnya terlampau halus dan atensinya tak bisa berpaling dari pergelangan tangan Taehyung yang kini tertutup lengan kemeja abu-abu kebesaran. “But you can imagine we’re talking about those shitty games we used to love just like the old times. Lightly. Santai saja, Taehyung.”

Sang lawan bicara mengangguk diikuti senyum kecil. “Thank you,” tuturnya tulus dan ia meletakkan kedua tangannya di atas meja. “Apa yang ingin kau ketahui, kalau begitu? Aku tak yakin bisa banyak membantu—pengetahuanku tentang Madam agak terbatas, you see—tapi aku akan berusaha menjawab sebisaku.”

Sang detektif junior melarikan pandangannya pada berkas kasus serta daftar pertanyaan yang telah disusun Jimin. Kebanyakan poinnya lebih berfokus pada hubungan mereka; seberapa sering Taehyung berinteraksi dengan Madam, seberapa jauh kedekatan keduanya, apa yang menjadi kebiasaan mereka ketika berjumpa, dan o, ini satu-satunya yang bagus: seberapa jauh kekerasan yang dilakukan sang Nyonya Besar pada Taehyung.

Lelaki itu dapat membayangkan kalau Jimin yang mengambil alih wawancara; lantas berselebrasi akan keputusannya. Ya, benar, semua pertanyaan bisa terjawab, akan tetapi rasa penasaran Jungkook belum tentu. Dengan kesal, Jungkook meremas kertasnya membuat Taehyung menelengkan kepala bertanya-tanya. Kali ini, si detektif junior lagi-lagi mengambil jalan berbeda dari jalur yang telah dibuatkan ketuanya.

Ada sehela napas yang berembus kala Jungkook menekan rasa sesal, amarah serta tidak enaknya sebelum ia bertanya, “How have you been?

What—Jungkook, isn’t the question too general?” Tawa Taehyung kembali berdering, namun pria itu berhenti ketika melihat sang detektif tidak menganggap pertanyaannya sebagai sesuatu yang patut diselorohkan. “I’m fine now, really.

Dan Jungkook menggeleng. “Bukan sekarang.” Ia berkata dengan nada pelan. “Dulu, kemarin, bulan-bulan yang lalu selama Madam masih hidup. What did she do to you? You know exactly what I mean, Tae.”

Sontak, sepasang moka Taehyung membelalak. Awalnya Jungkook sempat mengira Taehyung akan berbohong; menyembunyikan fakta kekerasan yang dilakukan dengan alibi kami hanya saling mendiamkan, akan tetapi ketika pria itu menundukkan kepalanya diiringi dehaman gemetar, Jungkook tahu ia telah berhasil menarik tuas kejujuran.

Selama beberapa saat, hanya geming yang meregang di udara. Sang detektif junior membiarkan Taehyung mengais memorinya satu per satu dalam diam; memberinya waktu untuk mengumpulkan keberanian serta menenangkan diri. Mengobral seluruh hal yang selama ini dirahasiakan sang pewaris Kim kedua tidaklah mudah, Jungkook paham.

Kemudian, Taehyung mengangkat kepala. Senyumnya masih menempel, tetapi kali ini bermakna pahit.

So, you finally know?

Thanks to my jobyeah, I know.

I’m sorry.

Muncul sebuah dorongan luar biasa dalam diri Jungkook untuk menembak kepalanya sendiri.

Taehyung meminta maaf? Kenapa? Apa yang harus dimaafkan jika Jungkook-lah manusia paling tolol yang tidak pernah mengerti kesulitan karibnya sendiri? Kesalahan macam apa yang bisa Taehyung lakukan jika Jungkook yang selama ini tidak peka dan kelewat buta? Saat dirinya tidak mengenal Kim Taehyung—yang disebutnya sahabat—sama sekali?

Dan sungguh lelaki itu ingin sekali mengeluarkan segala hal yang mengganggu dalam kepalanya; betapa rahasia Taehyung membuatnya begitu bersalah, marah, dan malu. Bahwa yang seharusnya menelurkan penyesalan adalah bibirnya. Keinginannya memutar balik waktu. Dan Jungkook belum pantas menyandang gelar teman.

Akan tetapi, lelaki itu wajib cakap menahan diri. Tidak, bukan di sini tempatnya jika ia ingin memuntahkan semua; berteriak pada siapa pun atau menendang objek malang yang kebetulan ada di depannya. Tidak. Di ruangan ini, ia harus mengubah segala perasaannya menjadi sesuatu yang rasional serta lebih mengutamakan Taehyung dibanding apa pun yang mengganggunya.

Si lelaki merasa tenggorokannya kering, maka ia kembali menelan satu tegukan dari kaleng soda miliknya. Dia berdeham sekali, lantas melanjutkan, “Jangan pernah meminta maaf. Kau tidak salah. Whatever they say, I know you’re innocent. I trust you, Man,” balasnya serak, langsung pada poin. “Just tell me so I can help you.

Ada kekeh tak percaya yang mengawali. “Kau selalu seperti ini, Jungkook. It’s a shame I’ve never done anything good to you. Hanya terus-terusan menjadi beban ….” Vokal Taehyung menghilang di akhir kalimat sementara pandangannya berangsur kosong. Seumur hidup, Jungkook belum pernah melihat sisi sahabatnya yang seperti ini; membuatnya kembali didorong sensasi ingin melompat dari rooftop. “Okay, I’ll tell you everything you need. Where to start ….

Berusaha meringankan suasana yang berubah mencekam, sang detektif junior menyodorkan kembali kaleng minuman milik karibnya dan menepuk tangan pria itu. Bukan karena dia takut, tidak. Jungkook sudah terlampau muak melihat Taehyung menderita, bahkan pada ingatannya sendiri. “Taehyung, it’s fine. I know it’s hard, and if you don’t want to answer, we’re gonna skip that part—”

Nowait. Sorry.” Pria di hadapannya segera memotong lantas menutup mata. Jungkook kembali dirundung sesak. “I just need time.”

Okay.” Jungkook menyandar. “Then, take your time.

Dua menit kemudian, barulah sahabat sang detektif berani membuka kedua kelopaknya pelan-pelan, menarik napas, lalu memulai. “It may sound disturbing to you, but … do you know why Madam and I have different meal time? I mean other than not one in that family wants me?

Jungkook merespons lewat ekspresi bisu, sementara Taehyung kembali mendesah. Ia melayangkan pandangannya ke langit-langit, gestur yang sama seperti kemarin. Pria itu menarik kedua tangan dan kembali menyembunyikannya di bawah meja.

Madam … berpikir aku adalah sampah. Secara harfiah. Aku tak ubahnya barang menjijikan dan tak berguna. Dan sementara ia punya kecenderungan untuk menghindari hal-hal kotor, kau bisa bayangkan kalau Madam menganggapku salah satunya?”

Dada Jungkook kembali menegang selagi Taehyung menunduk, menyembunyikan ekspresi kecutnya.

“Dia tidak pernah mau memandang wajahku ketika kami berbicara. Dia akan melihat hal lain, mengusap-usap tangannya dengan cairan antibakteri, bahkan menyemprot ruangan di sekitar kami dengan pengharum. Iya, aku semenjijikan itu,” aku Taehyung sambil menggigit bibir. “And she refers me as it, Jungkook. Never once she calls my name or refers me as he. She refuses to see me as a human. She hates me that much.

Murka mulai menggelegak dalam abdomen si detektif mendengar penuturan sahabatnya. Tak pernah terlintas di kepalanya sekali pun, sebelum kemarin, bahwa Taehyung memiliki kehidupan seburuk itu. Demi Tuhan, kalau saja ia tahu dari dulu, maka mungkin ia sudah mengajak Taehyung kabur dari rumah atau semacamnya.

“Kemudian terkait disleksia yang sempat kuderita—jika Dad menganggapnya bukan sebagai masalah di masa kecilku, maka aku cukup kaget bahwa Madam serta Jaehyung menunjuknya seolah itu dosa besar.” Taehyung mengangkat kepala dan Jungkook mendapati sebutir air di sudut manik pria itu meski sahabatnya berusaha berekspresi normal. Seolah ia sudah biasa dan ini bukan hal yang aneh lagi.

“Aku tidak memberitahu Dad karena aku tidak mau ia bertengkar dengan Madam—pertengkaran mereka selalu menyisakan tiga malam yang diisi mimpi buruk—tapi Jaehyung … he always scoffs at my homeworks. Madam thinks it’s a permanent disability, so she started to make me pet names. A really good ones, too.”  Si pria mendengus pelan. “Aku baru sepuluh tahun, kelas empat SD, ketika Madam mulai memanggilku Bocah Tolol, Anak Bodoh, dan kadang-kadang, kalau ia sudah terlalu marah; Keparat Cacat.”

Ingatan Jungkook ditarik pada interogasi Jaehyung beserta panggilannya untuk Taehyung. Sedikit menyesal karena tidak meletakkan kepalan tangannya demi menggantikan senyum palsu pria itu. Dikiranya, ucapan-ucapan yang terlontar dari bibir sang direktur hanyalah didasari emosi. Akan tetapi kalau nyatanya sudah menjadi kebiasaan; terlebih sedari dua belas tahun yang lalu, maka Jungkook tidak akan membiarkan Jaehyung pergi tanpa satu, dua hiasan ungu di wajahnya.

Lelaki itu lantas berdeham; menata diri. “Is there more?

Well, of course. Ini baru makanan pembuka, Jungkook. A tip of an iceberg.” Tawa satir Taehyung terdengar menyakitkan. “Kau yakin ingin mendengar semuanya?”

Spill.

Kemudian, mulut Taehyung menelurkan kisah-kisah lain. Seperti bagaimana Madam selalu memanfaatkan setiap pertemuan untuk menyalahkan Taehyung atas rumah tangganya yang hancur. Ucapan kasar ibu tirinya. Liburan-liburan—bila ayahnya harus ke luar negeri demi masalah bisnis dan meninggalkan ketiganya di rumah—yang diisi dengan terkunci sendirian dalam kamar, sementara Jaehyung dan ibunya berjalan-jalan ke taman bermain atau tempat-tempat lain yang menyenangkan. Tentang dirinya yang secara teknis sama sekali tak memiliki uang sampai hari ini lantaran seluruh warisan miliknya dikuasai Madam dan ia tak pernah dibuatkan kartu jenis apa pun. Hingga peraturan sang Nyonya Besar bagi para pelayan yang tak boleh melayani pria itu selain Jung Hoseok.

Juga, o, Jungkook baru mengerti kenapa selama ini Taehyung selalu mengenakan pakaian kebesaran: baju-baju miliknya adalah lungsuran dari Jaehyung. Ketika pria itu bosan akan busananya, ia akan melempar mereka ke keranjang tertentu, di mana Taehyung akan mengambil dan mengenakan semuanya. Terakhir kali ia mendapatkan pakaian baru adalah saat hari natal di umurnya yang ketiga belas—dari ayahnya.

Taehyung menutup mulut dan Jungkook sudah sampai pada batas kesabaran. Ia ingin menghindari pertanyaan ini awalnya, namun otomatis keluar juga tanpa bisa dihentikan. “And you attempted to suicide?

Sebuah reaksi kelewat angker: kegetiran dalam manik Taehyung memekat, menggelap, hingga pria itu merapatkan bibirnya dalam satu linier. “You remember that winter when I didn’t come to school for a week?

Jungkook mengangguk cepat. Musim dingin di tahun pertama mereka sekolah, saat keduanya sudah satu semester berteman dan Taehyung menghilang tanpa kabar selama seminggu. Ketika ia muncul lagi seminggu berikutnya, Taehyung berkata bahwa dia baru saja liburan dari luar negeri bersama keluarganya. Jungkook menuntut oleh-oleh. Taehyung bilang dia tak punya. Sang detektif menyalahkannya karena lupa teman.

Sialan.

“Suatu pagi, aku bangun dalam keadaan demam dan flu. Yeah, udara dingin tak pernah beraksi bagus pada tubuhku, Jungkook, kau tahu ‘kan? Hoseok belum datang dan karena Madam tak punya niat untuk membawaku ke dokter, jadi aku harus merawat diri sendiri.” Tangan kiri Taehyung memegangi pergelangan kanannya dan Jungkook bisa menebak di mana letak bekas luka yang selama ini ditutupi sahabatnya. “Masalahnya, pusing membuatku linglung dan lupa kalau Madam punya peraturan nomor satu yang tak boleh kulanggar sejak Dad meninggal: jangan datang ke lantai bawah bila ia sedang di rumah.

“Singkatnya saat aku ingin mengambil obat dari kotak di ruang makan, aku bertemu Madam. Jika aku tak salah dengar, ia dan Jaehyung sedang sarapan sambil membicarakan masa lalu dan pernikahannya bersama Dad, lalu ketika melihatku muncul, keadaan jadi tak terkendali. She asked Jaehyung to go earlier, then screamed at the top of her lungs for Mister Lee.

Who’s Mister Lee?” Dan perlukah aku meninjunya juga?

Taehyung menelan ludah. “Mister Lee is … someone she hired to beat me up. Orang baik, sebenarnya, tapi karena ia butuh uang demi menafkahi keluarganya dan tawaran milik Madam begitu menggiurkan, maka ia tak punya pilihan.”

Selanjutnya, suara Taehyung agak pecah sekuat apa pun ia berusaha menutupi. Pria itu kembali menunduk dan kali ini tubuhnya ikut berguncang. “Kau tak akan bisa membayangkan betapa takutnya aku saat itu, Jungkook. Madam duduk di kursi ruang makan, mengawasi hukumanku, sementara ikat pinggang kulit Dad dihempaskan padaku berkali-kali. Kepalaku sakit, suhu tubuhku tinggi. Dan aku tak tahu lagi apa aku mampu menghadapi semuanya ….”

Pria itu kembali mendongak dengan jalur air di pipinya. Ini dia hukuman Jungkook.

She locked me in my room when I finally can’t move a finger. Di nakasku ada pisau buah, Jungkook, jadi kupikir lebih baik menyelesaikan semuanya sampai sana. Jika saja Mister Lee terlambat menelepon Hoseok, mungkin kita tak akan bertemu lagi.”

Hanya hening yang meregang kala suara Taehyung selesai bergema. Selama beberapa detik, keduanya saling bertatapan, meleburkan atensi, hingga Jungkook tak tahan. Ia berdiri, berjalan mondar-mandir, dan berakhir melempar kaleng minumannya ke arah pintu sambil merutuk sepenuh hati.

Ruangan itu kembali diributkan oleh vokal sang detektif junior, namun kali ini bukan untuk memaki orang yang berada di hadapannya, melainkan korban dalam kasusnya.

Banyak-banyak Jungkook menyukuri bahwa Madam sudah tewas. Sesuatu yang sinting membuatnya bahkan ingin mengajak siapa pun yang meracuni wanita itu minum-minum. Kalau Jungkook tahu masalah Taehyung sebelumnya, dia tahu bahwa dialah yang akan menjadi pelaku dalam kasus ini.

Bajingan.

Tell me the bitch only did that crazy thing to you once. Right? Tell me.

No, twice.” Taehyung menghapus air matanya dan mendesah. Maniknya mengawasi Jungkook yang menendang kursi tak bersalah saat jawabannya dibawa angin dan melompat terkejut ketika benda malang itu menabrak sisi dinding. “Sekitar tiga bulan yang lalu Madam melakukannya lagi. I don’t know why, maybe she was just bored. Tapi … well, aku bersyukur, Jungkook. I met my long-lost childhood friend I told you about. Dia sedang berlibur dari pekerjaannya di pabrik mainan. Kurasa tanpa kejadian ini, aku tidak mungkin melihat pria itu dan membuatnya menraktirku semua hal yang kumau.”

Jika bunyi mesin printer yang tengah bekerja mampu merangsang sensor motorik seseorang untuk mengambil senjata dan menembakkan pelurunya ke seluruh penjuru, maka Jungkook yakin sudah melakukan hal demikian sejak sepuluh menit yang lalu. Ketika akhirnya ruangan di sekitar kubikel mulai berangsur sunyi—kecuali derum pendingin yang masih belum diperbaiki—sang detektif junior lantas menghela napas panjang dan memijat dahi. Taehyung meninggalkannya dengan lambaian ringan, senyum kecil, dan—lagi-lagi—sederet kata maaf. Hell. Lelaki itu bahkan mati-matian memaksa dirinya untuk tidak meninju dinding selepas sahabatnya bertolak ditemani Jung Hoseok.

Buku catatan berisi tulisan cakar ayamnya terhampar lebar-lebar di meja; bersebelahan dengan file kasus dan cangkir plastik kosong peninggalan teh paginya. Pikirannya berantakan dan amarahnya masih belum reda secara penuh; seolah ia bisa meledak tiba-tiba dari pemicu sekecil apa pun yang mengingatkan bahwa sedikit banyak Taehyung masih menderita hingga dua hari yang lalu adalah bagian dari kesalahannya. Dan karena ia tidak peka.

Jungkook menutup buku catatannya dengan kasar lantas menimbulkan debum ringan saat benda itu menabrak penyangga bolpoin. Helaan napasnya kentara menggambarkan rasa frustrasi dan jika sudah begini, maka persetan dengan anjuran dokter atas penyakit maag yang ia derita karena demi kantong belanja Neptunus, Jeon Jungkook butuh kopi. Well, baiklah. Dan ia membuat mental note sendiri untuk makan hidangan asli waktu makan siang nanti.

Sosok mungil Jimin di pantry adalah objek pertama yang tertangkap matanya; berdiri membelakangi sementara sang ketua tim menyenandungkan nada lagu Coming Up Roses di antara helaan napasnya. Park Jimin and his stupid crush on Keira Knightley. Hah.

Are you done with Joli(e)’s employee list?” Si junior menelurkan pertanyaan sementara ia meraih cangkir baru di lemari gantung. Rambut dan kemejanya berantakan ketika ia mencuri lihat lewat permukaan stainless pintu lemari. O, biarlah. Apa tadi tujuannya? Kopi, iya benar.

Yeah.” Jimin menjawab, suaranya terdengar ringan seolah hasil pekerjaannya memberikan peluang kelanjutan yang bagus untuk kasus mereka. “Aku akan coba menginterogasi para kepala departemen terlebih dahulu; dimulai dari divisi yang bekerja langsung di bawah pimpinan Madam Kim, lalu kemudian menyortir kembali nama-nama yang kemungkinan menjadi … kau tahulah. Ada beberapa yang mencolok antara lain: Lee Seonwoong, direktur sementara yang baru; Kim Namjoon, kepala departemen pengembangan IT; dan Im Siwan, sekretaris administrasi pribadi Madam. Kabarnya, mereka semua genius.” Ada senyum lebar yang ditawarkan sang ketua waktu ia menoleh ke arah Jungkook sementara si junior mencatat dalam hati nama-nama tersebut. “Bantuan kecil dari Min Yoongi berguna besar, hm?”

Lelaki itu menganggukkan kepala sebagai respons sembari menuangkan satu sachet kopi instan ke cangkir barunya. Ia mengabaikan pandangan Jimin yang terasa menghakimi. “Iya. Aku akan cari makanan yang benar nanti siang. Jangan beritahu Seokjin, please.”

Lalu tawa Jimin mengudara. “Funny how the mighty Jeon Jungkook is afraid to our mother-hen-by-nature pathologist. Kau tahu kau bisa membuat hidungnya berdarah dalam hitungan detik, ‘kan, Jeon?”

Yes, and the next seconds I realized that he’s just rip me open with his damn scalpel.” Jungkook membalas di antara aroma kopi yang mulai mengisi ruang di sekitar keduanya. Ia memerhatikan Jimin yang lantas menyandarkan punggung di dinding sementara kopi buatannya masih mengepul di konter dan belum disentuh. “What is it?

Nope, hanya masalah kasus.” Sang ketua mengangkat bahu. “Tidak ada satu jejak pun talium dari bahan makanan yang dites Seokjin sementara ia sudah membuat deduksi bahwa racun masuk secara oral. Jika Madam ditemukan di bathtub atau setidaknya dalam keadaan basah, kemungkinan ia terbunuh dengan substansi yang dilarutkan bersama air. Tapi tidak sama sekali. Mayatnya kering dan bersih. Do we have the same thoughts here?

Jungkook mengatur napas kala ia teringat hasil tes makanan yang telah dipresentasikan rekan satu timnya sebelum ini. “Yeah. And the last thing being digested was that damn marshmallow. Kau tahu? Aku mulai beranggapan ia menjilat sendiri racunnya karena merasa bersalah. She deserves it, somehow. That wicked witch.

Whoa, whoa.” Kali ini Jimin mengangkat kedua tangannya dengan gestur hendak menenangkan. “You hate her that much, hm, Kid?

She made my best friend lived in a misery, okay? How can I not loathe her?” Sang junior mendesis penuh kebencian ketika kata-kata Taehyung mampir lagi memenuhi kepalanya. O, Tuhan. Jangankan mendengar kesaksian sahabatnya yang hidup seperti macan dalam sirkus; mengetahui bahwa Taehyung menyebut dirinya sendiri kesalahan dalam keluarga saja cukup membuat emosinya jumpalitan.

I know how you feel, Jeon.” Sang lawan bicara tersenyum hangat sembari menepuk pelan bahu Jungkook. Lidah lelaki itu serasa terbakar ketika minuman buatannya membuat kontak. Iya, ia yang salah tidak mau menunggu barang lima menit karena sudah terlalu sakau kafein. “Dan mendengar kesaksian dari Hoseok waktu aku bicara padanya pun tak benar-benar membantu. He’s always been a good kid, isn’t he?

Jungkook hendak menghentikannya namun ia masih kalah dengan keinginan dari hati kecilnya mewujudkan kalimat demi kalimat Taehyung pagi ini ke dalam sebuah gambaran kasar. Perlakuan terhadap sahabatnya di rumah, peraturan tak tertulis, serta hukuman tidak manusiawi yang dijatuhkan tanpa alasan jelas. Taehyung yang ia ingat adalah seseorang dengan tingkat keoptimisan luar biasa dan segudang advis jemawa. Pria itu memang tak pernah sekali pun menawarkan tempat tinggalnya apabila guru mereka membebankan tugas kelompok sebagai pengganti ulangan harian, namun Jungkook selalu berpikir bahwa, hei, mungkin Taehyung selalu ingin pergi ke luar ketimbang menunggu teman-temannya di rumah—ketika kenyataannya pria itu pasti akan berakhir dengan memar biru apabila berani berlaku demikian.

Hah. Berengsek.

Dan Jungkook mulai menyambut derak kebencian yang sejak kemarin terasa familier.

I don’t freaking care about the result, Jim. Jika pernyataan Yoongi benar, bukankah ada kemungkinan marshmallow itu tidak dibeli atas nama Madam? Katakanlah. Sebagai hadiah, misalnya?” Si junior berkata tiba-tiba ketika Jimin mulai meluruskan tubuh lantas meraih cangkir minumannya di konter.

Sesuatu di dalam mata Jimin berubah cerah. “You just find your next step, Kid. I’m proud of you,” katanya dengan nada mirip seorang ayah yang menyaksikan anak lelakinya mengucap sumpah di altar.

I’ll find the buyer, I swear.”

“Kalau begitu coba tanya Seokjin. Kurasa ia masih menyimpan boksnya.” Lantas Jimin membawa pinggiran cangkirnya ke mulut dan menyesap minumannya sedikit sebelum memunculkan ekspresi aneh dan mengernyit. “You know, Jeon, I gotta go now. Someone’s waiting on my desk.

On your desk. Who?” Jungkook telah menghabiskan kopinya dan hendak menuju bak cuci ketika ia menangkap kalimat sang lawan bicara. Alisnya terangkat seolah teringat akan sesuatu lantas berbalik dan menyipitkan mata. “Don’t tell me you’re going to have a small talk with your stupid Hulk figurine—”

He’s a good friend of mine too!” Sang ketua tim menjawab dengan nada sakit hati yang dibuat-buat. Yeah, beberapa waktu belakangan Park Jimin telah menambah daftar obsesinya dengan standing figure tokoh-tokoh Marvel. Hah. Kadang Jungkook masih mempertanyakan kewarasan pria itu. Bukan sekali, dua kali lelaki itu memergokinya sedang memandangi sang miniatur penuh cinta. “Go now, Jeon. The sooner you find the buyer, the better.” Dan kata-kata Jimin terdengar menggaung dari arah koridor, jadi Jungkook lantas mengambil langkah seribu menuju kantor Seokjin.

Sang dokter awalnya terkejut dengan kehadiran tiba-tiba si junior namun pria itu berhasil menutupinya karena ketika Jungkook memuntahkan pertanyaan tentang boks marshmallow dari kediaman Kim, Seokjin mengarahkan telunjuknya ke salah satu meja. Hampir otomatis. “Gunakan komputerku di sana, Jeon, sudah terhubung dengan kerja sistem pencari. Masukkan kode produksinya,” jelas pria itu dari balik telepon genggam lantas beralih lagi memeriksa tumpukan berkas di mejanya. Iya, orang jahat berkeliaran dan para polisi yang terbeban. “Kau baru saja bicara dengan Jimin?”

Terkatung-katung menuju komputer yang dimaksud Seokjin, lelaki itu memuntahkan jawaban seadanya. “Ya. Pantry,” katanya, sembari memaksa dirinya sendiri untuk bersabar sementara layar hitam di hadapannya masuk ke mode membutuhkan kata kunci. “What’s the fucking password?

Ada helaan napas kentara ketika yang lebih tua menelurkan sederet kode yang harus diucap dua kali karena Jungkook hampir dibutakan emosi. Percobaan kedua—dan terakhir, untungnya—lalu permukaan layar menampilkan halaman awal windows. Lantas Jungkook mengikuti protokol dasar yang pernah ia pelajari dari tim pencari dan memasukkan kode produksi seperti arahan sang rekan. Demi kentut Godzilla, mengapa satu di antara ribuan kesempatan Seokjin harus mematikan komputernya pada hari ini, detik ini. Demi Tuhan ….

Perjalanan ke toko yang ia tuju dipenuhi oleh blur jalan raya, pejalan kaki, dan antrean kendaraan lain. Jungkook hanya ingat berlari ke kubikel Jimin; meminta pria itu meminjamkan mobilnya selama dua sampai tiga jam dengan alasan kendaraannya sendiri ia tinggalkan di apartemen. Hell. Jimin adalah orang yang melarangnya menyetir setelah kemarin sore ia menyaksikan bagaimana anak buahnya dirudung emosi yang menumpuk.

Pintu toko menyambutnya dengan denting melengking ketika Jungkook membukanya sembari mengacungkan lencana dan tiba-tiba aroma makanan manis dengan telak mengisi udara sekitar. Beberapa nona pelayan berhenti di tempat untuk saling berbisik—entah bertanya-tanya ada apa gerangan seseorang dengan simbol kepolisian datang kemari.

Is this box happened to be sold in your store?” Sang detektif bertanya pada seorang wanita yang berdiri di belakang meja kasir setelah ia mendapat jawaban bisu dari para karyawan. Wendy Shon—ia membaca nametag berbentuk stroberi; tersemat di permukaan seragamnya yang didominasi oleh warna putih, emas, dan merah.

Can I see it first, Sir?” Respons yang diberikan ramah dan penuh kehati-hatian—Jungkook mencatatnya sementara ia berdiri menunggu. Para nona pelayan yang barusan saling berbisik kini sudah kembali pada posnya masing-masing. “Permisi, Sir. Ya, boks ini memang berasal dari toko kami. Ada yang bisa kami bantu?”

“Bisakah kau menemukan identitas pembelinya?” Jungkook bertanya dengan kalimat paling halus yang bisa ia suarakan di tengah keadaan emosinya yang sedang tidak stabil. “Mungkin kebijakan tokomu mengatakan bahwa siapa pun yang melakukan transaksi di sini akan dijamin kerahasiannya, tapi aku bisa mendatangkan surat penggeledahan jika itu yang kau perlukan.”

Si detektif junior bahkan sudah melarikan tangannya ke saku—karena protokol adalah protokol. Ia dilatih untuk tetap berjalan pada lininya.

“Tidak apa-apa. Toko kami tidak memiliki kebijakan demikian, kecuali jika pembeli yang menginginkan. Akan kami coba sebentar, Sir.” Wendy Shon menjawab dengan senyum namun Jungkook bisa mendengar apa yang sesungguhnya tidak wanita itu katakan: seseorang datang kemari dengan lencana pastilah sedang mencari petunjuk akan sesuatu. “Namun jika pembeli yang dimaksud membayar dengan uang cash, I’m afraid it’s the farthest that we can help.”

Lelaki itu menganggukkan kepalanya mengerti. “Okay. Thank you,” katanya sembari berdiri canggung di depan meja kasir. Wendy Shon mengetikkan beberapa digit di keyboard dengan gerakan cepat. Ada bunyi ‘ting’ yang kentara dan Jungkook merasakan perutnya mengoarkan rasa penasaran luar biasa.

Sebuah nama dari sang lawan bicara kemudian adalah satu hal yang menjadi alasan Jungkook tengah memacu mobil ke kantor Joli(e) sekarang. Hah. Siapa sangka seseorang bisa begitu tolol membeli senjata pembunuh menggunakan kartu kredit.

Imaji Jungkook mengenai seseorang bernama Kim Namjoon seolah dihantam oleh bola penghancur berukuran gigantis dan menyisakan hanya kepingan-kepingan acak. Ketika ia melangkah memasuki bangunan megah Joli(e)—yang masih ramai dengan buket bunga tanda belasungkawa—dan menunjukan identitas pada resepsionis sambil menyebut nama target, yang ada di kepalanya adalah seorang pria enam puluh tahunan dengan kacamata tebal dan wajah picik. Akan tetapi lima menit kemudian, yang keluar dari lift lobi ternyata membuat asam dalam perutnya seketika menggelegak.

Kim Namjoon, kepala departemen pengembangan IT, adalah seorang pria yang bahkan terlihat lebih muda dari Jaehyung. Posturnya ramping dengan tinggi yang menjulang. Rambutnya ditata sedemikian rupa sehingga membentuk jambul rapi berwarna karamel. Gerak-geriknya sedikit ceroboh—terlihat dari bagaimana pria itu hampir menjatuhkan vas bunga milik penerima tamu saat menanyakan keberadaan si detektif junior—akan tetapi tetap menyorotkan suatu pesona yang berbeda ketika ia menunjukkan sepasang lesung pipitnya sambil mengenalkan diri.

Sumpah demi ketiak Zeus, Jungkook bahkan perlu dua kali memastikan kartu identitas Namjoon tak dipalsukan—lantaran tertulis bahwa ia hanya berusia tiga tahun lebih tua daripada dirinya—sebelum menyuruh pria itu duduk. Persetan tentang siapa yang jadi tuan rumah. Jungkook hanya ingin cepat-cepat memborgol kedua tangannya lalu membebaskan diri dari tugas dan membayar dosanya pada Taehyung.

Tapi berbeda dengan apa yang ia bayangkan, Namjoon menolak dan membuat Jungkook menyesal tidak membawa pistolnya.

It’s almost lunch, Kiddo. I’m starvingaren’t you? I know a pretty good restaurant near here, let’s talk there.” Namjoon menampilkan senyum terbaiknya, tapi tidak berpengaruh. Terutama, tidak kala ia semena-mena menyebut Jungkook dengan panggilan yang membuat darah lelaki itu mendidih.

No, let’s finish this sooner. Right here, right now.

Berengseknya, Namjoon tak mengacuhkan, malah sudah telanjur melangkahkan kakinya tanpa basa-basi. Ha. Nyalinya besar sekali. Lihat saja dalam beberapa jam siapa yang akan mendekam dalam bui dan membusuk di dalamnya.

Jungkook tahu ia tak akan punya kesempatan bila memenangkan egonya sendiri, maka dengan bersungut-sungut, lelaki itu terpaksa berdiri, mengikuti Namjoon beberapa langkah di belakang. Kini posisi mereka terlihat seperti atasan dan anak magang—jika saja tak ada lambang kepolisian yang tersemat pada pakaiannya—dan si detektif membencinya setengah mati. Dia harus berkali-kali mengusir rencana tersadis yang bisa dilakukannya dalam adegan penangkapan nanti demi mengamati gerak-gerik sang tersangka.

Dan ketika keduanya hendak menyebrangi zebra cross tepat di depan gedung, seorang pria berteriak dari arah lapangan parkir. Terlampau keras dan frontal; bukan lagi tidak sopan, melainkan kurang ajar. Apalagi ditujukan pada seorang yang memiliki pangkat lebih tinggi.

Hey, Namjoon! I’m sorry for the loss of your sugar mommy!

Jungkook kira Namjoon akan mengamuk, namun sekali lagi, bayangannya dijungkirbalikan oleh kejadian yang ada. Alih-alih mengacungkan jari tengah, Namjoon malah mengangkat kedua alis tinggi-tinggi dan menciptakan senyum arogan. Berkali-kali Jungkook memperhatikan ekspresi seseorang, menilai mana yang dibuat-buat dan mana yang betulan, dan ia kelewat paham bahwa tak ada sekuku pun kesedihan yang terkandung dalam wajah itu. Ha. Menjijikan.

Itulah yang membuat Jungkook yakin ia tak salah orang.

Restoran yang dimaksud Namjoon adalah sebuah kedai kecil penyedia menu-menu rumahan khas Negeri Gingseng. Pria itu memesankannya seporsi dolsot bibimbap—lantaran Jungkook tak menjawab sekata pun ketika Namjoon bertanya—serta pyogobusut-tangsoo dan nasi hangat untuk dirinya sendiri. Jungkook mengernyit, menjauhkan hot plate-nya sebab ia tak punya niat sama sekali untuk menyentuh—salah-salah malah bisa menyusul Madam, ‘kan?

If you’re not going to talk right now, I’m really gonna make you regret every action you made me do.” Jungkook bahkan tak memasung ancaman di kalimat pertamanya.

Dan agaknya Kim Namjoon memang setengah miring karena ia sama sekali tak terlihat takut pada lelaki itu. “Chill, Kiddo. I’ll talk. Don’t worry,” ujarnya sambil meraih sumpir dan memasukkan sepotong jamur ke mulutnya. “Bicara apa, omong-omong? Cuaca hari ini? Hubunganku dan Madam? Atau kau ingin berkonsultasi mengenai pikiran yang mengganggu? I’m a pretty great counselor, Jeon Jungkook, just for your information.

Menyebutnya bocah, memanggilnya tanpa gelar, bersikap sok hebat. Tangan Jungkook benar-benar gatal ingin mencekik seseorang.

Are you her—”

Lover?” Namjoon menelan lantas memberi seringai. “I like that title, so yes. I’m her man.

Terlalu santai. Terlalu ringan. Jungkook sampai kehilangan kata-kata. Kepalanya disesaki kemuakan yang meluap-luap; sementara ketika maniknya menilik ambiguitas milik sang kepala departemen, lelaki itu kembali disuguhkan oleh kejujuran.

Memberikan tambahan pada stok kesabarannya, Jungkook menarik napas. “Investigasiku membuktikan bahwa dua hari yang lalu, tepatnya hari Senin, kau membelikan marshmallow sebagai hadiah untuk Madam di Vivéltre.”

“Benar.”

“Jelaskan.”

Madam menyukai makanan dan minuman manis. Sebut saja: marshmallow, cokelat, permen buah, sorbet, popsicle, cupcakes. Everything.” Namjoon mengedikkan bahu, lalu menyeruput teh jagungnya. “And my happiness depends on my woman’s hapiness. As a man, don’t you agree, Jeon Jungkook?

“Senin kemarin, Madam mengajakku kencan. Why? Well, couples don’t need reason to meet. Tapi kalau kau memaksa alasan, mungkin karena ia rindu padaku. Iya, wanita itu langsung menempel seperti kukang saat aku muncul di ruangannya. Dan setelah sesi jalan-jalan kami di Apgujeong, Madam bilang ia ingin marshmallow, jadi aku menyuruhnya menunggu di mobil sementara aku berlari ke tokonya.”

Lantas mengoleskan racunnya ketika wanita itu tidak melihat? Hah. Klise, pikir Jungkook.

Jungkook mendecih, tak habis pikir dengan kelakuan Namjoon. Lagi pula, kalau memang pria di hadapannya menganggap Madam sebagai kekasih betulan, mana mungkin ia menyebut si Nyonya Besar dengan sebutan Madam. Memangnya dia pelayannya? Atau bawahannya? Atau ….

Tenggorokan si detektif tercekat ketika teringat Taehyung.

Bila di situasi lain pertanyaannya akan amat menyinggung, Jungkook sudah tak punya simpati lagi pada lawan bicaranya sekarang. “You’re still young. Younger than Kim Jaehyung. Why are you dating her?” Maniknya merendah, demikian pula dengan suranya; teringat pada kejadian di zebra cross. “To keep her money? Or to raise your position?

Gelak tawa Namjoon berderai di udara satu detik kemudian seperti sedang menonton sesi stand-up comedy yang kelewat lucu. Untung saja berlangsung efemeral; berhenti sebelum Jungkook benar-benar menerjang pria tersebut. “Money? Position? No, no. Absolutely not.” Ia bahkan masih sempat-sempatnya menghabiskan minuman dan mengumumkan pada dunia bahwa perutnya sudah penuh. “Tapi harus kuakui bahwa ya, aku tidak menjalani hubungan ini atas dasar cinta.” Si kepala departemen mendengus lagi seolah meremehkan kata terakhir.

Why?

Secrets?” Namjoon merespons, memertahankan senyumnya. Gigi Jungkook menggertak. Satu-satunya hal yang lewat di kepalanya adalah menghubungi Jimin untuk membawa surat penangkapan. Sekarang.

Entah apa motifnya—Jungkook bisa mencari tahu nanti. Yang ia yakini, Kim Namjoon benar-benar bersalah. Pasti ada celah mungil yang bisa disusupi. Ada. Jungkook hanya perlu mengingat kembali pembicaraannya sebelum ini. Sementara sang kepala departemen masih melakukan hal entah apa di seberang meja, dahi lelaki itu mengerut lumayan dalam.

I ain’t gonna take back my words, you know, if you need a counselor to cope with your sad life.” Kim Namjoon terkekeh waktu menelurkan kalimatnya.

Dan baut rongsok di kepalanya tiba-tiba bergerak dengan rotasi sempurna.

Konsuler? Di mana Jungkook pernah mendengar istilah itu sebelumnya?

Jung Hoseok. Suara dalam kepalanya berbisik.

Ya, Tuhan. Pembunuhan ini adalah konspirasi.

Sesaat sebelum Jungkook beranjak untuk mewujudkan niatnya, Namjoon membuka mulut lagi. “Anyway, listen. I know you put your suspicion on me. I accept. I’m not gonna escapeyou know where to find me. But … I just want you not to be blinded by duty or whatever it is in your mind. I’m talking about truth here. I don’t lie.

Kening Jungkook mengernyit dan Namjoon mengangguk. Kini tatapannya berangsur serius setelah selama hampir satu jam Jungkook merasa Namjoon terlalu tengil dan menjadikannya bahan bulan-bulanan. Mata si pria menajam dan Jungkook dapat melihat intelegensi yang digadang-gadang Min Yoongi. “Bear in mind: you’re in a blind spot. Just widen your view to understand how the world revolves. I’ll be the first to tell you this: somehow we’re all fantastic liars.

“I have one favorite quote. Pernah membaca Man and Superman punya George Bernard Shaw?” Namjoon tetap tak peduli saat Jungkook sudah hampir menumpahkan bibimbap-nya ke wajah sang kepala departemen. Dia melanjutkan, “The reasonable man adapts himself to the world; the unreasonable one persists in trying to adapt the world himself. Therefore, all progress depends on the unreasonable man.

What the f—”

Selanjutnya, ekspresi Namjoon menghalus lagi. Ia mengangkat telunjuknya, memotong makian Jungkook. “I know nothing seems as it is, but something is everything it is made out to be. Detective, have you missed something in her house? A really good one that you think it was something natural just because you see it all the time?” Lantas Namjoon menyeringai puas melihat kesadaran menyerap dan membuat biner sang detektif melebar dua kali lebih besar. “That’s good. You found your blind spot.

Dan sang detektif junior tak menahan diri untuk memutari meja dan menarik kerah kemeja Namjoon. Sekali itu, si pria terlihat kaget; seluruh ketenangan yang selama ini mengekori langkahnya luntur seketika. Wajahnya pucat dan mulutnya terbuka.

Jungkook membiarkan semua mata memandang ke arah mereka, tidak menggubris bisik-bisik yang mengudara serta jeritan marah bibi pemilik restoran yang menjatuhkan nampannya. Momen itu, ia dirasuki keinginan buas untuk membunuh. Dan bersumpah akan benar-benar melakukannya bila muncul interupsi.

Wajahnya hanya berjarak dua senti dari hidung Namjoon saat ia melontarkan gertakan yang tak pernah sekali pun bergema dalam otak busuknya selama ini; sekasar apa pun perlakuannya dalam interogasi.

I’m gonna come back and I’m gonna catch you. I will put your stupid fucking ass in your rotten jail and make you pay for every idiotic action you’ve made until you fed up with your own goddamn shit, Bastard.

Sejurus kemudian, ia telah mengempaskan Namjoon kembali ke bangkunya sementara kakinya berderap menuju lapangan parkir. Pikirannya berantakan; berbagai fakta, data, bahkan kepercayaannya melayang tak terkendali. Jungkook bahkan tak memedulikan lampu jalan yang memerah pun klakson yang berendeng saat tangannya merogoh ponsel. Dua kali coba, lalu merutuk saat Jimin tak juga mengangkat; sementara jarinya mulai menggeser layar turun.

“Hoseok dan Namjoon!” Dia berteriak menjawab sapaan tenang Seokjin; berusaha mengalahkan kericuhan di dalam kepalanya berikut pula sekitarnya. “Pelakunya Hoseok dan Namjoon—mereka bekerja sama! Panggil Jimin dan suruh dia membuat surat penangkapan sekarang juga! Kirim opsir ke Joli(e), beri perintah untuk menangkap Kim Namjoon, dan temui aku di rumah keluarga Kim secepatnya! Do it now, Seokjin, or I’m gonna bleed your stupid nose!

Tak menunggu jawaban, sang detektif junior memutus hubungan.

O, ya. Dan Jungkook bersumpah tak akan membiarkan siapa pun mengacaukan rencananya sekarang. Siapa pun. Termasuk kedua sahabatnya di kantor kepolisian.

—-—

[Next update: 17/03/2017 at -.– P.M.]

—-—

  • foreword’s taken from BTS V’s Stigma.
  • prussian blue soundtrack, part 4 [spotify ; youtube]
  • any suspicions?
  • thank you for reading anw! ❤

23 thoughts on “Prussian Blue [04]

    • juliahwang says:

      Oke aku gatau mesti mulai darimana lagi yg jelas, Selamat tuan Kim Namjoon akhirnya dirimu muncul juga sebagai ‘Orang yang tak terkira’ OMG aku agak gimana gitu dia jadi ‘Lover’ Madam saoloh mas mana pinter banget gitu syalan kimn namjoon karkaternya sukses beraattt!!! 👏

      Salahkan aku yg baca ini kemaren malem sambil nangisin pengakuan Taehyung astaga anakku aku sampe ngumpatin si Madam (yang sebenarnya hanya ilusi) klo bener ada manusia macem dia, aku mau jadi kaya Jungkook … aku orang pertama yang bakal ngebunuh dia -_- astaga sungguh di awal-awal semua kata kasar kayanya udh keluar buat si Madam aduh bayanginnya itulo HEOL banget :”(

      KAN KAN KAN kecurigaanku gak berubah untuk Jung Hoseok sejak awal etapi takutnya salah dan skrng Namjoon katanya kerja sama bareng Hoseok huhu Jeon Jungkook, kayanya sebagian dari dirimu penuh emosi ya selama aku baca aku ngerasain banget emosi jungkook yg meluap-luap 😂

      Apalagi…?

      As always, aku selalu suka ending yang penuh misteri dan bikin mikir “Gimana lagi kelanjutan drama mereka ya”
      Klo aku beneran seorang produser udh aku angkat ff ini ke drama saoloh tambah kece aja setiap partnya :”) 💜

      Bagian favorit disini tuh selalu klo udh ada vkook dan bagian awal, pembuka, pembuat sakit hati, bikin nangis, dan thank you stigma yg menambah banjir semua :”)
      absolutely, jangan lupakan peran besar kim namjoon disini astaga aku suka sekali karakternya huhuhu 💜💜💜

      aku sudahi gaes karena gatau lagi mau komen apa xD
      sampai ketemu tgl 17!
      Semangat!

      Liked by 2 people

    • fikeey says:

      ya allah aku ngakak di bagian ‘orang yang tak terkira’ xD ini yang nanyain namjoon banyak juga yaaa muncul-muncul malah jadi lover-nya madam hehehehe. yes jadi….. begitulah (lalu fikanya disambit fans namjoon). anw aaaa terima kasih karna sudah menyukai karakter namjoon! hehe. dia sekali-sekali memang harus dikasih peran begini.

      hahah. iya posisi taehyung tricky banget emang. mau disangka pembunuh pun bisa xD meanwhile in fact dia hanya cinnamon roll yang perlu dilindungi dari kerasnya dunia (lha). jungkook nih…. masih ada ababilnya, emosian mulu (ditendang fans jungkook) hahahahah.

      oh my god then evin and me will be glad!! hahahaha xD awwww stigma mah emang makin-makin lah. sekali lagi makasih yaaa julia sudah menyukai karakter namjoon hihihi.

      terima kasih sudah ngikutin dari awal yaaa yaampun (kirim bingkisan 7 krucil). makasi makasi makasi banyaaaak, dan komennya jugaaa huhu.

      masih ada satu part lagi HEHEHEHE. ditunggu hari ini yaaa~ 😀 thanks a lot once again!

      Like

  1. shiana says:

    POKOKNYA ABIS PRUSSIAN KELAR KAKFIKA KAKEVIN KUDU BANGET KASIH ASPIRIN KAYAK KATA KAKPANG HEUHEU

    btw selebrasi kemunculan namjoon dulu ah hehehehehe akhirnya muncul juga. selamat ya mas, kamu jadi nambah-nambahin keruwetan. yeokshi mas namjoon. untung vas bunganya ga pecah ya kan berabe kalau dipecat HE HE HE (yakali ah shia masa dipecat) tapi serius namjoon sekalinya muncul kepalaku langsung ambyaaar masa ;_; dan ngga ketebak kalau dia lover-nya madam huhuhu mas masih ada yang muda gini kok kenapa sama yang lebih tua 😦

    TERUS PART INI TUH APA YAH LEBIH HEARTBREAKING BGT HUHUHUHU
    awalnya sooo miris tapi akhirnya bikin mau mara-mere karena bingung harus menunjuk siapa 😦 Banyak sekali pertanyaan di kepala shia 😦 daaan jk sangar banget di sini 😦 oya untuk jimin: no comment. bye.

    “Kepalaku sakit, suhu tubuhku tinggi. Dan aku tak tahu lagi apa aku mampu menghadapi semuanya ….” – taehyung sini shia beri pelukan hangat. :(( :((

    kakfika kakevin, tengs.

    semangat selalu kakak-kakak panutankuuu! ❤ ❤

    Liked by 2 people

    • fikeey says:

      shiaaaaa! hahahaha namjoon udah mah omongannya suka bikin ruwet, kemunculannya juga bikin ruwet yha haha (terus namjoon-nya pundung di pojokan). HAHAHA MASA AKU BAYANGIN DIPECAT BENERAN 😦 sabar ya joon huhu kalo jalan nanti hati-hati ya jangan apa-apa ditendang atau disenggol huhu :'(((( tenang. every act in this fan fiction ada alesannya kok HEHE.

      jk udah pusing duluan dia udah frustrasi. meanwhile jimin…… HAHAHAHA. (lalu jimin flips his hair). nongkrong ama shia nontonin jimin berlaku semaunya dia. sambil makan popcorn. sambil leyeh-leyeh. (insert sticker moon nonton tipi).

      tolong shia, taehyung-nya dibawa ke rumah aja kasih susu cokelat terus selimutin suruh bobo heu. kasih makan yang bener itu bocahnya yaaa ehehehe.

      makasih banyak shia sudah ngikutin cerita ini dari chapter 1 hihihi. tunggu lanjutannya yaaa hari ini! (yes, masih ada, as we promised HEHEHEHE).

      (((bagi-bagi aspirin))) hehe. makasi banyaaaaak! ❤ ❤ ❤

      Like

  2. Cake Alleb says:

    SELAMAT DEBUT DI PRUSSIAN BLUE MAS NAMJOON! ❤

    Belum apa-apa sudah gemas sekali karena "Cheese crackers dan soda lemon" dari uri puffy clumsy kim taehyung DITAMBAH "… atensinya tak bisa berpaling dari pergelangan tangan Taehyung yang kini tertutup lengan kemeja abu-abu kebesaran." taPI KAK FIKA SAMA EVIN ARE YALL TRYNA KILL ME WITH THAT *PEEP* *PEEP* MR. KIM AND HIS *PEEP* *PEEP* TRASHY MADAM??
    (oke aku calm down biar nggak kebanyakan sensor).
    but please, kak fik, vin, please make her back alive for me so i can kill her with my own hand for twice? 😦 kematian instan terlalu bijaksana buat oknum pelecehan dan kekerasan dan penyiksaan anak di bawah umur 😦 dia perlu digantung lehernya pakai kawat dulu dan dikurung di boks truk pendingin (tapi iya, taehyung nggak akan biarin itu dan hampir pasti dia bakalan nangis lihat kepala madamnya putus selagi beku). HUAH. DOBS. AKU EMO.

    Tapi tapi terus AKU KAGET TIBA-TIBA ADA TABLOOOO :3 ya ampun nggak nyangka lee seonwoong ada di sini astaga aku terharu :") dan im siwan juga dan aku lagi running nonton Misaeng sekarang what a coincidence :")

    Sekarang sudah chapter 4 dan aku tetep nggak mau nebak siapa-siapanya hueheheh maafkeun aku nurut aja sama MY TWO FAVORITE WRITERS SEMANGAAAT dan keputusan detektif jeon yeahaaaa ❤ ❤ ❤ (satunya buat detektif jeon wkwkwkkwk).

    Liked by 2 people

    • fikeey says:

      AKU NGAKAK LOH CIEEE NAMJOON BANYAK YANG NUNGGUIN NEH HAHAHAHA. (tapi muncul-muncul si masnya malah jadi lover madam~)

      tolong bels, tolong ini uri fluffy kim taehyung-nya dibawa pulang aja terus dikasih susu cokelat, sama cheese crackers juga terus selimutin pasangin dvd toy story tolong ya, duh bocah 😦 kimtae harus dijauhkan dari kerasnya dunia ini hahaha.

      INI MALAH LEBIH JAHAT BELLA DIBANDING RENCANANYA MIN YOONGI YHA HAHAHAHA YOKSI xD min yoongi will be proud of you xD tapi serius aku sama evin langsung fangirlingan di chat pas bella komen begini hehe, seriously why so cobonyi sih bellllls yaampun wkwkwkwkw.

      HEHEHE. kan kumpulan orang-orang jenius yang kemungkinan jadi sasaran madam ((((sasaran ceunah)))). (dikira film mafia busetlah).

      jeon, dapet hearts neh! hahaha makasih banyak yaaa bels sudah ngikutin dari chapter 1, dan makasih juga buat komen-komennya bellaaa hehehe. makasih banyak pokoknyaa. nanti ditunggu yaaa lanjutannya! hehe (yes, another chapter as we promised) 😀

      Like

    • Cake Alleb says:

      Aku baru menotis sesuatu dari reply-an kak fika…. (dikira film mafia) ((film mafia)) (((mafia))) #insert emoji nangis tapi senyum sambil tengadah

      Like

    • Fantasy Giver says:

      BELL WE KNOW YOU CAN DO IT KALO BIKIN RENCANA PEMBUNUHAN MADAM SAJA BISA LEBIH JENIUS DARI MASTERMIND KITA, MIN YOONGI. MAFIA MAH KECIL. nanti dibantuin 5M kalo butuh. ketik saja reg (spasi) jimin gantenk, kirim ke alamat big hit. biaya ongkir ditanggung pengirim. oke oce??? :))

      Liked by 1 person

  3. LDS says:

    EMOOON JADI PACARNYA TANTE2 AH ELAH
    Sebelumnya minta maaf dulu Krn saya tdk akan byk mengapresiasi kasus dan pemecahannya oleh jjk, otak saya gak nyampe. Namjoon sama hoseok dibilang pelakunya ya udah saya hayuk saja.
    Cuma mau komen ttg jalan ceritanya yg makin ke sini makin keren dan karakter2 yg muncul makin ngeselin hahahahaha EMOOON jadi direktur muda yg punya sugar mommy hadeuh terus sikapnya itu ikut bikin yg baca naik darah sama kyk jjk :p taehyung… Harus bgt ceritanya makin miris dari hari ke hari, kalo ternyata ada twist yg melibatkan dia sungguhan aku bakal rol depan di kasur berkali2 sampe jadi roll cake
    Sempilannya yg Jimin bilang ‘jjk yg perkasa kok takluk sama patologis kita yg kyk induk ayam’ itu juga hilarious iiiiiih maknae di mana2 maknae
    Tapi aku merasa ada bagian yg sedikit repetitif? Aku sesekali menemukan ‘demi …’ yg ‘sesekali’ nya itu berjarak cukup dekat kurasa. Cuma perasaanku sih haha ga penting emang :p maafkeun
    Ditunggu pokoknya ditunggu kelanjutannya
    PS Direksinya joli(e) horor2 yak, Tablo (dia Lee seunwoong bukan, saya ingt2 kok kayak familier, ternyata dulu saya pernah bikin ff pake nama asli dia hehe) Siwan namjoon …

    Liked by 2 people

    • fikeey says:

      HAHAHAHAHA hayolo namjoon hayoloooo xD (dihantam fansnya namjoon).

      LIANA WHY HAHAHAHA AKU MO NGUQUQ INI NAMJOON DIPANGGIL EMON ASTAGA HAHAHAHA EMON EMOOOOON KAYA NAMA KUCING UNNNCCCHHH :”((( yash, jjk ada temennya neh pada emosi sama kim namjoon wkwk. taehyung…. harus dibikin sedikit menderita xD (ditendang fansnya taehyung). duh pokoke bocah ini harus diselamatkan dari kerasnya dunia heu. motto jeon jungkook: sekali maknae tetep maknae. maknae for lyfe.

      dan terima kasih banyak yah liiii buat koreksiannya ehe. iyaa kayaknya kelewat pas kemaren aku sama evin check-and-recheck hehehe. makasih ya lianaa, next time akan lebi kami perhatikan hihi.

      woiya harus. harus horor hahahaha xD makasih ya liana sudah mengikuti cerita ini hoho dan makasih juga atas komen-komennya. ditunggu chapter 6-nya yaaa hohoho 😀

      Like

  4. Miracle Mind says:

    Liat Taehyung kok jadi keinget yang di drama… Ekhem… Scarlet Heart. Good Job yeaahhh 👍👍👍
    Aw aw aw…. Kim Namjoon sama Jungkook. Aww…. Bayangin Jungkook kek begitu ke hyung2nya. Dan ada cameonya lagi, Im Siwan sama Lee seunwoong yang namanya kek Tablo. Aw aw aww….
    Ditunggu lanjutannya ya jumat depan. Aw aw…

    Liked by 2 people

    • fikeey says:

      hehehehehe 😀 halah jeon jungkook kalo di rl berani kaya gitu paling langsung dijitak yoongi wkwk. gabakal berani dia sama yoongi mah hahah. makasi banyak yah sudah ngikutin cerita ini dari awal 😀 dan makasih banyak juga buat komen-komennya hihi.

      ditunggu juga yaah prussian blue latest chapter hari iniii ehehehe 😀 sekali lagi makasih banyaaak!

      Liked by 1 person

  5. twelve says:

    GODNESS.
    Baca ini selalu gak gagal bikin aku terpesona sama setiap diksi yang dipakai. HUHUHUHU.

    Dari mulai ceritanya Taehyung, aku awalnya sempet curiga. Kali aja kan Taehyung gelap mata abis kena siksa sama Madam. Tapi, seudah baca lagi, Taehyung is good boy and he wouldn’t do that.

    DAAAAN kecurigaan aku ke Hoseok terbukti!!! Terus sempet mau tonjok Namjoon aja rasanya. Dia tengil banget, mana kebayang juga gimana muka dia kalo lagi ngeselin gitu 😦 Ya Tuhan.
    Duh, tapi masih bingung di mana racunnya diolesin… ayo dong buruan Jumat depan! Semangat!!!

    Liked by 2 people

    • fikeey says:

      yaps. taehyung bisa dicurigain juga soalnya dia kebawa sama burden dan udah di-abuse dari lama but he’s still a good boy hahahaha. yoksi bocah ini mah xD kim taehyung harus dilindungi dari kejamnya dunia wkwkwk.

      HAHAHAHA NAMJOON xD apalagi kalo udah muka tengil terus dimple-nya menunjukkan diri beuh minta tambah pengen ditendang. terima kasih yaaa udah ngikutin dari chapter 1, dan makasih jugaaaaa atas komen-komennya hihi.

      ditunggu yaaah buat latest latest latest chapter prussian blue hari ini ehehe. sekali lagi makasih banyaaak!

      Like

  6. Lt. VON says:

    Aha
    Aha
    Aha
    Ahapaya apaya apapaya banana potato daaaaaaaa

    .
    .
    .

    Sesuatu yang tampak tidak mencolok … hm apaya apaya hm … foto keluarga? Yateros kenapa ya hm auakh geyap penting RAPMON IZ IN DA HAUZ YO!!! Madam is his SUGAR MOMMY YO!!! #matiajalahmatikutaksanggupbayangin

    tuduh menuduh nih enake teteup jung hoseok bikos yang bertugas menyiapkan makanan jehop, namjoon tampak seperti sasaran empuk buat jadi kambing hitam tapi tapi motif mengapa jadi daun mudanya sugar mommy kumasih tida menangkap jadi jehop jadilah tersangka pls

    HUHUHU AKU MAU DONG JADI DAUN MUDANYA JIMIN KALO DIKASI FIGURINE MARVEL??????? #sebuahmotivasicetek

    ganti deh gausa kasi aspirin atau oskadon kasi aku figurin aja ya
    (Sebuah rikues kepada evin dan kafika)

    Liked by 2 people

    • fikeey says:

      HAHAHAHAHAHA TUHKAN PASTI DEH KOMENNYA KAPANG TUH WORTH BUAT DIFANGIRLINGIN OMG KAPANG AH. ITU KENAPA HARUS ADA BANANA PAPAYA POTATO WKWKWKWKW,

      no. foto keluarga masih mencolok bikos gedenya kurang ajar di ruang tengah busetdah si madam. sekalian aja fotonya dijadiin wallpaper; di ruang tengah, di dapur, di kamar mandi, di garasi biar gaada maling. namjoon sekali muncul bikin gempar yha hahaha xD

      LAH HAHAHAHAHA. jimin mah ngasih pacar-pacarnya figurine marvel yha bakalan. bukannya ngasih bunga malah figurine apa ga komik wkwkwk. ((DAT MOTIVASI CETEK THO KAPANG IH)) ((MO NGAKAK)) ((SALAHIN KAPANG KALO FIKA SAKIT PERUT))

      yah aspirinnya udah disiapin sama aku dan evin gimana dong:((( aspirin premium loh ini, limited edition!!! hahahahaha. anw makasih banyak yaaa kapaaang uuuunnnccch. makasih udah ngikutin dari awal dan atas komen-komennya yang worth difangirlingin hehehe. PELUK KAPANG!

      TUNGGUIN LATEST CHAPTER HARI INI YHA HEHEHEHEHE. PETUALANGAN DETEKTIF JJK MENUMPAS KEJAHATAN BELOM BERAKHIR HEHE.

      Liked by 1 person

  7. ANee says:

    JUNGKOOK KUIKUT EMOSI DAH JADINYA (SAMA KAMU TEPATNYA) HUHU pliis marah boleh, ngancem mas dokter jangan lah aiissh. ><

    oke tarik napas buang napas. anw, ada huruf r gantiin huruf t di kata “sumpir” yg maksudnya “sumpit” ya kak, viin? cmiiw 😄

    siiip oke ke tkp! (udah ditungguin mas dokter kaaan katanya) *nyengir kuda bareng jhope*

    madam jahat bgt sih jadi orang. iya, tau jijik sama yg kotor2 tapi kenapa coba taehyung kudu bgt dianggap sampah secara harfiah, lagi. kan jadi berharap membunuh itu tak berdosa huhuhu bayangin coba! orang lagi sakit eh malah dipukulin pake ikat pinggang WOY HATI NURANI KECECER DIMANA ITU? SINI TAK BANTU PUNGUTIN!!! (sabar nii sabar) yaampun yakinlah itu aku maklum kalau taehyung ngga betah hidup TT terus mikir, why kamu ngga kabur aja sih dari rumah mereka? (oiya, bakal dicari dan diseret lagi pasti ke rumah rasa penjara azkaban itu secara taehyung megang hak waris gitu)

    terus yaa itu jim kook bisa ngga sih ngomongin seokjin yg baebae aja ngga usah pake ngrencanain aksi berdarah hahaha oke, just kidding i know. tapi tetap jiwa-cinta-oppa ku menyalanyala kalau oknumnya seokjin huaaah tulungiiin.

    dat!!! ada namjuuun akhirnyaaaa (im siwan juga uwoo) terus apa? sugar mommy? HAHAHA pengin ngakak di depan wajah namjun jadinya (terus namjun tergelapar) apa motif dy jadi lelakinha madam? uang ngga? jabatan ngga? cinta apalagi. terus? menusuk dari belakang? sekongkol sama hoseok? aku ngikut cerita aja deh udah. mau ngajak kencan mas dokter aja sambil nungguin next chap (nii bangun nii bangun)

    KEEP WRITING KAK FIKAAA EVIIIIN ^^

    Liked by 2 people

    • fikeey says:

      (jungkook: lha kenapa ko ikut emosi sama saya;;;;;)

      OIYA ASTAGA. hahahaha makasi yaaa ani sudah notis dan makasi atas koreksiannya hihi. kemaren kayaknya kelewatan pas kita ngedit. makasi yaaaa hihi.

      HAHAHAHA PENJARA AZKABAN OMG. terus bayangin si madam pake kostum dementor wkwk. tau neh emang jjk mah busetdah kalo marah menyeramkan semuanya kena ga hyung ga ketua tim semuanya kena wkwkwk. dasar maknae.

      ini namjoon sekalinya muncul malah punya sugar mommy yha wkwkwkw dasar kamu namjoon xD abibsan dia mah tengil gitu ih mukanya astaga palagi kalo dimple-nya sudah menunjukkan diri huft. HUFT. mo nendang meja aja xD

      makasi yaaa ani sudah ngikutin dari chapter 1 hehe makasi juga buat setiap komen-komennyaaa hihi ditunggu yaa hari ini latest latest latest chapter prussian blue ihihihi. sekali lagi makasih banyaaak ehe.

      Like

  8. titayuu says:

    HALO HALO AKU BARU BACA DONG HUHU SEMOGA BELOM TELAT. Sebelum meluncur ke chapter yg baru, kutakmau melewatkan komentar di chapter ini.

    Oke, kemunculan namjoon di chapter ini emang bikin kaget dan ga nyangka banget dia pacarnya si madam hmmm teruuuss kutaktahu apa cuma perasaanku aja atau emang, penjelasan taehyung menyimpan amarah (atau dendam) sama si madam yang mendalaaaam. So aku bakal mencurigai tae karena dugaan jungkuk mengenai namjun dan hosok terlalu terang2an? Sikap mereka juga terlalu terang2an? Aku agak sotoy, tpi kurasa mereka cuma jadi pengalih dari pelaku sebenernya.

    Udah, aku nyerah. Kumau baca chapter selanjutnya. Keep writiiiinggg kakfik dan evin! Semangaat selalu buat nyelesaiin kasus di projek ini! Hehehe ♥

    Liked by 2 people

    • fikeey says:

      HALO TITAAAA EHEHEHE. engga kok enggaaa eheh. detektif jjk-nya masih duduk manis meratapi nasib hahaha ((ditendang jjk))

      namjoon sekali muncul jadi pacarnya madam sih ya, menggemparkan dunia. maaf ya joon ngasih karakter demikian omg, abisan tidak ada yang cocok selain mr kim namjoon ehehe. DAN YEY. ternyata kim taehyung innocent HOHOHOHO. (lalu nari saman). makasih banyak tita sudah ngikutin dari chapter awal cerita ini dan makasih juga buat setiap komennya we really appreciate it! hihihihi.

      ditunggu yaaa hari ini masih ada latest latest latest chapter HOHOHOHO. sekali lagi makasih banyaaaak ❤

      Like

Leave a comment